Hallo Dad

Hallo Dad

Bab 1 Hallo Dad!

Elena adalah seorang wanita atau sekarang bisa disebut

seorang ibu yang mandiri. Ia menjuluki dirinya sendiri ibu yang mandiri karena

walaupun dengan keadaannya yang tak memadai, ia telah berhasil berjuang

membesarkan Virendra atau biasa ia menyebutnya dengan Rendra, sendirian tanpa

bantuan dari siapapun.

Karena enam tahun yang lalu, Elena

memutuskan pergi menjauh dari orang-orang yang dikenalnya, termasuk kedua orang

tuanya sendiri. Tepat pada saat ia dinyatakan positif hamil oleh dokter

kandungan ketika ia memeriksakan dirinya ketika kalapada hari itu ia merasakan mual yang

tak biasa.

Kala itu, Ayah dari Rendra bukan tidak mau

bertanggungjawab, tapi setelah malam terjadi pembuahan, pagi hari yang cukup

rumit Elena langsung memutuskan untuk pergi tanpa tahu bahkan melihat wajah dari

siapa pria tersebut. Jadi dengan kata lain ayah Rendra sama sekali tak mengetahui

sedikitpun keberadaan anaknya.

Elena memutuskan tak akan pernah mencaritahu, dan juga

bertekad Rendra tak akan pernah tau siapa ayahnya sesungguhnya. Karena Elenapun

menanamkan dalam benak Rendra ketika anaknya sudah tau arti dari seorang ayah. Kala

itu ia terpaksa mengatakan bahwa ayahnya sudah lama meninggal jauh hari ketika

Rendra masih didalam kandungannya.

“Mom..” ucap Renda sambil menyentak pundak Elena, karena

cukup kesal ucapannya yang sejak tadi tak didengarkan oleh ibunya.

Panggilan itu memang sedikit aneh, dulu Elena sudah

membiasakan Rendra memanggilnya Mamah, Ibu bahkan Bunda, tapi anak itu tetap

pada pendiriannya dengan memanggilnya sebuat Mom. Elena yang pasrah pun

bertanya alasannya dan Rendra hanya menjawab dengan santai bahwa ia hanya ingin

pangilan yang berbeda dengan temannya yang lain.

“Kau sudah mengantuk?” Elena bertanya agar anaknya tak

menanyakan apa yang sedang dilamunkannya.

“Apakah kerjaan Mom masih banyak?” Rendra balik bertanya

sambil menguap pelan.

“Maaf sayang malam ini kau tidur sendirian lagi.” Ucap

Elena tapi ketika melihat wajah Rendra berubah menjadi sendu ia pun bertanya.

“kau ingin tidur dipelukan Mom?"

Dan dijawab oleh anggukan kepala penuh dengan semangat.

Elena mengerti karena sudah seminggu ini deadline revisian untuk sebuah buku karya

penulis Langit yang harus segera ia serahkan pada pihat Editor. Karena hal itulah

membuatnya Elena sedikit mengabaikan keperluan Rendra.

“Kemarilah, Mom akan memelukmu.” Elena merentangkan kedua

tangannya dan disambut oleh Rendra yang langsung masuk pada pelukannya.

Elena langsung mengangkat tubuh kecil Rendra menuju kamar

tidur mereka, rumah ini memang hanya terdapat satu kamar tidur yang mereka

gunakan bersama. Karena rumah mereka hanya terdiri dari satu kamar tidur, satu

tempat untuk ia memasak sekaligus mencuci, satu kamar mandi, dan satu ruangan

serba guna yang kebanyakan ia pakai untuknya bekerja.

Hanya rumah inilah yang bisa ia dapatkan dari

tabungannya, tapi walaupun dengan segala kekurangan yang ada, rumah ini lebih

dari cukup ketika kau hanya hidup berdua dengan seorang anak berusia lima

tahun.

**

Tok.. tok..

Elena tersentak bangun ketika mendengar suara ketukan

pindu depan rumahnya.

Sudah seminggu ia bebas tugas dari deadline, akhirnya

kini ia mendapatkan waktu luang untuk menghabiskan waktu bersama Rendra yang

kini entah berada dimana. Sepertinya Elena jatuh tertidur ketika bermain

bersama Rendra yang membuat anak itu kini entah pergi kemana.

Tok.. tok..

“Ada yang bisa saya bantu?” ucap Elena setelah membukakan

pintu dan menemukan seorang pria asing didepannya kini.

Elena serasa masih bermimpi ketika melihat sosok yang

kini berada dihadapannya, seorang yang tak mungkin bisa dijumpai pada kehidupannya

yang normal. Bahkan dalam mimpi sekalipun bagaimana bisa ia bermimpi akan kedatangan

seorang pria yang  bertubuh tinggi,

pakaian yang sepertinya cukup mahal dan jangan lupakan wajah yang biasanya

hanya bisa dijumpai dilayar televisi.

Elena yang merasakan hal yang tak

nyata, berusaha untuk bangun dari mimpinya  dengan cara mencubit

dirinya sendiri. Hal itu

membuat Elena mempermalukan dirinya sendiri dengan berteriak sekencang-kencangnya yang

membuat pria

didepannya merasa heran akan tingkahnya. Elena hanya bisa mengatakan dalam hati meski pria didepannya

hanya diam, ia ingin meneriakan sekencang-kencangnya bahwa ia rela mati karena telah berjumpa

seorang pria paling tampan yang pernah dilihatnya selama ia hidup.

Namun hal itu hanya bisa ada didalam

kepalanya, karena setelah

kewarasan Elena kembali, ia memikirkan opsi paling mungkin orang didepannya

bertamu kerumahnya, adalah pria didepannya Mungkinkah Kepala Editor yang baru? Dan

memikirkan kemungkinan itu membuatnya merasa bahagia. Karena jika tebakannya

benar, setidaknya pria ini akan menyegarkan matanya setelah ia melewati medan

perang.

“Selamat siang, saya Malviano Manager

ZRO.” Ucap pria itu sambil memberikan tanda pengenalnya, ketika melihat Elena

yang terdiam cukup lama.

“ZRO?” Elena kini mengerutkan alisnya,

setaunya ZRO adalah sebuah perusahaan yang berkaitan dengan teknologi.

“Bisakah saya masuk? atau mungkin anda

ingin berbicara ditempat lain?” Ucapan yang keluar dari Malviano membuat Elena

merasa pria didepannya ini tak ingin basa-basi meskipun pada orang asing.

“Aku mempunyai seorang anak yang tak

mungkin kutinggalkan.” Sesal Elena yang dengan tegas menolak tawaran untuk

meninggalkan rumahnya.

“Kalo begitu, permisi saya memaksa masuk.”

Ucap Malviano sambil melewati Elena yang diam mematung dengan wajah keheranan,

melihat tindakannya yang langsung menyerobot masuk ke dalam rumah.

“Aku merasa belum menawarkanmu untuk

masuk kedalam rumah?” ucap Elena penuh nada sindiran.

“Bukankah tadi anda mengatakan tak bisa

meninggalkan tempat ini?” Malviano sudah duduk sambil melihat-lihat rumah kecil

Elena.

“Dan aku sepertinya tak meminta kau

untuk masuk kedalam rumah apalagi duduk didalamnya?” jelas Elena yang masih

betah untuk berdiri, sambil menyilangkan kedua tangannya.

“Terimakasih, saya hanya ingin kopi atau

teh hangat.” Ucapnya setelah menyaman posisi duduknya.

hanya bisa merespon perkataan Malviano yang

merupakan tamu asing dirumahnya dengan mulut terbuka, sepertinya ia kehabisan

kata-kata untuk orang didepannya kini.

“Baiklah, tak ada kopi atau teh”

ucapnya yang tak dapat respon dari Elena yang masih setia berada di posisinya.

“Bisakah kau memberitahuku ada

keperluan apa kau kemari? Sebelum aku memutuskan untuk menghubungi seorang

penjaga keamanan atau mungkin seorang polisi jika perlu?” ucap Elena meraih

telepon genggam miliknya dan ditunjukan pada Malviano.

“Boleh saja, kita lihat siapa yang akan

ditangkap oleh mereka.”

“Makk..”

“Aku Malviano seperti perkataan saya

tadi, dan mengapa nama belum juga mengatakan nama anda?”

“Elena” jawabnya singkat.

“Ya Elena, kedatangan saya kemari untuk

mewakili perusahan saya dengan maksud untuk menuntut pertanggung jawaban anda

pada perusahaan kami.”

“Pertanggung jawaban?”

Apakah Elena tak salah dengar, Apa yang

dilakukannya pada perusahaan besar apalagi pada perusahaan yang begerak dalam

bidang teknologi. Elena mencoba mengingat-ingat tentang tulisan-tulisan hasil

penulis yang sudah ia revisi, tapi setelah mencoba menelusuri ingatannya

sepertinya tak pernah ada yang pernah menyebutkan sebuah nama perusahaan.

Elena semakin tak mengerti apakah pria

asing ini telah salah orang atau salah alamat dengan menuduhnya. Bagaimana

mungkin ia yang hanya seorang editor buku yang tak terlalu terkenal bisa

merentas sebuah perusahaan besar.

Elena berusaha mengingat kembali dalam

buku-buku yang mereka buat, biasanya hanya terdapat tempat-tempat acak yang tak

ada didunia nyata, dan walaupun tempat jika tempat itu benar-benar ada,

biasanya pihak yang berkaitan akan memaklumi dengan wajar.

karena dalam hal buku tertulis yang

mereka buat mereka mengatakan bahwa nama dan tempat adalah fiksi semata apabila

ada nama, tempat dan kejadian yang sama itu murni adalah ketidaksengajaan. Dan

juga penulis biasanya sangat berhati-hati dalam menyebutkan apalagi sampai

menjatuhkan nama sebuah lembaga.

“Sebulan yang lalu anda memasukan

sebuah virus baru kedalam sistem ZRO yang membuat kegiatan bekerja disana

dihentikan selama dua puluh empat jam dan anda bisa membayangkan berapa

kerugian jika berusahaan besar berhenti beroperasi?” Ucap Malviano yang kini

mulai mengeluarkan data-data yang sejak tadi berada didalam map yang dibawanya.

“Hahh”

“Anda tak akan bisa mengelak, karena IT

perusahan kami telah menemukan IP alamat rumah ini sebagai sumber dari virus

itu berasal, meskipun mereka memerlukan waktu yang lama untuk melacaknya.”

Ucapnya dengan nada yang kentara tak dapat menyembunyikan kekesalannya pada

mereka.

“Sepertinya mereka melakukan

kesalahan?” ucapan Elena terdengar begitu meragukan keahlian dari karyawan IT

perusahaan itu.

“Saya tahu anda sangat pintar dalam

bersembunyi setelah membuat sebuah perusahaan besar hampir gulung tikar, yang

untung saja hal itu bisa ditangani oleh CEO perusahaan kami yang langsung turun

tangan memperbaiki sistem. Dana juga CEO juga lah yang ikut andil dalam

menemukan alamat rumah ini.” Ucapan panjang lebar Malviano.

Hal itu membuat Elena bertanya-tanya

apakah yang pria didepannya kini banggakan, karena menurut pengalaman Elena

dulu ketika bekerja disebuah perusahaan, ia tak pernah sekalipun melihat

perkataan bahkan sebuah pujian langsung untuk atasannya. Walaupun ia tak pernah

bertemu dengan atasannya langsung, tapi ia sangat tahu ketika mba Wenda berubah

ketus padanya setelah keluar dari ruang bos besar mereka.

Memang dulu Elena pernah bekerja di

sebuah pekerjaan, dulu ia menjabat sebagai seorang sekertaris diperusahan

tersebut. Akantetapi itu sudah lama dan tak mungkin juga ia mengerti hal-hal

seperti yang dituduhkan. Karena pekerjaannya dulu hanya mengerjakan hal-hal

kecil, salah satunya hanya menerima pangilan telepon.

“Anda tak bisa lari lagi, sekarang

giliran saya yang akan menghubungi pihak berwajib.” Ucap Malviano ketika

mendapati Elena yang terdiam.

“Mom..” terdengar suara Rendra.

Sepertinya Rendra sangat bahagia saat

ini ketika berlari untuk menghampirinya setelah melepaskan tangan pria asing

dan berdiri tepat didepan Elena ketika menyadari bahwa ia membawa sebuah es

krim ditangan satunya lagi yang terlambat ia sembunyikan dibelakang punggung

kecilnya.

“Bisakah kau simpan itu untuk besok,

hari ini kau sudah makan sebungkus coklat.” Ucap Elena sambil mengulurkan

tangannya meminta apa yang dikatakannya.

Dengan berat hati tangan

Rendra menyerahkan bungkus es krim yang dengan susah payah ia dapatkan dari

paman asing yang berada dibelakangnya. Es krim itu merupakan alat tukar sebuah

informasi tentang nama dan juga alamatnya yang ditanyakan paman itu ketika ia

sedang bermain bersama teman-temannya.

“Terimakasih sayang.” Ucap Elena memuji kepatuhan

anaknya, lalu ia segera pergi untuk meletakkan Es krim tersebut didalam tempat

beku dilemari pendinginnya

“Bukankah Mom belum

memberikan uang jajan?” Lanjutnya ketika berjalan mendekati anaknya.

“Diberi paman ini.” Adu Rendra sambil cemberut dan

menunjuk pada orang yang ia maksud.

Elena melupakan orang lain yang berada didalam rumah

mereka yang ketika ia melihatnya, sedang berkomunikasi lewat tatapan mata

mereka.

“Lain kali ingat kalo ada orang asing memberikan sesuatu

kau harus langsung menolak kalau perlu kau langsung pergi dari orang tersebut,

bukankah Mom pernah bilang dilarang berbicara dengan orang asing?” peringatan

Elena pada Rendra.

“Sorry Mom.” Ucap Rendra dengan pandangan tertutup.

“Dan ubah bahasamu.” Ucap Elena semakin tegas.

Sebenarnya Elena bangga anaknya bisa

menguasai bahasa asing diusia dini tapi ia tak ingin anaknya nanti kehilangan

teman-teman bermainnya karena bahasa yang dipakainya. Selain alasan itu Elena

pun tak begitu pandai mengusai bahasa asing tersebut, sepertinya Rendra

mempelajari semuanya sendirian.

“Maaf Mom.” Ulang Rendra, yang langsung

mendapatkan senyum oleh Elena bahwa kini ia tak lagi dimarahi.

“Maaf melupakan keberadaan kalian.”

Ucap Elena yang kini menghadap pada dua pria asing didepannya.

“Kami mengerti, Sekarang seperti yang

ku katakan sebelumnya perusahaan kami akan mengajukan gugatan atas penahanan

anda karena telah membuat perusahan ZRO menggalami kerugian.” Ucap Malviano

yang sejak tadi terdiam memberikan waktu Elena bersama anaknya sebelum ia

membuat mereka berpisah.

“Maaf Bos.”ucap pria asing yang tadi

bersama Rendra.

“Kalian saling kenal?” ucap Elena

terkejut ucapan orang tersebut.

“Dia Liam, bawahan langsung CEO ZRO.”

Jawab Malviano singkat.

“Dan mengapa dia memangil Bos pada

bawahannya? Bukankah tadi kau mengatakan bahwa kau adalah manager?” ucap Elena

yang tak mengerti tindakan Malviano yang seolah-olah begitu berkuasa padahal

mereka sesama para pegawai.

Entah mengapa Elena tak menyukai sikap

Malviano yang begitu meremehkan orang-orang, sedangkan pekerjaannya pun tak

kalah seperti orang yang diremehkan. Mungkin karena dulu Elena mempunyai teman

yang seperti itu, yang membuatnya ingin orang-orang tersebut tau bahwa

merekapun sama.

“Manager? Dia Bos saya nyonya.” Ucap

Liam.

“Dan mengapa anda berada disini Bos,

bukankah sudah saya katakan bahkan saya yang akan turun tangan.” Lanjutnya

berbicara pada Malviano.

“Sepertimu, aku juga gatal ingin

melihat dan mendengarkan alasan dari seseorang yang membuat masalah yang cukup

besar pada perusahan. padahal selama ini tak ada yang bisa menembus sistem

keamanan data yang kubuat.” Ucap Malviano terdengar bahagia sekaligus kesal

ketika mengatakannya.

“Saya mengerti, tapi sepertinya anda

salah tangkap orang Bos.” Ucap Liam berucap seperti tengah menjatuhkan

kebanggaan seorang teman walaupun diucapkan dengan ucapan yang cukup formal.

“Saya yang pertama kali datang

kesini..” ucap Malviano tak terima akan sebuah kekalahan.

“Tapi sayalah orang pertama yang

menangkap orangnya.” Memotong ucapan Bosnya, sekali-kali ia cukup bahagia

menang dari Bosnya yang sangat pintar.

“Maksudmu, saya salah alamat?”

“Anda salah orang.” Ucap Liam sambil

mengelengkan kepalanya.

“Saya benci berputar-putar.” Ucap

Malviano yang kini terlihat semakin kesal.

“Dan saya suka ketika anda kalah.” Ucap

Liam yang sepertinya menantikan pemandangan dimana Bos besar yang selalu benar

didepannya kini harus mengakui bahwa ia telah kalah padanya.

“Katakan.” Ucap Malviano dengan tegas.

“Satu minggu jatah cuti saya, ditambah

tanpa ada gangguan dalam bentuk apapun terutama dari anda.” Liam mencoba

berkompromi, ia mencoba keberuntungannya yang sangat jarang terjadi, laki-laki

didepannya ini terlalu pintar yang entah mengapa tak pernah ingin lepas

darinya.

“Satu hari.”

“Empat hari, ayolah Bos saya sudah

berjanji pada Kiki dan ibunya, bahwa saya akan menemani mereka dalam liburan

tahun ini.” Ucap Liam memohon pada atasannya.

“Baiklah, jelaskan.”

“Anak itulah dalang dalam kekacauan

perusahaan.” Ucap Liam menunjuk pada Rendra.

“Bagaiman..”

“Tidakkah lihat Virus itu membuat

pesan?”

“Ya tap..”

“Anak itu sepertinya hanya ingin anda

menemuinya.”

“Tap…”

“Aku sudah membawamu menemui orang yang

kau mau.” Ucap Liam pada Rendra yang sejak tadi berada dibelakang tubuh Elena

entah sejak kapan.

“Jangan mendekat.” Ucap Elena yang

mencoba memahami perkataan orang-orang asing didepannya.

“Kami tak akan menyakiti anak anda.”

Ucap Liam mencoba meyakinkan Elena mencoba berbicara dengan Rendra.

“Tadi kami sedikit berbincang,

sepertinya anak itu menggunakan cara yang luar biasa agar bertemu denganmu

bos.” Ucap Liam pada Malviano.

“Bagai…”

“Apakah anda meragukan ucapan saya?”

“Ya, memang Rendra yang melakukannya.”

Tiba-tiba Rendra berbicara dan keluar dari persembunyian kecilnya.

“Kamu anak kecil?” ucap Malviano yang

tertawa dan mendekati Rendra mencoba melihat dengan seksama sosok yang sejak

satu bulannya ini membuatnya frustasi.

“Ya.” Ucapnya singkat.

“Saya akan mengira semua ini lelucon,

jika saja kepintaran saya tak terjadi pada seusiamu, baiklah saya percaya kalau

anak inilah yang berbuat.” ucapan Malviano lebih pada dirinya sendiri “Jadi apa

yang menjadi alasanmu berbuat hal tersebut pada perusahaan Om?” lanjutnya

bertanya langsung pada Rendra yang menatapnya penuh kekagumanan.

“Hallo Dad!” dan dijawab Rendra dengan

singkat namun diucapkan dengan penuh semangat berbeda dengan orang orang yang

mendengarnya.

Terpopuler

Comments

Rozh

Rozh

😍

2021-11-11

0

Libra

Libra

Semangat ✊ 💪 terus ya cinta 😍
Terus berkarya ya kak 😁 😊
Aku mampir nih 😘😊

2021-10-02

1

𝓡𝓐𝓣𝓨 𝓣𝓮𝓻𝓪𝓳𝓲𝓷 𝓝𝓣

𝓡𝓐𝓣𝓨 𝓣𝓮𝓻𝓪𝓳𝓲𝓷 𝓝𝓣

Tok tok tok Assalamu'alaikum.
Aku mampir juga loh.

2021-10-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!