Hallo Dad
Elena adalah seorang wanita atau sekarang bisa disebut
seorang ibu yang mandiri. Ia menjuluki dirinya sendiri ibu yang mandiri karena
walaupun dengan keadaannya yang tak memadai, ia telah berhasil berjuang
membesarkan Virendra atau biasa ia menyebutnya dengan Rendra, sendirian tanpa
bantuan dari siapapun.
Karena enam tahun yang lalu, Elena
memutuskan pergi menjauh dari orang-orang yang dikenalnya, termasuk kedua orang
tuanya sendiri. Tepat pada saat ia dinyatakan positif hamil oleh dokter
kandungan ketika ia memeriksakan dirinya ketika kalapada hari itu ia merasakan mual yang
tak biasa.
Kala itu, Ayah dari Rendra bukan tidak mau
bertanggungjawab, tapi setelah malam terjadi pembuahan, pagi hari yang cukup
rumit Elena langsung memutuskan untuk pergi tanpa tahu bahkan melihat wajah dari
siapa pria tersebut. Jadi dengan kata lain ayah Rendra sama sekali tak mengetahui
sedikitpun keberadaan anaknya.
Elena memutuskan tak akan pernah mencaritahu, dan juga
bertekad Rendra tak akan pernah tau siapa ayahnya sesungguhnya. Karena Elenapun
menanamkan dalam benak Rendra ketika anaknya sudah tau arti dari seorang ayah. Kala
itu ia terpaksa mengatakan bahwa ayahnya sudah lama meninggal jauh hari ketika
Rendra masih didalam kandungannya.
“Mom..” ucap Renda sambil menyentak pundak Elena, karena
cukup kesal ucapannya yang sejak tadi tak didengarkan oleh ibunya.
Panggilan itu memang sedikit aneh, dulu Elena sudah
membiasakan Rendra memanggilnya Mamah, Ibu bahkan Bunda, tapi anak itu tetap
pada pendiriannya dengan memanggilnya sebuat Mom. Elena yang pasrah pun
bertanya alasannya dan Rendra hanya menjawab dengan santai bahwa ia hanya ingin
pangilan yang berbeda dengan temannya yang lain.
“Kau sudah mengantuk?” Elena bertanya agar anaknya tak
menanyakan apa yang sedang dilamunkannya.
“Apakah kerjaan Mom masih banyak?” Rendra balik bertanya
sambil menguap pelan.
“Maaf sayang malam ini kau tidur sendirian lagi.” Ucap
Elena tapi ketika melihat wajah Rendra berubah menjadi sendu ia pun bertanya.
“kau ingin tidur dipelukan Mom?"
Dan dijawab oleh anggukan kepala penuh dengan semangat.
Elena mengerti karena sudah seminggu ini deadline revisian untuk sebuah buku karya
penulis Langit yang harus segera ia serahkan pada pihat Editor. Karena hal itulah
membuatnya Elena sedikit mengabaikan keperluan Rendra.
“Kemarilah, Mom akan memelukmu.” Elena merentangkan kedua
tangannya dan disambut oleh Rendra yang langsung masuk pada pelukannya.
Elena langsung mengangkat tubuh kecil Rendra menuju kamar
tidur mereka, rumah ini memang hanya terdapat satu kamar tidur yang mereka
gunakan bersama. Karena rumah mereka hanya terdiri dari satu kamar tidur, satu
tempat untuk ia memasak sekaligus mencuci, satu kamar mandi, dan satu ruangan
serba guna yang kebanyakan ia pakai untuknya bekerja.
Hanya rumah inilah yang bisa ia dapatkan dari
tabungannya, tapi walaupun dengan segala kekurangan yang ada, rumah ini lebih
dari cukup ketika kau hanya hidup berdua dengan seorang anak berusia lima
tahun.
**
Tok.. tok..
Elena tersentak bangun ketika mendengar suara ketukan
pindu depan rumahnya.
Sudah seminggu ia bebas tugas dari deadline, akhirnya
kini ia mendapatkan waktu luang untuk menghabiskan waktu bersama Rendra yang
kini entah berada dimana. Sepertinya Elena jatuh tertidur ketika bermain
bersama Rendra yang membuat anak itu kini entah pergi kemana.
Tok.. tok..
“Ada yang bisa saya bantu?” ucap Elena setelah membukakan
pintu dan menemukan seorang pria asing didepannya kini.
Elena serasa masih bermimpi ketika melihat sosok yang
kini berada dihadapannya, seorang yang tak mungkin bisa dijumpai pada kehidupannya
yang normal. Bahkan dalam mimpi sekalipun bagaimana bisa ia bermimpi akan kedatangan
seorang pria yang bertubuh tinggi,
pakaian yang sepertinya cukup mahal dan jangan lupakan wajah yang biasanya
hanya bisa dijumpai dilayar televisi.
Elena yang merasakan hal yang tak
nyata, berusaha untuk bangun dari mimpinya dengan cara mencubit
dirinya sendiri. Hal itu
membuat Elena mempermalukan dirinya sendiri dengan berteriak sekencang-kencangnya yang
membuat pria
didepannya merasa heran akan tingkahnya. Elena hanya bisa mengatakan dalam hati meski pria didepannya
hanya diam, ia ingin meneriakan sekencang-kencangnya bahwa ia rela mati karena telah berjumpa
seorang pria paling tampan yang pernah dilihatnya selama ia hidup.
Namun hal itu hanya bisa ada didalam
kepalanya, karena setelah
kewarasan Elena kembali, ia memikirkan opsi paling mungkin orang didepannya
bertamu kerumahnya, adalah pria didepannya Mungkinkah Kepala Editor yang baru? Dan
memikirkan kemungkinan itu membuatnya merasa bahagia. Karena jika tebakannya
benar, setidaknya pria ini akan menyegarkan matanya setelah ia melewati medan
perang.
“Selamat siang, saya Malviano Manager
ZRO.” Ucap pria itu sambil memberikan tanda pengenalnya, ketika melihat Elena
yang terdiam cukup lama.
“ZRO?” Elena kini mengerutkan alisnya,
setaunya ZRO adalah sebuah perusahaan yang berkaitan dengan teknologi.
“Bisakah saya masuk? atau mungkin anda
ingin berbicara ditempat lain?” Ucapan yang keluar dari Malviano membuat Elena
merasa pria didepannya ini tak ingin basa-basi meskipun pada orang asing.
“Aku mempunyai seorang anak yang tak
mungkin kutinggalkan.” Sesal Elena yang dengan tegas menolak tawaran untuk
meninggalkan rumahnya.
“Kalo begitu, permisi saya memaksa masuk.”
Ucap Malviano sambil melewati Elena yang diam mematung dengan wajah keheranan,
melihat tindakannya yang langsung menyerobot masuk ke dalam rumah.
“Aku merasa belum menawarkanmu untuk
masuk kedalam rumah?” ucap Elena penuh nada sindiran.
“Bukankah tadi anda mengatakan tak bisa
meninggalkan tempat ini?” Malviano sudah duduk sambil melihat-lihat rumah kecil
Elena.
“Dan aku sepertinya tak meminta kau
untuk masuk kedalam rumah apalagi duduk didalamnya?” jelas Elena yang masih
betah untuk berdiri, sambil menyilangkan kedua tangannya.
“Terimakasih, saya hanya ingin kopi atau
teh hangat.” Ucapnya setelah menyaman posisi duduknya.
hanya bisa merespon perkataan Malviano yang
merupakan tamu asing dirumahnya dengan mulut terbuka, sepertinya ia kehabisan
kata-kata untuk orang didepannya kini.
“Baiklah, tak ada kopi atau teh”
ucapnya yang tak dapat respon dari Elena yang masih setia berada di posisinya.
“Bisakah kau memberitahuku ada
keperluan apa kau kemari? Sebelum aku memutuskan untuk menghubungi seorang
penjaga keamanan atau mungkin seorang polisi jika perlu?” ucap Elena meraih
telepon genggam miliknya dan ditunjukan pada Malviano.
“Boleh saja, kita lihat siapa yang akan
ditangkap oleh mereka.”
“Makk..”
“Aku Malviano seperti perkataan saya
tadi, dan mengapa nama belum juga mengatakan nama anda?”
“Elena” jawabnya singkat.
“Ya Elena, kedatangan saya kemari untuk
mewakili perusahan saya dengan maksud untuk menuntut pertanggung jawaban anda
pada perusahaan kami.”
“Pertanggung jawaban?”
Apakah Elena tak salah dengar, Apa yang
dilakukannya pada perusahaan besar apalagi pada perusahaan yang begerak dalam
bidang teknologi. Elena mencoba mengingat-ingat tentang tulisan-tulisan hasil
penulis yang sudah ia revisi, tapi setelah mencoba menelusuri ingatannya
sepertinya tak pernah ada yang pernah menyebutkan sebuah nama perusahaan.
Elena semakin tak mengerti apakah pria
asing ini telah salah orang atau salah alamat dengan menuduhnya. Bagaimana
mungkin ia yang hanya seorang editor buku yang tak terlalu terkenal bisa
merentas sebuah perusahaan besar.
Elena berusaha mengingat kembali dalam
buku-buku yang mereka buat, biasanya hanya terdapat tempat-tempat acak yang tak
ada didunia nyata, dan walaupun tempat jika tempat itu benar-benar ada,
biasanya pihak yang berkaitan akan memaklumi dengan wajar.
karena dalam hal buku tertulis yang
mereka buat mereka mengatakan bahwa nama dan tempat adalah fiksi semata apabila
ada nama, tempat dan kejadian yang sama itu murni adalah ketidaksengajaan. Dan
juga penulis biasanya sangat berhati-hati dalam menyebutkan apalagi sampai
menjatuhkan nama sebuah lembaga.
“Sebulan yang lalu anda memasukan
sebuah virus baru kedalam sistem ZRO yang membuat kegiatan bekerja disana
dihentikan selama dua puluh empat jam dan anda bisa membayangkan berapa
kerugian jika berusahaan besar berhenti beroperasi?” Ucap Malviano yang kini
mulai mengeluarkan data-data yang sejak tadi berada didalam map yang dibawanya.
“Hahh”
“Anda tak akan bisa mengelak, karena IT
perusahan kami telah menemukan IP alamat rumah ini sebagai sumber dari virus
itu berasal, meskipun mereka memerlukan waktu yang lama untuk melacaknya.”
Ucapnya dengan nada yang kentara tak dapat menyembunyikan kekesalannya pada
mereka.
“Sepertinya mereka melakukan
kesalahan?” ucapan Elena terdengar begitu meragukan keahlian dari karyawan IT
perusahaan itu.
“Saya tahu anda sangat pintar dalam
bersembunyi setelah membuat sebuah perusahaan besar hampir gulung tikar, yang
untung saja hal itu bisa ditangani oleh CEO perusahaan kami yang langsung turun
tangan memperbaiki sistem. Dana juga CEO juga lah yang ikut andil dalam
menemukan alamat rumah ini.” Ucapan panjang lebar Malviano.
Hal itu membuat Elena bertanya-tanya
apakah yang pria didepannya kini banggakan, karena menurut pengalaman Elena
dulu ketika bekerja disebuah perusahaan, ia tak pernah sekalipun melihat
perkataan bahkan sebuah pujian langsung untuk atasannya. Walaupun ia tak pernah
bertemu dengan atasannya langsung, tapi ia sangat tahu ketika mba Wenda berubah
ketus padanya setelah keluar dari ruang bos besar mereka.
Memang dulu Elena pernah bekerja di
sebuah pekerjaan, dulu ia menjabat sebagai seorang sekertaris diperusahan
tersebut. Akantetapi itu sudah lama dan tak mungkin juga ia mengerti hal-hal
seperti yang dituduhkan. Karena pekerjaannya dulu hanya mengerjakan hal-hal
kecil, salah satunya hanya menerima pangilan telepon.
“Anda tak bisa lari lagi, sekarang
giliran saya yang akan menghubungi pihak berwajib.” Ucap Malviano ketika
mendapati Elena yang terdiam.
“Mom..” terdengar suara Rendra.
Sepertinya Rendra sangat bahagia saat
ini ketika berlari untuk menghampirinya setelah melepaskan tangan pria asing
dan berdiri tepat didepan Elena ketika menyadari bahwa ia membawa sebuah es
krim ditangan satunya lagi yang terlambat ia sembunyikan dibelakang punggung
kecilnya.
“Bisakah kau simpan itu untuk besok,
hari ini kau sudah makan sebungkus coklat.” Ucap Elena sambil mengulurkan
tangannya meminta apa yang dikatakannya.
Dengan berat hati tangan
Rendra menyerahkan bungkus es krim yang dengan susah payah ia dapatkan dari
paman asing yang berada dibelakangnya. Es krim itu merupakan alat tukar sebuah
informasi tentang nama dan juga alamatnya yang ditanyakan paman itu ketika ia
sedang bermain bersama teman-temannya.
“Terimakasih sayang.” Ucap Elena memuji kepatuhan
anaknya, lalu ia segera pergi untuk meletakkan Es krim tersebut didalam tempat
beku dilemari pendinginnya
“Bukankah Mom belum
memberikan uang jajan?” Lanjutnya ketika berjalan mendekati anaknya.
“Diberi paman ini.” Adu Rendra sambil cemberut dan
menunjuk pada orang yang ia maksud.
Elena melupakan orang lain yang berada didalam rumah
mereka yang ketika ia melihatnya, sedang berkomunikasi lewat tatapan mata
mereka.
“Lain kali ingat kalo ada orang asing memberikan sesuatu
kau harus langsung menolak kalau perlu kau langsung pergi dari orang tersebut,
bukankah Mom pernah bilang dilarang berbicara dengan orang asing?” peringatan
Elena pada Rendra.
“Sorry Mom.” Ucap Rendra dengan pandangan tertutup.
“Dan ubah bahasamu.” Ucap Elena semakin tegas.
Sebenarnya Elena bangga anaknya bisa
menguasai bahasa asing diusia dini tapi ia tak ingin anaknya nanti kehilangan
teman-teman bermainnya karena bahasa yang dipakainya. Selain alasan itu Elena
pun tak begitu pandai mengusai bahasa asing tersebut, sepertinya Rendra
mempelajari semuanya sendirian.
“Maaf Mom.” Ulang Rendra, yang langsung
mendapatkan senyum oleh Elena bahwa kini ia tak lagi dimarahi.
“Maaf melupakan keberadaan kalian.”
Ucap Elena yang kini menghadap pada dua pria asing didepannya.
“Kami mengerti, Sekarang seperti yang
ku katakan sebelumnya perusahaan kami akan mengajukan gugatan atas penahanan
anda karena telah membuat perusahan ZRO menggalami kerugian.” Ucap Malviano
yang sejak tadi terdiam memberikan waktu Elena bersama anaknya sebelum ia
membuat mereka berpisah.
“Maaf Bos.”ucap pria asing yang tadi
bersama Rendra.
“Kalian saling kenal?” ucap Elena
terkejut ucapan orang tersebut.
“Dia Liam, bawahan langsung CEO ZRO.”
Jawab Malviano singkat.
“Dan mengapa dia memangil Bos pada
bawahannya? Bukankah tadi kau mengatakan bahwa kau adalah manager?” ucap Elena
yang tak mengerti tindakan Malviano yang seolah-olah begitu berkuasa padahal
mereka sesama para pegawai.
Entah mengapa Elena tak menyukai sikap
Malviano yang begitu meremehkan orang-orang, sedangkan pekerjaannya pun tak
kalah seperti orang yang diremehkan. Mungkin karena dulu Elena mempunyai teman
yang seperti itu, yang membuatnya ingin orang-orang tersebut tau bahwa
merekapun sama.
“Manager? Dia Bos saya nyonya.” Ucap
Liam.
“Dan mengapa anda berada disini Bos,
bukankah sudah saya katakan bahkan saya yang akan turun tangan.” Lanjutnya
berbicara pada Malviano.
“Sepertimu, aku juga gatal ingin
melihat dan mendengarkan alasan dari seseorang yang membuat masalah yang cukup
besar pada perusahan. padahal selama ini tak ada yang bisa menembus sistem
keamanan data yang kubuat.” Ucap Malviano terdengar bahagia sekaligus kesal
ketika mengatakannya.
“Saya mengerti, tapi sepertinya anda
salah tangkap orang Bos.” Ucap Liam berucap seperti tengah menjatuhkan
kebanggaan seorang teman walaupun diucapkan dengan ucapan yang cukup formal.
“Saya yang pertama kali datang
kesini..” ucap Malviano tak terima akan sebuah kekalahan.
“Tapi sayalah orang pertama yang
menangkap orangnya.” Memotong ucapan Bosnya, sekali-kali ia cukup bahagia
menang dari Bosnya yang sangat pintar.
“Maksudmu, saya salah alamat?”
“Anda salah orang.” Ucap Liam sambil
mengelengkan kepalanya.
“Saya benci berputar-putar.” Ucap
Malviano yang kini terlihat semakin kesal.
“Dan saya suka ketika anda kalah.” Ucap
Liam yang sepertinya menantikan pemandangan dimana Bos besar yang selalu benar
didepannya kini harus mengakui bahwa ia telah kalah padanya.
“Katakan.” Ucap Malviano dengan tegas.
“Satu minggu jatah cuti saya, ditambah
tanpa ada gangguan dalam bentuk apapun terutama dari anda.” Liam mencoba
berkompromi, ia mencoba keberuntungannya yang sangat jarang terjadi, laki-laki
didepannya ini terlalu pintar yang entah mengapa tak pernah ingin lepas
darinya.
“Satu hari.”
“Empat hari, ayolah Bos saya sudah
berjanji pada Kiki dan ibunya, bahwa saya akan menemani mereka dalam liburan
tahun ini.” Ucap Liam memohon pada atasannya.
“Baiklah, jelaskan.”
“Anak itulah dalang dalam kekacauan
perusahaan.” Ucap Liam menunjuk pada Rendra.
“Bagaiman..”
“Tidakkah lihat Virus itu membuat
pesan?”
“Ya tap..”
“Anak itu sepertinya hanya ingin anda
menemuinya.”
“Tap…”
“Aku sudah membawamu menemui orang yang
kau mau.” Ucap Liam pada Rendra yang sejak tadi berada dibelakang tubuh Elena
entah sejak kapan.
“Jangan mendekat.” Ucap Elena yang
mencoba memahami perkataan orang-orang asing didepannya.
“Kami tak akan menyakiti anak anda.”
Ucap Liam mencoba meyakinkan Elena mencoba berbicara dengan Rendra.
“Tadi kami sedikit berbincang,
sepertinya anak itu menggunakan cara yang luar biasa agar bertemu denganmu
bos.” Ucap Liam pada Malviano.
“Bagai…”
“Apakah anda meragukan ucapan saya?”
“Ya, memang Rendra yang melakukannya.”
Tiba-tiba Rendra berbicara dan keluar dari persembunyian kecilnya.
“Kamu anak kecil?” ucap Malviano yang
tertawa dan mendekati Rendra mencoba melihat dengan seksama sosok yang sejak
satu bulannya ini membuatnya frustasi.
“Ya.” Ucapnya singkat.
“Saya akan mengira semua ini lelucon,
jika saja kepintaran saya tak terjadi pada seusiamu, baiklah saya percaya kalau
anak inilah yang berbuat.” ucapan Malviano lebih pada dirinya sendiri “Jadi apa
yang menjadi alasanmu berbuat hal tersebut pada perusahaan Om?” lanjutnya
bertanya langsung pada Rendra yang menatapnya penuh kekagumanan.
“Hallo Dad!” dan dijawab Rendra dengan
singkat namun diucapkan dengan penuh semangat berbeda dengan orang orang yang
mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Rozh
😍
2021-11-11
0
Libra
Semangat ✊ 💪 terus ya cinta 😍
Terus berkarya ya kak 😁 😊
Aku mampir nih 😘😊
2021-10-02
1
𝓡𝓐𝓣𝓨 𝓣𝓮𝓻𝓪𝓳𝓲𝓷 𝓝𝓣
Tok tok tok Assalamu'alaikum.
Aku mampir juga loh.
2021-10-02
1