Bab 4 Berbagi?

“Saya hanya akan mengajukan hak asuh penuh atas Rendra, jika itu yang terjadi” ucap

Malviano dengan enteng.

Mendengarnya perkataan Malviano kini membuat semua kekhawatiran Elena kini berubah menjadi

kenyataan.

“Kau tidak bermaksud akan menjauhkan Rendra denganku kan?” tanya Elena dengan suara

yang parau karena tak dapat menyembunyikan ketakutan akan hal yang didengarnya.

“Bukankah kamu yang melakukan hal itu pertama kali.” Balas Malviano yang kini mengatakannya

dengan nada datar, tak sedikitpun memperlihatkan lagi keramahan yang tadi pagi

berada diwajahnya, Elena jadi ingat inilah wajah yang diperlihatkan oleh Malviano  ketika mereka pertama kali bertemu.

“Hanya dia yang kumiliki didunia ini.” Cicit Elena.

“Dan itu bukan sebuah alasan untuk membenarkan keputusanmu dengan memisahkan dia

dengan ayah kandungnya.” Balas Malviano terdengar semakin emosi.

“Aku tahu itu, walaupun begitu pasti ada jalan lain agar kita sama-sama

merawatnya?.” Elena mencoba memohon agar Malviano tidak mereka.

“Jika kamu mengatakan kita harus menika…”

“Bukan.. maksudku… tentu saja aku… tak akan pernah memintamu menikahku.. kita… kita..

bisa membagi waktu untuk membesarkannya bersama, tentu saja tanpa ada ikatan

pernikahan antara kita berdua.” Ucapan Elena dengan cepat ketika mendengar

ucapan Malviano terdengar begitu memandang rendah ketika melihatnya dan ia

langsung menambahkan dengan suara yang pelan mengingatkan pada keadaannya yang

memang benar membuat Malviano membuat sebuah gagasan tertentu. “Aku tau kau

pasti berpikir aku akan memanfaatkan keadaan ini untuk bergantung padamu kan?.”

“Tentu saja, semua wanita selalu seperti itu bukan? menciptakan sebuah alat untuk

memperalat seseorang agar mereka membuat cara mudah keluar dari kemiskinan

mereka.” Ucap Malviano dengan sorot penuh penghakiman.

Sudah Elena duga pasti Malviano akan mencurigainya, untung saja sebelumnya ia sudah

menyiapkan dirinya agar tak terlalu terluka, tapi ketika mendengarnya secara

langsung, hal ini masih saja terasa sangat menyakitkan.

“Sebelumnya aku hanya ingin kau mengetahui bahwa aku sama sekali tak berniat memanfaatkan

Rendra, aku tahu kau tak akan pernah mempercayaiku mengingat kita bahkan orang

asing yang kebetulan memiliki hubungan karena sebuah ketidak sengajaan.” jelas

Elena yang ingin bahwa pria didepannya kini tak terlalu menganggapnya rendah,

bukan untuk menarik perhatian pria didepannya tapi lebih kepada ia tak ingin pria

didepannya ini akan menanamkan pada anaknya nanti tentang hal-hal yang

menurutnya benar tentang dirinya.

“…” Malviano hanya terdiam mendengarkan apa yang Elena coba jelaskan.

“Aku sengaja membesarkannya bahkan berniat.. kau tak akan pernah tahu keberadaan

kami sama sekali.” Elena mengakui dengan sejujur-jujurnya.

“Lalu?” ucap Malviano mulai tertarik.

“Seperti yang kau ketahui Rendra..”

“Ya anak itu sangat pintar, kalau tidak mana mungkin saya percaya bahwa dia adalah

anak kandung saya.” Ucap Malviano yang tiba-tiba terlihat begitu sombong sekaligus

bangga ketika membicarakan Rendra.

“Ya aku akui itu.” Ucap Elena sedikit meringgis mendengar ucapan Malviano dan

menambahkan “Rendra sendirilah yang ingin bahwa kau mengetahui keberadaannya,

aku bahwa tak tahu bahwa kau benar-benar ada.”

“Dan menurutmu saya akan percaya alasan itu?” Malviano berusaha memancing Elena berbicara

lebih banyak.

“Aku bersedia membuat surat perjanjian atau apapun itu, asalkan kau berjanji bahwa didalamnya

kita berdua mempunyai hak dan kewajiban yang sama pada Rendra.” Ucap Elena sengaja

ia mengatakan hal itu duluan, karena tak ingin Malviano membuat keputusan lain yang

mungkin akan merugikan Elena, mengingat kekuasaan yang dimiliki Malviano yang

tak akan pernah bisa dilawannya.

“Bagus kalau kamu mengetahui bahwa hanya Rendra yang aku inginkan.” Jawab Malviano

senang, sepertinya Elena membuat sebuah keputusan yang benar untuk mengatakan

hal itu diawal.

“Mengingat Rendra masih terlalu kecil, apakah kau keberatan jika waktu dimalam hari adalah

milikku?” tanya Elena mencoba peruntungannya kembali.

“Kurasa itu tak masalah, kurasa pekerjaan saya mungkin akan menyita sebagian perhatian

waktu saya, akan cukup sulit untuk mengaturnya ketika ia harus cukup beristirahat

diusianya saat ini.” Ucap Malviano kini berbicara lebih lunak ketika tak

terdengar lagi nada kesinisan dalam ucapannya “Tapi saya dapat membawanya kapanpun

saya inginkan, bahkan jika saya sedang ingin menghabiskan waktu lebih dari dua

puluh empat jam bersamanya.”

“Kurasa itu bisa kita bicarakan…”

“Baru saja satu menit tapi kamu mulai membuat sebuah alasan kita harus selalu saling

berkomunikasi?.” Malviano tiba-tiba terlihat emosi kembali.

“Kau salah sangka… Maafkan aku…. Aku tak mungkin bermaksud agar kita lebih sering

untuk bertemu…. Aku.. aku hanya tak terbiasa jauh darinya.” ucap Elena dengan

pasrah, sekarang sepertinya semakin nyata bahwa kelak ia harus merelakan bahwa

Rendra akan menghabiskan waktu dengan ayahnya tanpa ia didalamnya.

“Baiklah pembicaraan ini saya rasa sudah usai, saya akan kirim Liam untuk membuat surat

yang akan menguatkan perjanjian kita tadi.” Ucap Malviano secara tidak langsung

mengakhiri, atau menurut Elena seperti mengusirnya secara halus.

“Apakah perjanjian ini sudah mulai berlaku hari ini?” ucap Elena pelan.

“Tentu saja, oh iya hampir saja saya lupa, mungkin kita akan bertemu lagi ketika kita

akan mengurus surat-surat tentang Rendra, saya ingin semua tahu Rendra adalah anak

kandung saya secepatnya.” Terang Maliano memberikan uluran tangan untuk

berjabat tangan.

Elena terdiam melihar uluran tangan itu, apakah menurut Malviano percakapan barusan

adalah sebuah percakapan bisnis? Dan sekarang mereka mengakhirinya dengan

sebuah jabat tangan ketika memperoleh kesepakatan?.

Kini Elena mulai ragu apakah nantinya akan baik-baik saja membagi Rendra dengan

seorang ayah yang mungkin menganggap segala sesuatu seperti sedang berbisnis?.

Elena harus lebih meluangkan cukup waktu untuk mencari tahu segala hal tentang

Malviano.

Bukan karena kini ia telah tertarik pada pesona orang setampan dan mapan pria didepannya

kini, walaupun memang benar pria didepannya kini mempunyai dua hal tersebut.

Tapi Elena harus mengetahui lebih jelas bahwa pria didepannya bisa meyakinkannya

bahwa ia melakukan hal yang benar untuk mempercayakan Rendra padanya. Dan yang

bisa dilakukannya kini hanya menyambut uluran tangan itu untuk kesepakatan yang

tadi telah mereka sepakati.

“Woooaah.” Terdenngar suara seorang anak dari arah pintu depan.

Mendengar suara itu membuat Malviano dan juga diikuti oleh Elena mendekat pada suara itu.

“Mom… Dad…” teriakan bahagia Rendra ketika pertama kali melihat Malviano dan Elena

terlihat oleh matanya yang tadi sangat sibuk melihat-lihat sekitar rumah Malviano.

“kau sudah datang?” ucap Malviano riang merentangkan kedua tangannya pada Rendra, membuat

Elena kaget melihat perubahan drastis Malviano terhadapnya tadi dan kini pada

anaknya.

Sementara disisi lain, hal itu pun membuat Liam sama terkejutnya mendengar perkataan Malviano

yang tak pernah semanis keluar dari mulut bos tempramennya itu.

“Rendra tak tahu kalau Dad mempunyai rumah sebesar ini?” antusias Rendra yang kini

sudah berada digendongan Malviano.

“Kau senang?”

“Sangat senang.”

“Kau akan jauh lebih senang ketika melihat kolam renang.” Ucap Liam yang berdiri dibelakangnya.

“kau tidak berbohong disini benar-benar ada kolam renang?”

“RENDRA!.” Mendengar ucapan Rendra pada orang yang lebih tua dari anaknya lalu ia tidak menunjukkan sebuah

kesopanan, hal itu membuat Elena langsung memangil nama anaknya dengan suara yang cukup keras,

tanpa memperdulikan dimana dan siapapun yang sedang bersamanya.

“Mom…” Balas Rendra tergagap karena kaget akan panggilan ibunya dengan intonasi yang biasa

digunakannya jika iya membuat sebuah kesalahan.

“Kau tahu mengapa Mom berteriak memanggilmu?” kini menurunkan intonasi suaranya melihat

ketakutan Renda padanya.

“…” Rendra mengelengkan kepala tertunduk, kebiasaanya ketika Elena marah pada

sesuatu yang tak diketahuinya.

“Apa yang Mom katakan sebelumnya tentang memangil seseorang yang lebih tua?” pancing

Elena.

“Rendra harus menghormati orang yang lebih tua dengan memanggilnya dengan sebuatan

kakak, om ataupun kakek.” Ucap Rendra dengan lancer apa yang sebelumnya pernah

Elena katakana tentang apa yang harus dilakukan pada orang yang lebih tua.

“Maafkan Renda Mom, Rendra tadi lupa.”

“Berjanji ini tak akan terulang kembali.” Kini Elena duduk menyetarakan tinggi badannya

agar ia dapat memeluk Rendra.

“Rendra janji.” Ucap Rendra langsung memeluk Elena kebiasaan mereka, jika Rendra

berbuat salah dan mendapat kemarahan Elena.

Elena selalu membiasakan menegur langsung ketika anaknya berbuat sesuatu hal yang

menurutnya salah. Dan ia akan memeluknya dengan penuh kasih sayang karena ia

tak ingin Rendra berpendapat ia marah karena tak menyayanginya lagi, sebaliknya

Elena memarahinya karena ia sangat menyayanginya, ia tak ingin Rendra tumbuh

memjanji seseong yang bijaksana.

Meskipun anaknya itu dikaruniai oleh otak yang sangat cerdas, tapi jika nanti

kelakuannya tak lebih dari merendahkan orang lain bahkan sampai merendahkan

orang yang lebih tua, ia tak ingin hal itu terjadi karena itu akan berdampak

jelek untuk masa depan Rendra nantinya.

“Sepertinya saya harus bicara serius denganmu tentang hal yang kalian perdebatkan tadi.”ucap

Malviano kini berusara setelah melihat perdebatan itu selesai, dan langsung diangguki

pelan oleh Elena yang menyadari adanya orang lain ketika menjelaskan pada

anaknya apa yang baik dan yang tidak. lalu setelah mendapatkan tanda

persetujuan bahwa mereka akan berbicara nanti Malviano kembali berbicara pada

Rendra “Kamu mau lihat kolam renang sekarang?.”

“Didalam rumah ini?” tanya Rendra yang sepertinya setengah tak percaya dan senang raut

wajahnya kini sudah seperti biasa seolah Elena tidak pernah memarahinya tadi.

“Kita bisa kesana sekarang juga kalau kau mau.” Tawar Malviano.

“Dan jangan lupakan apa yang ku katakan bahwa ayahmu mempunyai playstation yang kau inginkan

tadi ditoko yang kita lewati.” Ucap Liam mengingatkan bahwa tadi Rendra sempat

tak ingin ia bawa kerumah ini karena masih cukup senang berada ditempat ramai.

Mendengar segala yang dipunyai oleh Malviano membuat kebahagian tersirat diwajah Rendra

yang tak pernah Elena berikan pada anak itu, membuat Elena merasakan sesuatu

yang sangat campur aduk. Perasaannya tercampur antara bahagia, lega, takut,

marah menjadi satu didalam hatinya.

Bahagia karena bagaimana tidak merasakan hal itu ketika melihat wajah bahagia anaknya

mendapatkan segala sesuatu yang tak pernah bisa diberikannya. Lega karena laki-laki

yang merupakan ayah biologisnya menerima bahkan memperlakukan anaknya dengan baik.

Takut karena mungkin Rendra mungkin akan lebih bahagia bila bersama ayahnya daripada

bersama dengannya karena ia tak pernah bisa memberikan apa yang ditawarkan oleh

Malviano. Marah, karena keadaannya yang tak pernah berpihak padanya sehingga ia

tak bisa memberikan Rendra apa yang diberikan oleh Malviano kini.

“Mom.” Ucap Rendra yang turun dari gendongan Malviano dan kini menghampiri dirinya.

“Ya sayang.” Elena hanya bisa memasang senyum kecil untuk menyembunyikan apa yang

tadi dipikirannya.

“Bolehkah Rendra berenang sekarang juga?” kebiasaan Rendra meminta ijin pada Elena untuk

melakukan hal apapun, tapi tidak termasuk meminta ijin padanya ketika mencari

keberadaan ayahnya yang kini membuat Elena harus rela membagi Rendra dengan

ayah kandung dari anaknya itu.

“Bukankah Rendra tak bisa berenang?” ucap Elena yang malah balik bertanya dengan mengingatkan

bahwa anaknya tak mungkin bisa berenang karena ia tak pernah sekalipun

membawanya untuk aktifitas tersebut.

“Tapi menurut buku yang Rendra baca serta sebuah video tentang cara-cara menyelam

yang Rendra tonton dilaptop Mom bukankah caranya hanya tinggal loncat kedalam air

lalu mengerakkan kaki serta tangan secara berurutan.” Ucap Rendra panjang lebar.

Rendra menceritakannya dengan semangat sambil mencontohkan sebuah gerakan yang hampir

sama seperti yang dilihat oleh mereka ketika menonton tentang cara untuk bisa berenang

untuk pemula yang sengaja ia tonton untuk referensi untuknya dalam membantu

seorang penulis kala itu yang sedang menulis suatu hal yang didalamnya terdapat

plot tentang berenang.

“Hal itu tak mungkin bisa membuatmu jago berenang kan.” Jawab Elena sambil tertawa

setelah Rendra selesai memperagakan apa yang dimaksud olehnya.

Elena tertawa karena menurutnya hal yang dikatan oleh Rendra sangat lucu, bagaimana tidak

kalau hanya dengan membaca bisa membuat seseorang langsung bisa berenang. kalau

hal itu memang akan terjadi, maka sekarang ia pasti sudah bisa membuat sebuah

pesawat terbang, mengingat banyaknya buku tentang segala hal tentang pesawat.

Dulu Elena sangat suka akan pesawat terbang, ia membaca segala hal tentang pesawat terbang

bahkan ia pernah bercita-cita menjadi pilot karena kecintaannya dengan pesawat.

Ia telah membaca semua buku tentang hal-hal yang berkaitan dengan pesawat agar

suatu saat dapat lebih dekat dengan mimpinya, tapi ketika mengingat pesawat kini

ia  kembali bersedih karena ia harus rela

merelakan mimpinya dulu.

“Tapi Rendra berhasil menggacaukan perusahaan Dad karena membaca buku.” Jelas Rendra

yang menyadarkan Elena dari lamunannya tadi tentang mimpi yang sudah ia simpan

jauh didalam hatinya.

Elena kembali terkejut mendengar perkataan Rendra yang masih membuatnya masih tak

mempercayai bahwa anaknya mungkin memang benar-benar genius untuk seorang anak

yang berusia lima tahun. jika Malviano tidak mencarinya untuk bertanggung jawab

untuk perusahaan besar miliknya Elena tak akan pernah bisa mempercayai apa yang

dikatakan anaknya itu.

Kini Elena semakin bertanya-tanya apakah benar dengan membaca buku seseorang dapat

menjadi pintar?.

Atau mungkin hal itu hanya berlaku untuk Rendra yang memang sudah diberikan kepintaran

yang luar biasa untuk memahami segala sesuatu hanya dengan membaca buku?. Elena

sangat ingin mengetahui hal tersebut seumur hidupnya jika mungkin Malviano

memberikan waktu bersama Rendra sedikit lebih lama.

“Mom..” Rendra kembali merengek ketika Elena tak memberikan jawaban apapaun.

“Bukankah kau sudah mendapat ijin dari Dad?” ucap Malviano bersuara mendekati Rendra.

“Tapi Mom belum memberi ijin Dad..” ucap Rendra pelan.

“Mulai saat ini jika Dad sudah memberi ijin berarti kau sudah dapat ijin.” Ucap Malviano terdengar begitu marah hingga wajahnya yang berubah warna menjadi memerah.

Terpopuler

Comments

〒_〒

〒_〒

Elena, tinggal aja Rendra sana Malviano. Biar mereka tahu seberapa pentingnya kamu

2021-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!