Bab 3 Test DNA

Elena terbangun dilantai ruangan tempatnya bergadang, sementara Rendra tidur nyenyak bersama Malviano dikasur mereka yang empuk. Sehari bertemu dengan Malviano saja anak itu melupakan dirinya, bagaimana jika benar Rendra adalah ayah biologisnya, memikirnya membuat Elena kembali bersedih.

Apakah nanti Rendra akan meninggalkannya sendirian, sementara selama ini Elena bahkan meninggalkan orang-orang terdekatnya hanya agar ia hidup berdua saja bersama anaknya.

“Maaf bisakah saya meminjam handuk dan peralatan mandi?” suara Malviano terdengar dari arah pintu kamarnya.

Hal itu membuat Elena menengok, sedikit tertegun melihat penampilan Malviano yang sepertinya separuh terbangun dan separuh masih ingin tertidur, Elena hampir saja tersenyum mengingat muka Malviano persis seperti Rendra tadi malam. Elena pun hanya menunjukan arah kekamar mandi tanpa niat untuk membuka suara.

Tok… tok…

Elena langsung membukakan pintu rumahnya, disana ada Liam yang dikedua tangannya membawa sesuatu.

“Saya membawa pakaian dan juga sarapan.” Ucapnya yang langsung masuk kedalam rumah ketika Elena langsung bergeser dari pintu rumah.

Elena tak ada niatan untuk sekedar basa-basi, karena ia tahu Malviano adalah seseorang yang mempunyai kekuasaan yang besar sehingga untuk sekedar keberatan untuk hal sekecil ini hanya akan membuatnya semakin meradang sendiri.

“Bos?” tanya Liam yang tak menemukan atasannya berada disana.

“Sedang mandi.” Jawab Elena singkat sambil menunjukan arah kamar mandi.

“Saya hanya menemukan bubur saja untuk sarapan.” Sebelum menuju kekamar mandi Liam memberikan bungkusan pada tangan kirinya, lalu ia langsung mengetuk pintu kamar mandi dan menyerahkan bungkusan yang berada ditangannya yang lain pada Malviano yang hanya mengeluarkan tangannya saja untuk mengambil apa yang dibawa Liam.

“Mom… Dad.. mengehilang?” teriakan Rendra terdengar begitu panik dari arah kamar mereka yang membuat Elena segera menghampirinya.

“Kau sudah bangun? Tenanglah ia hanya sedang mandi.” Ucap Elena sambil memeluk anaknya, yang langsung berhenti menangis mendengar penjelasannya.

Apa yang harus Elena lakukan jika Malviano bukan ayah Rendra, harus kah nanti ia membuat sebuah pengumuman untuk mencari ayah biologis Rendra? Sepertinya anaknya sangat membutuhkan sosok seorang ayah.

“Kau sudah bangun?” ucap Malviano menyambut Rendra digendongan Elena yang langsung mengambil tubuh anak itu karena kedua tangan yang terjulur memintanya.

“Dad aku kira tadi malam hanya mimpi.” Ucap Rendra yang langsung memeluk Malviano dengan begitu erat.

“Dad hanya baru saja mandi, sekarang kau juga segera mandi dan bersiap setelah itu mari makan apa yang dibawa om Liam.” Ucap Malviano menurunkan tubuh Rendra.

Elena langsung membantu Rendra melaksanakan apa yang diperintahkan Malviano. Seperti kesepakatan mereka tadi malam hari ini mereka akan berangkat menuju rumah sakit untuk melakukan test DNA, mereka semua pergi setelah semua perut sudah terisi dengan sarapan yang dibawakan oleh Liam.

Selama perjalan menuju kerumah sakit, Rendra terus bertanya pada Malviano apakah nanti ia boleh membeli coklat setelah pulang dari rumah sakit? Karena jika ia meminta hal tersebut pada Elena pasti jelas Rendra akan mendapatkan sebuah penolakkan.

“Ya kita akan membeli apapun yang kau inginkan setelah pulang dari sana.” Balas Malviano dengan ringan.

“Rendra….”

“Terimakasih Dad.” Ucap Rendra yang langsung memotong perkataan Elena dengan penuh semangat mendengar jawaban dari Malviano.

Rendra sangat senang sekarang, dimasa lalu ia selalu iri pada teman-temannya. Merka selalu bilang padanya jika ingin sesuatu yang tak bisa diberikan oleh ibu mereka, Mereka akan mengadu pada ayah mereka yang langsung akan mengabulkan apa yang mereka minta.

Kini setelah ia sendiri mempunyai seorang ayah yang telah berhasil ia temukan oleh usahanya sendiri. Ia tak akan lagi iri pada teman-temannya, karena ia pun akan melakukan hal yang sama seperti mereka, hal itu membuatnya tesenyum bahagia.

Sementara Elena hanya bisa terdiam mengalah, ia hanya mencoba memberikan waktu untuk Rendra merasakan hal-hal yang telah ia rengut selama lima tahun lamanya. Ia merasa bersalah pada anak itu karena keegoisannya anaknya tumbuh tanpa sosok seorang ayah.

“Sakit Dad, Dad tidak bilang kalau kita kesini untuk menyuntik Rendra.” Keluh Rendra setelah keluar dari ruang pemeriksaan.

“Dad akan memberi sekotak coklat, dan sekantung es krim.” Balas Malviano.

“Wow, Mom bahkan tak pernah memberi Rendra dua bungkus.” Ucap Rendra bahagia, kini ia langsung melihat kekanan dan kiri mencari ibunya, ia takut jika sang ibu mendengar hal itu, ia akan mendapat sebuah teguran.

“Mom pergi kekamar mandi.” Ucap Liam yang mengerti apa yang dicari oleh Rendra.

“Ayo duduk disana sambil menunggu.” ucap Malviano menggendong Rendra menuju kursi yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Sementara itu didalam bilik kamar mandi rumah sakit Elena hanya membasuh telapak tangannya, ia hanya ingin waktu sendiri untuk menjernihkan kepalanya yang terasa terus berputar-putar memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi pada masa depannya.

Setelah beberapa saat ia terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja, ia pun pergi ke tempat Rendra berada.

“Mom, tanganku sakit mereka menyuntiknya.” Adu Rendra sambil menunjukan lengannya yang kini terdapat sebuah plester pada tempat yang sebelumnya jarum suntik berada.

“Sakit?” ucap Elena yang kini meniup pelan pada lengan Rendra, hal itu diperbuatnya agar Rendra tak lagi merengek.

“Mom tadi Dad berkata bahwa setelah ini kita akan pulang kerumah Dad.”

“Rendra mau kah kau tinggalkan Mom dan Dad berdua? Kau bisa pergi duluan bersama om Liam untuk membeli coklat yang tadi kau inginkan.” Tawar Malviano dan diangguki oleh Liam.

“Mom bolehkah?” ijin Rendra pada Elena yang mau tak mau hanya bisa menganggukan kepala tanda menyetujui hal tersebut.

Setelah tak terlihat Rendra dan Liam, Malviano berdiri dan mengarahkan Elena ke sebuah mobil yang tadi membawa mereka menuju ke rumah sakit ini.

“Kita akan pergi jauh?” tanya Elena penuh keheranan.

“Ya kita tak bisa membicarakan hal ini ditempat umum, terlalu banyak mata dan telinga.” ucap Malviano yang kini sudah menuju kekursi mengemudi.

“Rendra?”

“Liam akan membawa dengan selamat setelah kita selesai dengan pembicaraan kita.”

Kini tak ada alasan lain untuk Elena tak menyetujui kemana Malviano akan membawanya, ia duduk disamping Malviano yang langsung mengemudikan mobilnya setelah Elena menutup pintu mobil.

Selama perjalanan Elena hanya bisa terdiam memerhatikan gedung-gedung tinggi, lalu tak begitu lama berubah menjadi area perumahan elit yang tak pernah Elena datangi sebelumnya.

Mobil berhenti pada sebuah rumah paling ujung diarea perumahan yang ada disekitarnya, rumah terbesar jika Elena ukur dari jauhnya jarak jalan umum menuju depam rumah tersebut.

Ketika keluar dari mobil, ada orang yang langsung menyambut kedatangan mereka disana, Malviano langsung menyerahkan kunci mobil pada seorang pria yang mendekat kearahnya. Sedangkan dipintu masuk ada seorang wanita paruh baya dengan rawut wajah yang khawatir mendekat kearah mereka.

“Tuan, saya sangat cemas anda tidak pulang semalam, bahkan sebelum anda terlihat sedang banyak pikiran, biasanya kalau akan pergi keluar anda akan memberi kabar pada saya, saya hampir saja menelepon tuan Kenzo jika sampai malam anda belum pulang.” Ucap wanita itu ketika Malviano mendekatinya.

“Bi Surti tenang saja, saya pulang dengan keadaan baik-baik saja, semalam saya menginap di rumah Elena.” Ucap Malviano yang kini berjalan masuk kedalam rumah yang diikuti oleh Elena dibelakangnya.

“Nona Elena, maaf sebelumnya saya tak menyadari kehadiran Nona.” Ucap bi Surti yang menundukkan kepalannya tanda bahwa ia meminta maaf.

“Ya.” Ucap Elena langsung menghampiri bi Surti untuk mengangkatkan kepalanya, ia tak biasa menerima permohonan maaf yang berlebihan, apalagi ini dari seseorang yang lebih tua.

“Anda baik sekali nona, Tuan saya tidak tahu bahwa hari ini anda akan membawa pacar anda kerumah ini, kalau saja saya tahu saya akan memasak yang lebih banyak.” Ucap Bi Surti.

“Ya sebaiknya kau segera memasak sekarang, Rendra mungkin akan merasa lapar ketika ia datang kesini.” Ucap Malviano yang kini duduk disebuah sofa berukuran besar.

“Saya akan melakukan yang terbaik.” Ucap bi Surti begitu bersemangat pergi mengerjakan tugas dari atasannya, ia begitu bahagia mendengar bahwa tuannya yang tak pernah membawa orang lain selain tuan Kenzo kerumah ini kini malah mengundang pacar dan teman-teman yang lainnya.

“Sepertinya semua makanan yang berada didalam kulkas akan keluar semuanya melihat ia begitu semangat.” Gerutu Malviano melihat keantusiasan bi Surti dalam menjalankan tugasnya.

“Kau tidak akan meluruskan kesalahpahaman padanya?”

“Kesalahpahaman?

“Tadi dia menyebutku pacarmu.” bisik Elena entah mengapa ia mengucapkannya seperti itu.

“Biarkan saja bi Surti mengartikan sesuatu hal yang menurutnya begitu.” Ucap Malviano kini duduk sambil membuka sebuah amplop yang diterimanya dari pihak rumah sakit.

Elena hanya bisa duduk disofa single, ia sengaja duduk agak jauh dari Malviano agar dapat membawa raut wajah ketika Malviano membaca hasil test dari pihak rumah sakit. Dan disana terlihat jelas senyuman banga diwajahnya berbeda ketika Elena mendapati raut wajah Malviano tadi malam.

“Kau lihat aku selalu benar.” Ucap Malviano yang kini menyerahkan hasil test tersebut kepada Elena.

Elena langsung mengambil hasil test tersebut, meskipun Elena tak pandai dalam membaca sebuah test tapi untuk kertas yang sedang dibacanya ia bisa langsung mengerti apa yang membuat Malviano begitu bangga akan dirinya sendiri.

Meskipun dikertas itu terdapat kata-kata yang tak pernah Elena ketahui apa artinya dan juga angka-angka yang entah menunjukkan apa. Tapi tulisan yang paling bawah dan yang paling mudah untuk dibaca oleh semua orang adalah kata-kata bahwa DNA anak memiliki hasil 99.9998% akurat dengan DNA dari ayah.

Secara tidak langsung kertas itu memperkuat bukti bahwa Rendra seratus persen anak biologis dari Malviano. Elena entah mengapa sudah bisa menebak hasil ini ketika pertama kali Rendra memanggil Malviano dengan sebuatan Dad, ia kini hanya bisa berharap Malviano tidak memiliki seorang istri atau bahkan seorang anak lainnya.

Elena takut keberadaan Rendra dan juga dengan dirinyay akan membuat sebuah masalah baru yang mungkin akan memberatkan mereka dimasa depan.

“Boleh kah sekarang aku bertanya?” Elena memulai.

“Tentu saja.”

“Kau bahagia?”

“Tentu saja”

“Apakah kau mempunyai seorang istri?” tanyanya hati-hati ia tak ingin terlalu kentara mengeluarkan kekalutannya.

“Kalau saya mempunyainya, kamu tidak akan saya biarkan menginjakkan kaki dirumah ini.” Ucap Malviano dengan santai terlihat dari wajahnya ia tak mempersalahkan apa yang di tanyakan oleh Elena.

“Kalo begitu tunangan?” tanya Elena kembali yang langsung mendapatkan sebuah gelengan kepala.

“Bahkan saya belum mempunyai seorang pacar.” Jelasnya.

Mendengar hal itu kini Elena sedikit lega, setidaknya keberadaan Rendra tak mengganggu kehidupan lain disekitar Malviano.

“Senang mendengarnya, lalu apa kau keberatanya jika aku bertanya mengapa kau begitu terbuka menerima kehadiran Rendra?” ucap Elena lalu tiba-tiba saja ia teringat Malviano melakukan test lain untuk Rendra lalu ia langsung bertanya dengan begitu panik ketika menyadari hal itu “Bisakah aku saja yang mengantikannya?”.

“Apa maksudmu?” kini Malviano tak menyembunyikan wajah keheranannya.

“Kau perlu apa? Ginjal, susum tulang belakang apa kau mungkin jantung? Aku bersedia mengantikannya.” Tanya Elena cepat.

Sementara Malviano mulai berpikir apa yang sedang dibicarakan oleh Elena, mengapa wanita didepannya menyebutkan nama-nama organ dan apa katanya ia bersedia mengantikan. Siapa yang digantikan oleh siapa, dan mengapa harus digantikan.

Tatapan penuh tekad Elena membuat Malviano tiba-tiba mengerti maksud dari kata-katanya “Saya tak tahu seorang ibu rela berbuat apapun untuk anaknya.” Ucapnya sambil tertawa lucu akan maksud kesungguhan Elena.

“Apa yang lucu dari hal itu? Bukankah hal itu memang seharusnya dilakukan oleh seorang ibu?” kini balik Elena yang terheran akan respon dari Malviano.

“Ya saya harap ibu saya pun melakukan hal tersebut.” Gumam Malviano.

“Ibumu tidak…?” tanya Elena hati-hati walau Malviano hanya bergumam tapi karena ia sedang konsentrasi pernuh padanya ia bisa mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh Malviano.

“Saya tak akan pernah tau apa yang akan diperbuatnya.” Ucap Malviano dan menambahkan ketika Elena akan bertanya kembali “Kedua orang tua saya sudah tiada satu tahun diatas usia Rendra.”

“Maafkan aku, aku tak bermasud untuk…” Elena tak menyelesaikan ucapannya karena ia tak tahu bagaimana mengatakan betapa menyesalnnya ia telah dengan lancang menanyakan apa pilihan ibu Malviano sebelumnya.

“Itu bukan masalah untuk sekarang, kejadian itu sudah sangat lama sampai saya tak ingat lagi harus merasakan apa ketika membicarakan mereka.” Ucap Malviano kini terlihat lebih santai ketika mengatakannya.

“Aku tahu kau melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Rendra ketika tadi berada di rumah sakit, hal itu membuatku berpikir mungkin kau memerlukan sesuatu dari Rendra untuk menyelamatkan hidupmu.” Ucap Elena mengakui apa yang sedang berperang didalam kepalanya, ia memutuskan untuk menyuarakan denagn lantang agar ia mengerti maksud Malviano menerima Rendra dengan tangan seterbuka sekarang.

“Ya saya melakukan itu untuk mengetahui kesehatan anaku yang tak pernah saya ketahui selama lima tahun, saya pun bertanya-tanya mengapa kalian mencoba mencariku setelah sekian lama tak pernah ada.” Ucap Malviano kini berbalvk mengintogasi Elena.

“Jika ku katakan ini murni keinginan Rendra mencari ayahnya, apakah kau akan percaya?” ucapan Elena terdengar seperti sebuah pertanyaan ketika ia pun mengatakannya dengan nada yang penuh keraguan akan maksud anaknya.

“Saya hanya akan mengajukan hak asuh penuh atas Rendra, jika itu yang terjadi” ucap Malviano dengan enteng.

Mendengar hal itu membuat semua kekhawatiran Elena kini berubah menjadi kenyataan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!