Leiya duduk di halaman depan sambil menggambar sketsa di bukunya.
"Halo kakak cantik, Sime datang untuk melihatmu! Wow apa ini, sepertinya enak. Aku minta ya kak, Terima kasih!"
Kata Sime mengambil makaron di mejanya yang bahkan belum Leiya buka.
" Kita bertemu lagi adik cantik! Wow kamu bisa mendesain pakaian, coba aku lihat" kata Diya mengambil sketsa Leiya yang belum jadi.
Leiya melihat tingkah laku ibu dan anak ini dengan tidak senang, mereka mengambil barang-barangnya tanpa izin! Sungguh menjengkelkan.
" Sime! Jangan habiskan makananku" ucap Leiya mengambil kotak makanannya dari Sime.
Melihat kotak makanannya hanya tersisa lima buah makaron, Leiya sangat kesal lalu memakan semuanya tanpa sisa.
" Bagus juga desainnya, unik. Ngomong-ngomong kamu sudah ada pekerjaan?" Tanya Diya
"Ada, pekerjaanku sekarang adalah menggambar, makan, minum, dan tidur"
"Eh ternyata pengangguran, bagaimana kalau bekerja denganku?"
Leiya mengambil desainnya dari Diya dan mulai melanjutkan menggambar.
"Memangnya apa pekerjaanmu? Apakah aku harus mengasuh anakmu saat kamu sedang berbelanja? Jangan pernah memikirkannya" ucap Leiya santai
"Tentu saja bukan, apakah menurutmu aku orang yang seperti itu?" Kata Diya cemberut
"Bagaimana menurutmu?" Ucap Leiya menatap Diya sambil tersenyum
"Baiklah jangan membahasnya lagi. Aku serius ingin kamu bekerja di tempat ku, lihat ini kartu namaku. Kita bahas lagi pertemuan selanjutnya, sekarang aku ingin mengunjungi Bibi Wen, apakah dia
ada di dalam?"
" Ya masuk saja, bibi sedang menonton televisi"
"Aku sangat merindukan bibi Wen, saat aku kecil, dia selalu membelikan aku pakaian yang bagus. Aku tidak akan memberitahumu lagi, aku akan masuk. Oh jaga anak itu dulu ya, terimakasih" ucap Diya nostalgia dan berlari ke dalam rumah.
"Hey! Kenapa kamu selalu meninggalkan dia, merepotkan sekali" gerutu Leiya
" Aku sudah terbiasa kak cantik, ibuku memang seperti itu. Biasakan saja" kata Sime mengangkat bahu
"Kamu bocah, kenapa seperti orang dewasa. Harusnya kamu merengek atau menangis agar dia membawamu juga"
"Aku laki-laki, tidak boleh menangis dan Aku sudah besar tentu saja harus mandiri tidak seperti anak perempuan yang manja" kata Sime menepuk dadanya
" Baiklah terserah kamu, mainlah di sekitar sini. Jangan merepotkan ku, anak laki-laki yang sudah besar!" Ucap Leiya mengejek
"Iya, eh kak itu camilannya masih ada tidak?" Tanya Sime
"Tidak ada, sudah sana main. Ini aku kasih buku gambar sama krayon, gambar saja sesukamu"
"Oke" ucap Sime sedih karena tidak mendapatkan makanan.
Diya memasuki ruangan dan melihat Bibi Wen sedang serius menonton drama
"Kakak aku sangat merindukanmu!" Kata Diya memeluk Bibi Wen dan mencium pipinya.
"Kamu Yoyo! Kebiasaan mu tidak pernah berubah, panggil bibi saja kenapa memanggil kakak. Umurku ini tidak jauh berbeda dengan ibumu" ujar Bibi Wen tertawa
"Bibi mengapa kamu tidak memberitahu aku kalau kamu mau ke sini? Setelah menemukan cinta baru, cinta lama mu ini sudah kamu lupakan" ucap Diya cemberut
"Bocah konyol, cinta baru apa. Aya itu anak yang bibi asuh dari kecil, kamu sudah bertemu dengannya? Bukankah Aya sangat manis"
"Ya, dia cukup menyenangkan. Tapi tentu saja aku lebih cantik dari dia, lihat bukankah aku awet muda" kata Diya tersenyum senang
"Ya ya kamu paling cantik, apakah kamu sudah makan? Lihat tubuh kurus mu ini, akan terbang jika terkena angin" canda Bibi Wen
" Bibi aku tidak kurus! Ini namanya langsing, bahkan rekan kerjaku iri dengan tubuhku. Mereka bilang kalau melihat ku seperti peri turun dari langit" ujar Diya menyombongkan diri.
"Dan aku sudah makan bibi kamu tenang, mari kita bicarakan saja tahun-tahun ini. Bagaimana keadaan tubuhmu?" kata Diya bersemangat
" Tubuhku baik-baik saja, aku sangat sehat. Jangan meremehkan usia tua ku ini, aku masih kuat untuk mendaki gunung" ucap Bibi Wen membual
"Bagaimana denganmu apakah kamu sudah menikah? Umur segini harusnya kamu sudah punya anak"
"Bibi, aku ini gadis tercantik yang pernah kamu lihat. Benar!? Jadi tidak perlu khawatir tentang pernikahanku, banyak laki-laki mengantri di belakang" kata Diya dengan percaya diri.
"Kakak perempuan, anakmu ini ingin buang air kecil. Kamu antar anakmu ini dulu baru melanjutkan untuk menyanjung dirimu sendiri"
ucap Leiya yang tiba-tiba masuk ke rumah bersama Sime
"Oh ternyata kamu sudah punya anak ya, kenapa tidak membawanya masuk? Sangat tampan, nak siapa namamu?" Kata Bibi Wen bersemangat
"Nenek, nama ku Sime. Senang bertemu denganmu"
Sapa Sime menjabat tangan Bibi Wen
"Anak baik, ternyata kamu sudah mempunyai anak sebesar ini. Dimana suami mu? Kenapa tidak diajak" ujar Bibi Wen
"Ayo Sime kamu mau ke kamar mandi kan? Ayo ayo ibu antar"
kata Diya menarik tangan Sime menuju kamar mandi.
" Hei aku bertanya padamu kenapa malah kabur, seperti aku sedang menagih hutang saja" gerutu bibi wen.
"Bibi sepertinya dia tidak mengakui kalau dia sudah berkeluarga, masih ingin kamu berpikir bahwa dia adalah seorang gadis lajang" bisik Leiya
"Apa yang kamu pikirkan sepanjang hari, selalu berbicara omong kosong. Sudahlah bibi akan memasak sekarang, mereka pasti lapar. Kamu tunggu di sini dan ajak mereka berbincang dulu"
"Apa yang harus aku bicarakan? Lebih baik aku yang memasak, bibi bercerita dengan mereka"
Jika mereka memakan masakanku, pasti mereka tidak berani lagi meminta makanan di sini! Wah ide yang sangat brilian, bagus Leiya!
" Apa kamu berniat meracuni mereka, tunggu saja di sini" kata Bibi Wen menepuk kepala Leiya sambil menghampiri dapur.
"Oh bibi, kamu sangat jahat! Kamu melukai hati anak muda ini" keluh Leiya dramatis
Bibi Wen tidak menghiraukan celoteh Leiya dan mulai menyiapkan makanan.
Diya kembali dari kamar mandi bersama Sime dan mencium aroma makanan, mereka pun bersemangat dan langsung duduk rapi di meja makan.
"Bu katamu masakan nenek wen sangat enak, hari ini aku harus membuktikan ucapan mu itu benar atau tidak"
Ujar Sime yang menantikan masakan Bibi Wen karena setiap kali makan, ibunya sering mengungkit bahwa masakan bibi Wen tidak ada duanya.
" Tentu saja ucapanku itu benar, lihat saja nanti"
Melihat ibu dan anak yang sudah duduk, Leiya duduk di tempatnya dengan kesal karena jatah makanannya yang harus dibagi dengan mereka.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya masakan Bibi Wen siap dihidangkan.
" Ayo makan, kalian pasti lapar. Yoyo kamu telpon suamimu, suruh dia datang ke sini"
"Dia sedang dalam perjalanan bisnis, nanti kalau sudah pulang aku ajak dia kemari" ucap Diya dengan tangan yang sibuk mengambil makanan untuk dirinya dan Sime.
Sime yang sangat ingin makan tidak sabar untuk memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Wah nek masakannya enak sekali! Ibu tidak berbohong padaku, aku jadi ingin menginap di sini" kata Sime memuji masakan Bibi Wen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments