Ada seorang investor yaitu Tuan Arya yang tertarik. Dia adalah pengusaha muda berbakat" tutur Baltic
"Tunggu, kapan kita akan membuka cabang? Kenapa aku tidak tahu? Apa kalian sudah membuat rencananya?" tanya Leiya yang memang sering bolos saat pertemuan.
"Kita sudah merencanakannya sebulan yang lalu dan sudah memilih investor" ujar Bai masih tersenyum
"Kamu tinggal menyimak saja! Tidak usah repot-repot, duduk manis dan dapatkan uang lalu pergi. Pemalas" ejek Baltic
"Diamlah, bukankah dari awal aku sudah bilang. Aku tidak akan mencampuri urusan usahamu dan aku hanya perlu menerima uang, dan kamu setuju" kata Leiya dengan bangga
"Yah aku menyesalinya" kata Baltic cemberut
"Bisa kembali ke topik?" Tanya Long menatap Baltic dan Leiya
"Ekhm mari kita lanjutkan" ujar Baltic dengan malu
...
"Selesai juga rapat membosankan ini! Hei aku langsung pergi saja ya, aku sangat lelah" kata Leiya
"Apa kamu tidak minum dulu, mari kita rayakan bersama" tutur Bai
"Tidak perlu, rayakan saja tanpa aku. Aku harus membeli beberapa barang" ucap Leiya dan berjalan ke luar ruangan.
Saat keluar dari bar. Leiya melihat Bibi Wen, pengasuhnya dari bayi sedang duduk di depan bar. Dari kecil Leiya memang selalu bersama Bibi Wen, ayahnya sibuk di kantor sedangkan ibunya sibuk bergaul dengan wanita kaya. Hanya Bibi Wen yang selalu di sampingnya.
"Bibi Wen, kenapa bibi ada disini?" Tanya Leiya menghampirinya
Bibi Wen melihat Leiya segera berdiri dan memeluknya.
"Aya, bibi sangat sedih mendengar kamu diusir dari keluarga. Bibi tahu kamu anak yang baik tapi tuan dan nyonya tidak pernah melihatnya dan hanya percaya omongan orang, apakah kamu tidak apa-apa?" Ucap Bibi Wen sedih
"Aku baik-baik saja bibi, kenapa bibi keluar rumah? Apakah mereka mengizinkan bibi melihatku dan bagaimana bibi tahu aku ada disini?"
Tanya Leiya pada Bibi Wen yang sudah melepas pelukannya
"Bukankah kamu sering bermain ke sini, tentu bibi tahu. Dan bibi sudah keluar dari pekerjaan, lagipula kamu sudah tidak ada di sana. Bibi khawatir jika kamu sendirian di luar jadi bibi mengundurkan diri untuk menemanimu"
"Bibi masih ada tabungan, ayo kita sewa tempat. Walaupun murah yang penting ada tempat tinggal, ini bibi juga membawakanmu beberapa pakaian lama" ucap Bibi Wen menarik Leiya
"Tunggu bibi, sebenarnya aku berinvestasi di bar ini jadi kamu tidak perlu khawatir soal uang, walaupun uangnya tidak sebanyak uang mereka. Dan ada beberapa pakaian dan barangku ditempat Rifa, jadi aku harus mengambilnya dulu" kata Leiya merasa bersalah karena menyembunyikan sesuatu dari Bibi Wen, dan Leiya sangat terharu karena Bibinya sangat memikirkannya.
"Benarkah? Lalu kamu memutuskan sendiri dimana menyewa tempat, bibi akan mengikuti keputusanmu"kata Bibi Wen menepuk tangan Leiya
"Lalu kita makan siang dulu bibi, lihat diseberang ada restoran. Aku sangat lapar" ucap Leiya tersenyum manis
"Baiklah ayo,oh ya ini bibi bawakan makaron kesukaanmu. Dari kemarin kamu belum memakannya, jadi bibi buatkan satu kotak" kata Bibi Wen sambil menyerahkan sekotak makaron.
"Bibiku sayang kamu yang terbaik!" Seru Leiya bersemangat
Setelah makan siang, Leiya memesan taksi online dan menuju rumah Rifa sambil makan makaron disepanjang jalan. Leiya memang suka dengan makanan penutup apalagi yang manis-manis, dia tidak bisa berhenti makan jika tidak diingatkan Bibi Wen.
Sampainya dirumah Rifa, ia baru saja selesai menulis ceritanya untuk dikirim malam nanti. Melihat Leiya datang dengan Bibi Wen, ia menyambut dengan senang hati.
"Hallo bibi, bagaimana kabarmu?silahkan duduk anggap saja seperti rumah sendiri" ucap Rifa mempersilahkan masuk.
"Bibi mau minum apa? Biar saya buatkan"
"Tidak usah nak, tidak perlu repot" ucap Bibi Wen sopan
"Ibu peri! Bisa bicara denganku? Aku akan menyewa apartemen, menurutmu tempat yang bagus dimana?"
"Apartemen? Tinggal saja disini bersamaku, kenapa repot-repot. Aku kan sudah seperti saudaramu, lagipula aku tinggal sendirian" ucap Rifa
"Ini sangat tidak sopan nak, aku tidak setuju" bantah Bibi Wen dengan tegas
"Bibi tapi Leiya.."
"Uuust.. mari bicarakan di kamar, bibi tunggu sebentar ya" kata Leiya menghentikan ucapan Rifa sambil menariknya ke kamar.
"Kenapa kamu menghentikan aku? Apakah kamu juga tidak ingin tinggal bersamaku?"
"Bukan begitu, tapi kamu tahu kan kalau Bibi Wen sudah bilang tidak ya tidak, tidak boleh dibantah. Lagipula apakah aku harus menumpang selamanya disini? Sekarang carikan aku apartemen saja" kata Leiya terburu-buru
"Tunggu, kamu beneran diusir? Lalu apakah Bibi Wen ikut diusir bersamamu?"
"Tidak, bibi yang mengundurkan diri untuk tinggal denganku"
"Begitukah? Bagus jika kamu tidak sendirian, baiklah akan aku carikan apartemennya. Malam ini kamu tidur di sini saja, lagipula kamu juga harus melihat-lihat dulu jika apartemen itu tidak sesuai"
"Yah aku akan bicara pada Bibi Wen, kalau begitu mulai saja hari ini, aku samgat bebas tidak ada pekerjaan"
"Okelah, tunggu aku mencari informasi dulu"
Setelah beberapa jam melihat apartemen, Leiya menemukan tempat yang nyaman untuk ditinggali yang sangat terawat. Lokasinya dekat dengan taman dan fasilitas umum, tempatnya ada di lantai dua dengan dua kamar, satu ruang tamu, ruang dapur, dan kamar kecil diseberang kamar.
Leiya memutuskan untuk pindah besok dengan Bibi Wen. Setelah sampai rumah Rifa, Leiya sangat letih dan langsung mandi lalu rebahan sampai tertidur.
"Aya bangun, makan malam dulu. Bibi memasak pangsit, jika kamu tidak bangun aku habiskan sendiri pangsitnya" kejut Rifa agar Leiya bangun.
"Ha pangsit? Dimana? Aku datang" ucap Leiya seketika bangun dan berjalan ke luar kamar sampai dahinya terbentur dinding.
"Dasar gadis foodies, kalau dengar makanan langsung gerak cepat" seru Rifa melihat tingkah sahabatnya itu.
Melihat kedua gadis itu keluar kamar, Bibi Wen segera menyuruh untuk mencuci tangan dan makan bersama.
"Makanlah perlahan nanti tersedak" ingat Bibi Wen pada kedua gadis itu yang seperti sedang berlomba makanan.
"Maaf Bibi Wen, aku baru pertamakali merasakan masakan bibi. Ini sangat enak, aku sudah bosan dengan masakanku sendiri" ucap Rifa malu
"Tidak apa-apa makanlah yang banyak, bibi bisa membuatkannya lagi jika masih kurang" kata Bibi Wen senang.
"Aya, semua pakaianmu sudah bibi bereskan. Diteliti lagi jika ada yang tertinggal"
"Baik terimakasih bi, nanti aku teliti lagi" kata Leiya masih makan dengan pangsit di mulutnya.
Setelah selesai makan malam, Rifa masuk ke kamar untuk mengirimkan naskahnya yang ditulis tadi. Sedangkan Bibi Wen membersihkan peralatan makan di dapur. Leiya memutuskan untuk keluar berjalan-jalan untuk mencerna makanan setelah merapikan barang-barangnya.
Leiya berjalan tidak jauh dari rumah Rifa sambil melihat pemandangan disekitarnya, ada minimarket tidak jauh darinya. Masih ada beberapa pelanggan yang keluar masuk, ada juga kendaraan yang masih melintas meski tidak seramai saat siang.
Melihat banyak pasangan yang berjalan-jalan sambil berpegangan tangan ada juga yang berpelukan bahkan yang berciuman, sepertinya aku berada ditempat yang salah? Sungguh pemandangan yang menodai mata polosnya.
Keesokan harinya setelah sarapan, Leiya dan Bibi Wen pindah ke rumah baru. Karena tidak banyak barang yang dibawa sehingga sangat mudah dan cepat untuk membereskannya.
Bibi Wen dan Leiya pergi ke minimarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari juga persediaan makanan. Setelah selesai membereskan, sudah pukul dua siang. Mereka memutuskan untuk makan di luar, karena Bibi Wen pasti lelah setelah membereskan rumah jika harus memasak.
...
"Bos!" Ucap empat orang pria dengan hormat ke seorang pria yang sedang duduk di kursi pemimpin, mereka membawa seorang pria setengah baya .
"Paman, bukankah sudah kubilang. Semua trik yang kamu mainkan tidak akan mengubah apapun! Lihatlah sekarang, aku masih duduk disini. Sedangkan kamu? Oh sekarang kamu hanya menunggu saat polisi menangkap kamu untuk ditahan" ejek pria muda itu
"Huh.. benarkah? Hahaha, Arya Jangan sombong! Apa kamu tahu apa yang terjadi malam itu? Wanita itu bukan kaki tangan ku, dia sangat tidak kompeten malah salah memasuki kamar dan aku sudah menembak mati dia. Sedangkan wanita malam itu, ia diusir dari rumahnya karena kamu!" Kata paman itu sarkastik
"Oh jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan kamu mengetahui kebenarannya, hiduplah dengan perasaan bersalah karena kamu menghancurkan kehidupan seorang gadis! Hahaha" tawa paman itu bergema diseluruh ruang.
Ekspresi Arya menegang, ia tidak menyangka akan ada hal seperti ini.
"Terserah kamu untuk menutupinya, tapi itu tidak akan bertahan lama. Kamu tahu aku CEO perusahaan Altair, tidak ada informasi yang tidak bisa aku gali. Tutup mulutnya dan usir dia" ucap Arya dengan dingin
"Kona, cari informasi tentang malam itu!" Perintah Arya lalu membalik kursinya menghadap jendela luar.
"Baik tuan" Jawab Kona lantas pergi dari ruangan.
...
"Kapan tepatnya Bar Singu akan resmi membuka cabangnya di kota C?" Tanya Leiya penasaran
"Ini membutuhkan beberapa bulan, bekerjasama dengan Tuan Arya sangat kompeten. Sepertinya Bar Singu akan menjadi bar nomor satu di ibukota" ucap Baltic bangga
"Ngomong-ngomong, aku dan Baltic akan pergi ke kota c untuk mengawasi pembangunan. Kamu mau ke sana juga?" Tanya Bai sambil tersenyum
"Oh tidak lah, kota c sangat jauh akan memakan waktu lama untuk sampai. Aku tidak akan tahan, kamu Long tidak ikut?" Kata Leiya santai
"Tidak, aku akan mengawasi bar ini. Jika semua pergi bagaimana kalau ada sesuatu yang mendesak? Terlalu merepotkan untuk bolak-balik dari kota c ke sini" ucap Long dengan sangat bertanggung jawab
"Huh, pacarnya juga ada disini makanya dia tidak mau ikut. Hatinya sedang berbunga-bunga" sindir Baltic
"Baltic!" Seru Long memelototi sahabatnya itu
"Wah selamat! Diantara kalian bertiga hanya kamu yang sudah pacaran, lihatlah teman-temanmu ini! Mungkin akan menjadi bujang tua" canda Leiya sambil tersenyum
"Hei kamu juga tidak pernah pacaran dari dulu! Jangan meremehkan kami berdua, kita sudah pernah pacaran. Sedangkan kamu? Nol besar" ucap Baltic menepuk dadanya.
"Terus kenapa? Bukannya aku tidak laku, aku yang tidak ingin pacaran. bukankah teman kuliahmu dulu ada yang menembak aku!" Ujar Leiya bangga
"Kapan kamu berencana menikah Ay?" Tanya Bai penasaran
" Hei pacar saja tidak punya apalagi calon pengantin, temannya saja seperti kita. Siapa yang berani mendekat?" Tawa Baltic
Leiya melempar buku di depannya kearah Baltic, pria ini sangat tidak sopan. Heran, bisa-bisanya dia menjadi pemimpin bar ini.
"Sepertinya kalian harus ganti pemimpin, lihat tuh kelakuannya mencerminkan dirinya yang tidak kompeten" rutuk Leiya
Mereka pun tertawa bersama kecuali Baltic yang cemberut, tentu tidak ada yang menganggap serius omongan Leiya karena Baltic bersikap seperti itu hanya di depan mereka. Jika di luar, ia malah terkenal dengan mulut pedasnya.
"Baiklah aku mau pulang dulu, Bibi Wen sekarang membuka toko makaron, sudah sebulan langsung ramai saja. Aku akan membantunya" pamit Leiya
"Tunggu Aya, bisakah kamu merancang gaun pengantin untukku? Aku berencana melamarnya minggu depan dan menikah lima bulan kemudian" ucap Long tersipu
"Wah cepat sekali kamu mau menikah saja! Tapi aku sudah tidak merancang pakaian lagi, mungkin gayanya sudah tertinggal. Pesan saja ke toko"
"Tidak, aku sangat menyukai desain mu waktu kuliah dulu aku pernah melihatnya, sangat bagus. Boleh yaa" mohon Long dengan muka memelas
"Eh ya baiklah, aku coba nanti di rumah. Kalau begitu aku pulang"
"Terimakasih Aya, biar aku mengantarmu" jawab Long antusias
Baltic dan Bai hanya menatap heran pada Long, tidak sabar sekali temannya ini untuk menikah.
...
"Aya rumahmu jauh sekali, pantas kamu baru mengunjungi bar hari ini. Sangat tidak hemat biaya, kenapa tidak membeli mobil saja?" Tanya Long saat sampai di toko Bibi Wen yang ada di seberang apartemen Leiya
"Sangat merepotkan untuk mengemudi, aku malas" kata Leiya nyengir
" Ngomong-ngomong kamu tahu orang tua kandungmu?" Tanya Long dengan hati-hati, karena topik ini sangat sensitif jadi mereka bertiga tidak pernah bertanya.
"Tidak, paman dan bibi yang merawat Yami dulu bilang kalau wanita itu mati setelah melahirkan dan tidak ada keluarga yang datang, jadi mereka mengadopsi Yami" jawab Leiya tenang seperti menceritakan kisah orang lain.
"Yah maaf"
"Tidak apa-apa, aku pergi dulu ya. Terimakasih tumpangannya" pamit Leiya turun dari mobil dengan ceria.
Saat memasuki toko, Leiya melihat Bibi Wen sibuk di dapur dan beberapa karyawan yang membawa pesanan pelanggan.
"Bibi, apa perlu aku bantu?"
"Tidak usah Ay, kamu duduk saja di luar. Sebentar lagi kita akan selesai"
"Oh baiklah" kata Leiya duduk dan tertidur
...
"Ayo Ay kita pulang" ajak Bibi Wen yang sudah menutup toko
"Selamat tinggal Bibi Wen, Nona Leiya" sapa karyawan yang pulang
"Selamat tinggal" ucap Leiya melambaikan tangannya
"Bibi, aku sangat lapar" kata Leiya sedih
"Ayo kita pulang, bibi akan memasak makanan. Kenapa akhir-akhir ini kamu makan banyak sekali dan sering tertidur seperti tadi" kata Bibi Wen menatap Leiya
"Entahlah bi, aku tidak tahu. Ayo cepat kembali, aku sangat lapar" ucap Leiya terburu-buru
Sampainya di rumah, mereka makan bersama-sama.
"Aya, bibi berencana untuk pergi ke negara A dulu, bibi mau menjenguk makam orang tua" ujar bibi wen
"Tidak apa-apa bibi, aku akan ikut denganmu" ucap Leiya semangat
" Tapi bibi berencana tinggal di sana sementara waktu" kata Bibi Wen nostalgia
"Ayo siapa yang takut! Aku tidak pernah pergi ke sana, aku menantikannya" kata Leiya sangat tegas
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
范妮
AK rate 5 dan subscribe ya
2023-04-05
1
Gabby
kak aku uda mampir balek,, lanjut yaaa kak seruuu
2023-03-24
2