Dua hari setelah Nia mengatakan keinginannya untuk menikah,Nia mengajak Bowo datang kerumah untuk menemui kedua orang tuanya.
"Maaf om,tante, maksud kedatangan saya kesini saya ingin meminta izin dan doa restu om sama Tante kalau saya ingin menikahi anak om sama tante yaitu Nia." Kata Bowo sopan kepada kedua orang tua Nia Setelah Bowo bertemu dengan mereka.
"Dengan apa kamu menikahi anak kami anak muda?" Tanya Papa Eric tegas dengan menatap tajam Bowo.
"Saya memang saat ini belum punya apa-apa om,tapi saya janji akan membahagiakan Nia " Jawab Bowo tegas.
"Maaf nak Bowo, terus terang Aku tidak merestui hubungan kalian,aku tidak mengizinkan Nia menikah dengan kamu karena Nia masih sangat muda!" Jelas Papa Eric.
"Pa...!" Ucap Nia memotong pembicaraan Papanya.
"Sudah Nia, Papa kan sudah bilang sama kamu, Papa gak setuju kamu menikah dengan Bowo." Ucap Papa Eric tegas.
"Papa kami saling mencintai Pa,kami tetap akan menikah meski tanpa restu Papa!" Ucap Nia.
"Sayang..!" Kata Mama Callysta lembut membelai anak gadisnya.
"Ma.. Nia sangat mencintai mas Bowo,hik...hik..!" Nia mengadu ke Mama Callysta sambil terisak.
"Nia...tau apa kamu tentang cinta!" Bentak Papa Eric merasa kesal dengan Nia.
"Maaf nak Bowo kalau kamu sudah selesai kamu boleh pulang!" Lanjut Papa Eric mengusir Bowo secara halus.
"Maaf om,saya sangat menyayangi anak om,saya bakal berjuang untuk mendapatkan Nia, permisi Om, Tante." Pamit Bowo sopan dan pergi berlalu meninggalkan keluarga Nia.
"Mas Bowo..!" Teriak Nia sambil terisak mengejar Bowo, Nia memegang tangan Bowo dan menahannya.
"Sayang mas janji bakal terus berjuang untuk cinta kita!" Kata Bowo lembut sambil membelai rambut Nia.
"Sekarang biarkan mas pergi dulu,kamu jangan nangis sayang,mas tetap akan menikah sama kamu apapun yang terjadi." Lanjut Bowo sambil melepas pelan tangan Nia.
Bowo segera meninggalkan rumah orang tua Nia setelah nia melepas tangannya.
Terdengar suar motor bowo pergi menjauh.
Nia masih menatapnya sambil terisak lalu berlari menuju kamarnya setelah Bowo pergi.
Papa Eric dan Mama Callysta hanya diam saja, sabenarnya hati mereka sakit melihat putri kesayangannya sedih tapi mereka melakukan semua itu demi kebaikan putri satu-satunya.
Mereka tidak ingin Nia menyesal dikemudian hari karena salah memilih.
Kedua kakak laki-laki Nia hanya diam saja tanpa ada yang berani bicara.
"Pa..Ma, Juli mau main ya!" Izin kakak kedua Nia.
"Mau kemana Jul?" Tanya mama Callysta.
"Main tempat Nino sebentar." Jawab Juli.
"Ya sudah tapi pulangnya jangan malam malam besok kuliah pagi kan?" Mama Callysta mengingatkan
"Iya ma..!" Jawab Juli singkat.
Juli pergi setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya.
"Papa mau istirahat dulu ya sayang,kepala papa pusing!" Kata Papa Eric tiba-tiba kepalanya terasa pusing.
"Papa sakit? Ya sudah istirahat dulu yuk,jangan banyak pikiran pa nanti darah tingginya kumat." Mama Callysta mengingatkan.
"Andrew ,kamu gak ada acara hari ini?" Tanya mama Callysta ketika melihat anak pertamanya masih duduk santai sambil memainkan handphone miliknya.
"Gak ma, Andrew capek pingin istirahat dirumah." Jawab Andrew.
"Ya sudah kami tinggal dulu ya sayang!" Kata mama Callysta lalu pergi dengan Papa Eric ke kamar mereka meninggalkan Andrew yang masih duduk santai di ruang tengah.
Hanya ada Andrew yang sedang duduk di sofa ruang tengah seorang diri.
Andrew mematikan handphone miliknya dan memasukannya ke dalam kantong.
Andrew bangun hendak pergi ke kamarnya,ketika sedang membuka pintu kamar Andrew teringat adiknya, Andrew menoleh ke kamar yang berada di samping kamarnya, menatap pintu kamar Nia, lalu Andrew menutup kembali pintu kamarnya dan berjalan mendekati pintu kamar Nia.
Tok..tok..
Andrew mengetuk pintu kamar adiknya.
"Denia...ini abang dek,apa abang boleh masuk?" Tanya Andrew di depan pintu kamar Nia.
"Masuk saja bang, pintunya gak dikunci." jawab Nia didalam kamar.
Ceklek..
Andrew membuka pintu kamar Nia,terlihat adiknya sedang tiduran sambil menangis di dalam kamar.
Andrew berjalan mendekati Nia,membuang nafasnya kasar .
"Dek..kamu gak apa-apa?" Tanya Andrew pelan.
Nia masih terisak dengan wajah tertutup bantal.
"Abang tau ini berat buat kamu dek,tapi abang yakin Mama papa melakukan ini semua juga demi kamu dek! Mereka tidak mau kamu menyesal dikemudian hari karena mereka sangat menyayangi kamu dek!"Andrew berbicara dengan pelan memberi pengertian untuk adiknya.
"Tapi bang, Nia sangat mencintai Mas Bowo bang.Nia gak bisa hidup tanpa dia!"
Kata Nia sambil terisak.
Andrew tak tega melihat adik perempuannya sedih.
"Nia.. bangunlah dek,sini lihat abang!" Kata Andrew menyuruh adik kesayangannya bangun untuk bicara dengannya.
Nia menuruti perintah kakak tertuanya.
"Jika kamu memang sangat mencintai Bowo, abang akan berusaha membantu kalian,nanti abang coba bicara sama Mama, Papa.
Kamu jangan bersikap seperti anak kecil,cobalah bersikap dewasa Nia, hidup berumah tangga itu tidak semudah yang kita bayangkan.Kamu harus berfikir lebih jauh lagi,apa kamu benar benar sudah siap untuk menikah.
Karen jika kamu sudah memutuskan maka kamu harus siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di kehidupanmu nanti.
Karena itu keputusan kamu sendiri tanpa ada yang menyuruh ataupun memaksa,jika terjadi sesuatu dengan rumah tanggamu nanti, kamu tidak boleh mengeluh,kamu harus siap menghadapinya!" Kata Andrew menjelaskan panjang lebar kepada adik kesayangannya.
"Iya bang, Nia sudah memikirkannya. Nia sudah siap bang!" Jawab Nia mantap.
"Ya sudah,besok abang coba bicara sama Mama Papa,kamu istirahat aja dulu."Perintah Andrew.
"Abang... makasih! Aku gak tau apa yang harus aku lakukan kalau tidak ada abang,hik..hik.." Ucap Nia memeluk Andrew sambil menangis.
"Sudahlah jangan menangis lagi,abang sangat menyayangi kamu dek,hati abang sakit jika melihatmu seperti ini dek! Abang bakal melakukan apapun untuk melihat mu bahagia." Kata Andrew membelai rambut Nia penuh kasih sebagai seorang kakak terhadap adiknya.
Nia melepas pelukannya dan menghapus air matanya sendiri.
"Sudah ya dek,abang mau istirahat dulu ,besok abang coba bicara sama Mama Papa." Kata Andrew sambil berdiri dan pergi keluar kamar Nia .
"Terimakasih bang!" Ucap Nia lirih sebelum Andrew keluar dari kamarnya.
Andrew menoleh kearah adiknya,menjawab dengan senyuman.
Andrew berjalan menuju kamarnya sendiri.
Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur, wajahnya terlihat sendu menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang sulit diartikan.
Andrew menghirup nafas panjang dan membuangnya berlahan sambil memejamkan matanya.
"Eliz...!" Gumam Andrew lirih memanggil sebuah nama sambil memejamkan matanya.Tampak jelas diwajahnya sedang memiliki banyak masalah yang hanya dia sendiri yang tau.
Karena merasa lelah akhirnya Andrew tertidur dengan pulas.
Keesokan paginya Papa Eric dan Andrew sudah bersiap siap ke kantor.
Andrew bekerja di kantor milik Papanya untuk membantu menjalankan usaha Papa Eric.
"Nia belum keluar kamar Ma?"Tanya Andrew kepada Mama Callysta.
"Belum sayang,nanti Mama coba lihat keadaannya,kamu berangkat saja kekantor nanti kesiangan!" Perintah Mama Callysta.
"Ya sudah, Andrew pamit Ma!" Ucap Andrew,lalu mencium punggung tangan Mamanya.
"Papa juga pamit ya ma!" Sambung Papa Eric sambil mencium kedua pipi dan kening Mama Callysta.
"Iya pa,hati hati ..!" Kata Mama Callysta berganti mencium punggung tangan suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments