Sinar matahari pagi mulai menembus kaca jendela kamar milik Lilian. Udara sejuk menyeruak masuk saat pemilik kamar membuka jendela kamarnya. Sejenak Lilian menutup kedua matanya dan menghirup dalam-dalam udara disekitarnya.
"Udara pagi memanglah yang terbaik." Gumam Lilian pelan kemudian berjalan menuju meja riasnya untuk melihat pantulan dirinya didalam cermin.
Lilian sejak tadi sudah siap dengan seragam sekolah yang melekat dibadannya. Peralatan sekolah yang ia butuhkan-pun sudah ia masukan kedalam ranselnya, tinggal langkah terakhir yaitu memeriksa penampilannya sebelum ia berangkat sekolah.
Lilian menatap lama tampilannya didalam cermin, seragam putih yang pas dengan ukuran tubuhnya dibalut dengan jas warna biru muda dan rok diatas lutut berwarna senada dengan jas yang ia kenakan. Tidak lupa pula dengan dasi yang melingkar dilehernya.
Lilian memiliki rambut sedikit panjang dibawah bahu dan menata rambutnya dengan gaya layer-soft bangs, memberikan sedikit taburan bedak bayi di wajah dan memoles bibirnya menggunakan Lip gloss. Setelah di rasa tampilannya sudah pas, Lilian berjalan menuju rak sepatunya dan mengambil sepasang sepatu sneakers berwarna putih dengan kombinasi garis-garis hitam.
Sebelum keluar kamar Lilian meraih ranselnya dan menyampirkannya di belakang punggung. Lilian berjalanan menuruni anak tangga menuju dapur tempat dimana Papa, Mama, dan Kakaknya sedang berkumpul untuk sarapan pagi.
"Selamat pagi Papa ... Mama ... Kakak." Sapa Lilian dengan raut wajah ceria.
"Ehhh sayang ... Baru saja Mama mau minta tolong sama Bi Marni untuk panggilin kamu di kamar." Kata Efina saat melihat Lilian berjalan mendekat ke arah mereka.
Lilian menarik salah satu kursi didekat Papanya dan menduduki kursi itu. "Lilian sebenarnya udah siap dari tadi, cuman harus cek kembali apa aja yang harus Lilian bawa."
Efina mengangguk pelan. "Ya sudah kalau begitu ... Kamu mau sarapan apa? Mama tadi masak nasi goreng, mau?"
Lilian mengangguk dengan antusias dan setelahnya memakan sarapannya dengan diam. Susu yang tadinya terisi penuh didalam gelas kini tinggal tersisa setengahnya.
"Lilian Papa hari ini nggak bisa nemenin kamu ke sekolah baru mu. Padahal kemarin Papa berniat mengantar mu kesana namun tadi pagi atasan Papa bilang kalau pagi ini ada meeting penting yang tidak bisa Papa tinggalkan." Rahadian sangat berat hati mengatakan hal itu kepada Putrinya namun pekerjaannya juga sangat penting dan tidak bisa ia tinggalkan.
"Papa nggak usah khawatir ... Biar Mama saja yang ngantar Lilian. Lagian arah Papa sama sekolah Lilian itu berbeda." Ucap Efina sambil membersihkan mulutnya menggunakan tisu.
Rahadian menghela napas pelan. "Sepertinya memang harus merepotkan mu lagi."
Efina berdecak kesal. "Papa ini kayak sama siapa saja ... Lilian itu Putri kita. Arah toko Mama sama sekolah Lilian juga sama."
Rahadian tersenyum kecil melihat raut wajah Istrinya. "Iya ... iya Papa salah." Sambil mengelus pipi Efina.
"Aduuuhhh Mama ... Papa ... Bisa tidak kalau mesra-mesraannya nggak usah di depan kita berdua? Jiwa ke jombloan Keira itu meronta-ronta." Kesal Keira dengan raut wajah yang ia buat-buat.
Rahadian, Efina, dan Lilian tertawa melihat kelakuan aneh Keira.
"Kalau tidak mau melihat sebaiknya tutup mata saja." Celetuk Efina menggoda Keira.
"Mubajir juga kalau nggak di lihat ... Sayang kalau yang manis-manis gitu terlewat." Keira mulai ngegas.
"Sepertinya Kakak harus secepatnya mencari pasangan deh ..." Spontan Keira menatap kearah Lilian setelah mendengar kata-kata Adiknya.
"Ehhh Adek kamu jangan mulai ya ... Kakak mu yang cantik ini sebenarnya banyak yang suka cuman yaaa ... Mereka belum sesuai dengan keriteria Kakak." Kata keira dengan raut wajah sombong.
"Kalau begitu jangan ngiri ..." Spontan ucapan Lilian membuat Rahadian dan Efina kembali tertawa.
"Untung kamu Adek ... Bangun dari koma bukannya tambah baik malah semakin ..." Ucapan Keira menggantung melihat tatapan permusuhan yang di arahkan oleh Rahadian dan Efina kepadanya.
"Iya ... Iya ... Selalu saja seperti ini." Kesal Keira dengan bibir manyunnya.
Rahadian, Efina dan Lilian tertawa melihat tingkah dari Keira.
"Ahh sudah ... Jangan bercanda lagi. Papa secepatnya harus berangkat. Mama dan Lilian juga harus segera berangkat biar nggak telat. Lalu kamu Keira ... Apa rencana mu hari ini?" Tanya Efina ke arah Keira.
"Keira ada pertemuan sama teman-teman pagi ini Mah ... Mau mengurus beberapa tugas karena kemarin ijin beberapa hari." Jawab Keira.
"Ya sudah kalau begitu ... Ayo kita berangkat." Ajak Efina.
Semuanya berjalan ke tempat parkir, Rahadian berjalan menuju mobilnya setelah berpamitan kepada Istri dan Anaknya dan berangkat menuju kantor. Keira juga pergi menggunakan mobilnya setelah pamit dan yang terakhir Lilian berangkat bersama Mamanya menuju sekolah baru.
Setelah melakukan perjalan waktu yang memakan waktu selama dua puluh menit, Lilian dan Efina sampai pada tempat tujuan mereka. Didepan sana Lilian dapat melihat pagar besar yang menjulang tinggi dan didepannya bertuliskan Florenzo School.
Setelah Pak Supir mengkonfirmasi pada penjaga gerbang sebentar, mobil merekapun memasuki sekolah baru Lilian. Lilian mengamati keadaan sekitarnya setelah turun dari dalam mobil.
Suasananya terlihat sangat sepi karena kegiatan belajar sudah di mulai sejak tadi. Lilian berjalan mengikuti langkah Efina yang berjalan menuju ruang Kepala Sekolah. Sepanjang jalan Lilian hanya mengamati suasana sekolah barunya tanpa berkomentar.
Tibalah Lilian dan Efina didepan pintu ruangan Kepala Sekolah, sebelum masuk Efina mengetuk pintu tersebut dan terdengar suara Kepala Sekolah yang mengijinkan keduanya untuk masuk.
"Ibu Efina ya?" Tanya Kepala Sekolah langsung.
"Iya Pak betul." Efina tersenyum kecil.
"Silahkan duduk Ibu." Kepala Sekolah mempersiapkan keduannya untuk duduk.
"Perkenalkan ini Putri saya Lilian ... Dan Lilian ini Pak Bram Kepala Sekolah kamu." Sambil mengusap pelan bahu Lilian.
Pak Bram mengangguk singkat. "Saya sudah menerima berkasnya dan semoga Lilian nyaman selama belajar di sini."
Tidak lama suara ketukan pintu terdengar dan muncul seorang Guru perempuan dari balik pintu.
"Bapak memanggil saya?" Tanyanya sopan.
"Iya perkenalkan ini Lilian murid baru ... Mulai hari ini dia akan menjadi anak wali mu. Silahkan antarkan ia ke kelasnya." Ucap Pak Bram dengan sikap wibawanya.
"Baik Pak. Silahkan Lilian ikuti saya." Ucapnya kearah Lilian.
Lilian mengangguk pelan kemudian menatap kearah Efina.
"Belajar yang rajin ya sayang ... Kalau nanti perlu apa-apa hubungi Mama saja." Efina mengusap pelan tangan Lilian sambil tersenyum lembut.
"Kalau begitu Lilian ke kelas dulu." Setelah mencium tangan Efina, Lilian berjalan mengikuti Guru tadi.
"Nama saya Ibu Clara wali kelas mu. sebelum kesini kamu sudah tahu tentang peraturan sekolah ini?" Tanya Ibu Clara sambil terus berjalan.
"Sudah Bu." Jawab Lilian singkat.
"Baguslah kalau begitu ... Kamu akan masuk dikelas X Mia 1 berdasarkan data nilai kamu sebelumnya. Kamu harus bisa mengejar ketertinggalan materi dari teman-teman mu dan jangan lupa ambil beberapa ektrakurikuler untuk membantu nilai mu." Jelas Bu Clara.
"Baik Ibu." Jawab Lilian.
Lilian spontan berhenti melihat Ibu Clara yang berhenti berjalan di depannya. Ibu Clara memandangnya dengan raut wajah serius.
"Ibu mengatakan ini demi kebaikan kamu untuk ke depannya. Selain peraturan sekolah yang harus kamu taati ada beberapa hal yang harus kamu ketahui. Sekolah ini menampung banyak murid dari golongan atas, sebagian dari mereka adalah ahli waris dari perusahaan-perusahaan besar, Ibu harap kamu jangan terlibat masalah dengan mereka. Cukup belajar dengan tenang dan sebisa mungkin kamu menghindar dari mereka ... Untuk orang-orangnya kamu akan tahu sendiri nanti karena orang-orang itu sangat terkenal di sekolah ini." Jelas Ibu Clara panjang.
"Baik Bu ... Terima kasih telah mengingatkan." Lilian tersenyum tulus.
Setelahnya Lilian kembali berjalan mengikuti langkah Ibu Clara. "Tidak salah sekolah ini sangat terkenal, isinya kebanyakan adalah ahli waris perusahaan besar." Batin Lilian.
Lilian berjalan melewati lapangan dimana ia mendengar banyak sekali teriakan para Siswi yang meneriakan nama satu orang yang paling jelas ia dengar.
"Orion ganteng banget."
"Orion bikin meleleh."
"Anjirrrr ... Orion ganteng parah."
"Orion semangat ..."
"Orion ..."
Dan banyak kata lain yang Lilian dengar. "Sepertinya mos wanted." Gumam Lilian pelan.
Lilian mencoba berusah melihat wajah orang yang mereka sebut namun karena terlalu banyak Siswi yang berkerumunan Lilian tidak dapat melihat jelas wajahnya. Ia hanya dapat melihat punggungnya itupun tidak jelas.
"Lilian." Terdengar suara dari Ibu Clara yang memanggilnya.
"I ... Iya Bu." Lilian langsung berlari melewati lapangan dan menyusul Ibu Clara.
Keduanya berhenti didepan salah satu pintu yang bertuliskan X Mia 1, Ibu Clara mengetok pintu terlebih dahulu dan bersama Lilian memasuki kelas. Lilian berhenti didepan pintu sedangkan Ibu Clara berjalan ke arah Guru yang sekarang sedang mengajar.
"Siapa tuh cewek? Anjirrr cakep bener."
"Mungkin ini jodoh yang dikirim Tuhan buat gue."
"Kayaknya murid pindahan."
"Bening bener ..."
Terdengar suara bisik-bisik ke arah Lilian namun Lilian terbiasa dengan hal itu, ia-pun mengabaikannya dan fokus menatap kearah Ibu Clara.
"Ok anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru, ia pindahan dari Bandung." Ucap Ibu Clara yang langsung disambut sorakan meriah dari para murid.
"Semuanya diam!" Tatapan mata Ibu Clara menajam kemudian menoleh ke arah Lilian. " Sini perkenalkan dirimu." Ajak Ibu Clara.
Lilian berjalan ketengah kelas dan menatap satu-satu wajah yang akan menjadi teman belajarnya untuk kedepan. "Perkenalkan nama saya Lilian Caroline, Kalian bisa memanggil saya dengan Lilian, saya pindahan dari bandung. Terima kasih." Ucap Lilian sopan.
"Ada pertanyaan?" Tanya Ibu Clara.
Semua murid cowok langsung mengangkat tangan berebutan untuk bertanya.
"Lo udah punya pacar belum?"
"Bisa minta nomor Wa nggak?"
"Lo tinggal dimana dan gue boleh bertamu tidak?"
Ibu Clara memijit keningnya pusing melihat tingkah para muridnya. "Semuanya diam!! Saya rasa pertanyaan kalian tidak penting." Kemudian Ibu Clara memandang kearah Lilian. "Silahkan kamu duduk di kursi kosong sebelah Laura. Laura angkat tangan!"
Murid bernama Laura mengangkat tangannya, Laura berada dimeja ketiga dekat dengan jendela, Lilian-pun berjalan menuju kearahnya dan melempar senyum lembut.
"Hai nama gue Laura." Sambil mengulurkan tangan.
"Nama gue Lilian." Ia membalas uluran tangan Lauran.
"Oh iya di depan Lo adalah sahabat-sahabat gue namanya Gladis dan Meira." Ucap Laura sambil memperkenalkan dua orang yang duduk didepannya.
"Nama gue Lilian ... Senang berkenalan dengan kalian." Ia kemudaian menjulurkan tangannya kedepan dan dibalas satu-satu oleh Gladis dan Meira.
"Kita lanjut ngobrol nanti pas bel istirahat bunyi." Ucap Gladis yang diangguki oleh Lilian
Setelah Ibu Clara keluar, kelas kembali tenang dan semuanya kembali belajar seperti tidak ada hal apapun sebelumnya.
°°°
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ryosa
lanjut author
2021-10-22
0
Desviari Ade
ttp smngt kak Thor membuat cerita2ny dn smg karya2 kak Thor ttp berjaya dn bermanfaat
2021-08-09
0
Rfkh04_
lanjuuuut kak...
2021-08-09
1