Bab 3 - Kejutan Tak Terduga

*Zivon*

Aku membersihkan diri di kamar mandi sebaik mungkin. Aku meletakkan alat pengaman di atas nakas. Hanya dengan mengenakan mantel mandi, aku duduk menunggu wanita itu datang. Aku tidak mau membuat pakaianku kusut dan menyebabkan Mama curiga ketika aku pulang nanti. Lagi pula aku harus melepaskan semua pakaianku, jadi mengapa tidak dari sekarang saja?

Tepat pada jam yang dijanjikan, pintu kamar diketuk. Aku meletakkan botol minuman yang setengah isinya sudah aku habiskan ke atas meja. Salah satu produk perusahaan milik keluargaku. Aku membuka pintu dan seorang wanita masuk.

Dia mengenakan baju berwarna putih. Pakaian itu terlalu sopan dibandingkan jenis pakaian lain yang biasanya mereka pakai. Aku tidak pernah tidur dengan wanita yang sama, jadi aku tidak heran ketika aku tidak mengenalnya sama sekali.

Wanita ini beruntung dibandingkan wanita sebelumnya yang tidur bersamaku. Hari ini dia akan aku perlakukan layaknya hadiah yang berharga. Aku tidak terburu-buru dan memperlakukannya dengan hati-hati. Aku mengambil waktu sebanyak yang aku mampu sebelum akhirnya menyatukan diri dengannya. Benar-benar kado ulang tahun yang terbaik.

Bunyi benda yang bernada sangat tinggi menyakiti telingaku. Aku membuka mata dan memandang langit-langit ruangan. Bunyi itu datang dari sebelah kananku. Alarm ponselku. Setelah mematikannya, suasana kamarku kembali sunyi. Aku menarik napas panjang menyadari bahwa napasku memburu.

Mimpi itu lagi.

Lima tahun yang lalu aku melakukan sebuah kesalahan besar. Aku yang biasanya tidur dengan seorang wanita secara acak pada akhir pekan, malah tidur dengan wanita yang bukan datang dari agen yang bekerja sama dengan asistenku. Aku baru mengetahuinya belakangan. Itu adalah kesalahan pertama.

Kesalahan kedua, aku hanya berhubungan intim satu kali dengan setiap wanita karena itu aku hanya menyediakan satu alat pelindung. Tetapi dengan wanita yang penuh stamina itu, aku melakukannya berulang kali nyaris sepanjang malam. Tanpa ada penghalang di antara kami.

Reputasiku berada di ujung tanduk, maka aku meminta Wastu untuk mencarinya. Jika perempuan itu sampai membuka mulut dan memberitahu orang-orang bahwa aku punya kebiasaan buruk, semua kerja kerasku akan sia-sia. Jika dia hamil lalu suatu hari nanti muncul di hadapanku dengan seorang anak, hidupku bisa hancur.

Tetapi lima tahun menghabiskan begitu banyak uang, dia tidak juga menemukan jejaknya. Aku justru mengetahui siapa dia saat menghadiri acara ulang tahun salah satu kenalan Kakek, Om Matias Laksana. Perempuan yang telah menghiasi mimpi-mimpiku itu adalah putri pertamanya.

Aku mendengar berita yang simpang-siur mengenai dia. Mereka yang menghadiri acara itu berkata bahwa dia adalah gadis yang baik tetapi diperlakukan dengan buruk oleh keluarganya sendiri setelah ayahnya menikah lagi. Yang lain berkata bahwa dia adalah perempuan nakal yang suka tidur dengan sembarangan pria sehingga tidak ada yang mau menikahinya. Dan dia diusir dari rumah karena hamil.

Aku tidak tahu harus memercayai siapa, tetapi aku hanya tahu bahwa wanita ini tidak bisa aku lupakan. Aku tidak mengeluh dengan malam indah yang telah kami lalui bersama, dan aku tidak akan kecewa mengetahui bahwa aku bukan satu-satunya pria yang tidur dengannya. Karena dia juga bukan satu-satunya wanita yang pernah tidur denganku.

Entah apa yang terjadi kepadaku atau sihir apa yang dimiliki oleh wanita itu. Namun setelah tidur dengannya, aku tidak bisa lagi melakukan hobiku itu. Aku sama sekali tidak tertarik untuk melepas beban di tubuhku dengan tidur bersama perempuan lain.

“Selamat pagi, Pak,” sapa Wastu yang sudah duduk di balik meja kerjanya. Aku membalas sapaannya dan berjalan menuju ruanganku sendiri.

Tidak lama kemudian, Wastu menyusul masuk dan membacakan jadwalku pada hari ini. Aku mendesah pelan mendengarnya. Aku sudah lelah menggunakan istirahat makan siang, juga jam sepulang kerja untuk bertemu dengan kolega, rekan bisnis, dan investor yang tidak ada habisnya. Tetapi aku harus melakukannya demi menjaga kerja sama dan hubungan yang baik.

“Oh, iya, Wastu,” kataku saat asistenku itu membalikkan badan bersiap keluar dari ruanganku. “Besok kamu tidak perlu datang lagi.”

Dia menatapku penuh tanya. “Apakah maksud Anda, saya dipecat?” tanyanya.

“Iya. Pesangonmu akan aku transfer sore ini. Terima kasih banyak sudah banyak membantuku selama tujuh tahun terakhir.” Aku mengambil salah satu map dan membuka sampulnya.

“Jika ini ada hubungannya dengan wanita yang Anda cari itu, saya bisa menjelaskannya, Pak.”

“Aku tidak membutuhkan penjelasan apa pun. Kamu sudah boleh keluar. Aku harus memeriksa beberapa berkas sebelum mengikuti rapat direksi,” ucapku memberi perintah.

“Ibu Jasmine berpesan kepada saya bahwa setiap hal yang Anda perintahkan yang akan merusak reputasi Anda, tidak boleh saya lakukan,” katanya membela diri.

“Apakah kamu sedang menyalahkan ibuku atas sikap membangkangmu? Apa perbedaan antara mencarikan aku perempuan untuk tidur bersamaku dengan mencari keberadaan wanita itu?” tanyaku tidak mengerti.

“Mencari seorang perempuan untuk Anda sifatnya rahasia, Pak. Hanya kita berdua dan agen penyedia yang mengetahuinya dan mereka sudah terikat perjanjian untuk tutup mulut selamanya,” jawabnya. “Tetapi mencari perempuan yang pernah Anda tiduri bukanlah hal yang bijak. Bagaimana kalau dia sampai mengaku hamil dan menipu Anda?”

“Dia tutup mulut selama lima tahun ini, tetapi apakah tidak pernah terbersit di kepalamu bahwa dia bisa saja muncul dan mengatakan apa yang terjadi pada hari itu ketika aku sudah menikah nanti? Apakah kamu tidak pernah berpikir bahwa dia bisa saja hamil dan melahirkan anakku? Aku tidak tahu apa yang membuat dia tidak mencariku sampai hari ini, tetapi dia bisa saja mencari waktu yang tepat untuk menunjukkan dirinya. Aku punya banyak musuh, Wastu,” kataku menjelaskan.

“Maafkan saya, Pak,” sesalnya.

“Kamu harus bersyukur bahwa aku hanya memecatmu dan tidak merusak kesempatanmu untuk mencari kerja di tempat lain.”

“Saya sungguh-sungguh meminta maaf, Pak,” ucapnya lagi.

“Kamu sudah mengatakan yang ingin kamu katakan, sekarang silakan pergi,” kataku dengan tegas. Bukannya pergi, dia malah mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu.

Tidak lama kemudian, ponselku bergetar. Aku menatapnya curiga. Aku mengambil ponsel yang aku letakkan di atas meja dan membuka layarnya. Ternyata laporan dari bank. Sejumlah uang yang cukup besar ditransfer ke rekeningku.

“Saya kembalikan setengahnya dahulu karena ada batas transfer harian. Setengahnya lagi akan saya transfer besok, Pak. Saya tidak menggunakan sepeser pun uang yang Bapak berikan kepada saya sebagai biaya mencari wanita tersebut.” Dia benar-benar serius tidak ingin dipecat dari pekerjaannya.

Dengan padatnya jadwalku sepanjang hari itu, aku baru bisa bernapas lega setelah janji makan malam usai. Wastu perlu pergi ke suatu tempat sebelum kembali ke apartemennya, maka aku tidak perlu mengantarnya pulang.

Ponsel dalam genggamanku bergetar. Aku melihat nama pada layar. Riko. Kenalanku yang aku beri misi khusus mencari wanita yang bernama Aida itu. Pasti dia akan memberi laporan mengenai pemuda bernama Alvis yang dibuntuti oleh salah satu rekannya.

“Aku segera menghubungimu karena aku yakin kamu ingin segera mengetahui kabar ini. Alvis pergi ke rumah Aida. Sepertinya dia akan bermalam di sana karena dia membawa tas ekstra dari rumahnya. Aku baru saja mengirim alamatnya,” ucap pria itu tanpa basa-basi.

“Terima kasih banyak. Aku akan menghubungimu lagi jika aku membutuhkan sesuatu.” Aku mengakhiri hubungan telepon kami dan membuka pesan yang baru saja masuk. Aku mengirim alamat tersebut melalui bluetooth ke aplikasi peta pada sistem audio mobil. “Kita akan pergi ke alamat itu, Kian. Jangan ke rumah.”

“Baik, Tuan,” ucapnya patuh.

“Dan, tolong cepatlah,” kataku tidak sabar.

Akhirnya, aku akan melihatnya lagi. Aku akan bertemu perempuan itu lagi. Wastu bodoh. Dia sudah membuang-buang waktuku. Aku hanya membutuhkan waktu satu hari untuk menemukan di mana dia berada. Sungguh keterlaluan, asistenku sendiri membiarkan aku menunggu selama lima tahun untuk hal yang tidak dikerjakannya sama sekali.

Bagaimana sebaiknya aku bicara dengannya? Ada Alvis di sana, alasan apa yang sebaiknya aku gunakan ketika mereka menanyakan maksud kedatanganku? Aku dan Alvis baru bertemu satu kali. Begitu juga aku dan Aida hanya bertemu satu kali, tetapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu.

Alasan apa yang cukup masuk akal di mana kedatanganku yang mendadak ke rumah wanita itu bukan merupakan hal yang aneh? Kepalaku tidak bisa memikirkan apa pun. Apa alasan yang cukup masuk akal bagiku jika mendadak ada orang yang tidak aku kenal sama sekali atau baru satu kali bertemu datang menemuiku di rumahku? Kepalaku benar-benar buntu.

Masa iya aku harus berpura-pura menjadi pembawa acara di mana aku bisa memilih rumah secara acak lalu menawarkan sejumlah uang kepada mereka? Yang benar saja. Alvis mengenalku, jadi itu jelas bukan pilihan yang tepat. Ah, sudahlah. Biarkan saja semuanya berjalan apa adanya.

“Kita sudah sampai, Tuan,” ucap Kian membuyarkan lamunanku. Aku melihat ke sekeliling kami. Rumah yang ada di sekitarku sederhana tetapi masih layak sebagai tempat tinggal.

Salah satu pintu rumah di sebelah kanan terbuka. Seorang pemuda keluar dengan membawa sebuah kantong plastik hitam pada tangannya. Lampu pada teras menolongku untuk melihat wajahnya tetapi jaraknya terlalu jauh. Kemudian ada dua orang anak menyusulnya, seorang anak laki-laki dan anak perempuan. Mereka masih kecil sekali.

Pemuda itu berjalan mendekati pagar dan aku bisa melihat wajahnya dengan jelas berkat bantuan cahaya lampu jalan. Alvis. Lalu kedua anak itu siapa? Alvis mendekati tempat sampah, membuka penutupnya, memasukkan kantong tersebut, lalu kembali memasuki pekarangan rumah. Kedua anak itu melompat-lompat riang saat mengikutinya.

Oh, Tuhan. Apakah? Tidak. Mungkinkah? Apakah kedua anak itu adalah anak Aida? Alvis masih duduk di bangku SMU, jika aku tidak salah ingat. Tidak mungkin dia sudah memiliki anak dengan seorang perempuan pada usia semuda itu. Jadi anak-anak itu pasti anak Aida, kakaknya. Oh, Tuhan. Apakah mereka adalah anak-anakku?

Tetapi semua ini tidak masuk akal. Jika wanita itu hamil setelah kami tidur bersama, mengapa dia tidak mencariku? Mengapa dia diam saja membiarkan dirinya diusir keluar oleh keluarganya? Dia bisa mendatangiku dan kami bisa mencari jalan keluarnya bersama. Aku tidak akan membuang anak kandungku sendiri.

Atau jangan-jangan, mereka bukanlah anakku? Apakah mereka adalah anaknya bersama pria lain? Itukah sebabnya dia tidak mencari aku? Dan dia menerima perlakuan keluarganya karena pria itu tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya? Entah mengapa aku tidak suka dengan fakta ini. Aku lebih suka mengetahui bahwa mereka adalah anak-anakku.

Terpopuler

Comments

Gio Booklover

Gio Booklover

enak bgt punya papa kaya kayak zivon >_<

2021-10-06

1

Zahara Letto

Zahara Letto

semangat kk

2021-10-03

1

Weny Wenefrida

Weny Wenefrida

Terimakasih kak Mei...

2021-08-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Aku Memilih Pergi
2 Bab 2 - Anak-anakku Bahagia
3 Bab 3 - Kejutan Tak Terduga
4 Bab 4 - Pertengkaran Saudara Kandung
5 Bab 5 - Selangkah Lebih Dekat
6 Bab 6 - Mengingat Wajah Papa
7 Bab 7 - Memenangkan Perdebatan
8 Bab 8 - Usaha Mencari Papa
9 Bab 9 - Pria yang Ramah
10 Bab 10 - Tidak Sesuai Harapan
11 Bab 11 - Pemenang di Hatiku
12 Bab 12 - Gigih dan Tekun
13 Bab 13 - Jangan Kasihani Dia
14 Bab 14 - Hal yang Tidak Biasa
15 Bab 15 - Kecewa
16 Bab 16 - Perjanjian
17 Bab 17 - Ketahuan
18 Bab 18 - Karisma
19 Bab 19 - Bagai Keluarga
20 Bab 20 - Sebuah Janji
21 Bab 21 - Sebuah Keanehan
22 Bab 22 - Ultimatum
23 Bab 23 - Sempurna
24 Bab 24 - Mantan Sahabat
25 Bab 25 - Pengakuan
26 Bab 26 - Iba
27 Bab 27 - Apa Adanya
28 Bab 28 - Khawatir
29 Bab 29 - Berpikir Positif
30 Bab 30 - Terima Kasih
31 Bab 31 - Anak Kecil
32 Bab 32 - Jawab Iya
33 Bab 33 - Bertunangan
34 Bab 34 - Tak Bisa Jauh
35 Bab 35 - Lamaran Resmi
36 Bab 36 - Keluarga Kecilku
37 Bab 37 - Rahasia Ibu Tiriku
38 Bab 38 - Panik
39 Bab 39 - Saling Menjaga
40 Bab 40 - Janji Setia
41 Bab 41 - Jatuh Cinta
42 Bab 42 - Tak Ada yang Lain
43 Bab 43 - Berat untuk Pergi
44 Bab 44 - Jalan Terbaik
45 Bab 45 - Dia Pulang
46 Bab 46 - Kehilangan Aset Berharga
47 Bab 47 - Menolong Papa
48 Bab 48 - Promosi, Promosi
49 Bab 49 - Abaikan Saja
50 Bab 50 - Orang Dalam
51 Bab 51 - Sekolah Musik
52 Bab 52 - Lukisan Terindah
53 Bab 53 - Anak-anak Kebanggaan
54 Bab 54 - Menyandang Namamu
55 Bab 55 - Mereka Datang Lagi
56 Bab 56 - Kunjungan Mertua
57 Bab 57 - Sesuai Rencana
58 Bab 58 - Perempuan Sakit
59 Bab 59 - Membantu Sahabat
60 Bab 60 - Rekan Kerja Baru
61 Bab 61 - Korban Lain
62 Bab 62 - Berlibur Sejenak
63 Bab 63 - Murid Terbaik
64 Bab 64 - Siap Berperang
65 Bab 65 - Bukan Kecelakaan
66 Bab 66 - Sang Ibu
67 Bab 67 - Semuanya Baik
68 Bab 68 - Panggil Aku Ibu
69 Bab 69 - Sang Ayah
70 Bab 70 - Makan Siang Terakhir
71 Bab 71 - Sambutan di Rumah
72 Bab 72 - Sidang Pertama
73 Bab 73 - Proyek Bersama
74 Bab 74 - Menyerah Sebelum Bertanding
75 Bab 75 - Tamu Istimewa
76 Bab 76 - Jangan Menipu
77 Bab 77 - Memacu Adrenalin
78 Bab 78 - Cara Menolak yang Efektif
79 Bab 79 - Menikahlah dengan Aku
80 Bab 80 - Satu Masalah Teratasi
81 Bab 81 - Masalah Baru
82 Bab 82 - Balas Jasa
83 Bab 83 - Ganjaran
84 Bab 84 - Ayah yang Terbaik
85 Bab 85 - Kontrak Kerja Baru
86 Bab 86 - Kamu Pasti Bisa
87 Bab 87 - Tak Berdaya
88 Bab 88 - Keluarga Seutuhnya
89 Bab 89 - Teman Baru
90 Bab 90 - Proyek Penting
91 Bab 91 - Kesedihan Kakek
92 Bab 92 - Akhir yang Tragis
93 Bab 93 - Menolong Teman Baru
94 Bab 94 - Selamat Tinggal, Masa Lalu
95 Bab 95 - Selamat Datang, Masa Depan
Episodes

Updated 95 Episodes

1
Bab 1 - Aku Memilih Pergi
2
Bab 2 - Anak-anakku Bahagia
3
Bab 3 - Kejutan Tak Terduga
4
Bab 4 - Pertengkaran Saudara Kandung
5
Bab 5 - Selangkah Lebih Dekat
6
Bab 6 - Mengingat Wajah Papa
7
Bab 7 - Memenangkan Perdebatan
8
Bab 8 - Usaha Mencari Papa
9
Bab 9 - Pria yang Ramah
10
Bab 10 - Tidak Sesuai Harapan
11
Bab 11 - Pemenang di Hatiku
12
Bab 12 - Gigih dan Tekun
13
Bab 13 - Jangan Kasihani Dia
14
Bab 14 - Hal yang Tidak Biasa
15
Bab 15 - Kecewa
16
Bab 16 - Perjanjian
17
Bab 17 - Ketahuan
18
Bab 18 - Karisma
19
Bab 19 - Bagai Keluarga
20
Bab 20 - Sebuah Janji
21
Bab 21 - Sebuah Keanehan
22
Bab 22 - Ultimatum
23
Bab 23 - Sempurna
24
Bab 24 - Mantan Sahabat
25
Bab 25 - Pengakuan
26
Bab 26 - Iba
27
Bab 27 - Apa Adanya
28
Bab 28 - Khawatir
29
Bab 29 - Berpikir Positif
30
Bab 30 - Terima Kasih
31
Bab 31 - Anak Kecil
32
Bab 32 - Jawab Iya
33
Bab 33 - Bertunangan
34
Bab 34 - Tak Bisa Jauh
35
Bab 35 - Lamaran Resmi
36
Bab 36 - Keluarga Kecilku
37
Bab 37 - Rahasia Ibu Tiriku
38
Bab 38 - Panik
39
Bab 39 - Saling Menjaga
40
Bab 40 - Janji Setia
41
Bab 41 - Jatuh Cinta
42
Bab 42 - Tak Ada yang Lain
43
Bab 43 - Berat untuk Pergi
44
Bab 44 - Jalan Terbaik
45
Bab 45 - Dia Pulang
46
Bab 46 - Kehilangan Aset Berharga
47
Bab 47 - Menolong Papa
48
Bab 48 - Promosi, Promosi
49
Bab 49 - Abaikan Saja
50
Bab 50 - Orang Dalam
51
Bab 51 - Sekolah Musik
52
Bab 52 - Lukisan Terindah
53
Bab 53 - Anak-anak Kebanggaan
54
Bab 54 - Menyandang Namamu
55
Bab 55 - Mereka Datang Lagi
56
Bab 56 - Kunjungan Mertua
57
Bab 57 - Sesuai Rencana
58
Bab 58 - Perempuan Sakit
59
Bab 59 - Membantu Sahabat
60
Bab 60 - Rekan Kerja Baru
61
Bab 61 - Korban Lain
62
Bab 62 - Berlibur Sejenak
63
Bab 63 - Murid Terbaik
64
Bab 64 - Siap Berperang
65
Bab 65 - Bukan Kecelakaan
66
Bab 66 - Sang Ibu
67
Bab 67 - Semuanya Baik
68
Bab 68 - Panggil Aku Ibu
69
Bab 69 - Sang Ayah
70
Bab 70 - Makan Siang Terakhir
71
Bab 71 - Sambutan di Rumah
72
Bab 72 - Sidang Pertama
73
Bab 73 - Proyek Bersama
74
Bab 74 - Menyerah Sebelum Bertanding
75
Bab 75 - Tamu Istimewa
76
Bab 76 - Jangan Menipu
77
Bab 77 - Memacu Adrenalin
78
Bab 78 - Cara Menolak yang Efektif
79
Bab 79 - Menikahlah dengan Aku
80
Bab 80 - Satu Masalah Teratasi
81
Bab 81 - Masalah Baru
82
Bab 82 - Balas Jasa
83
Bab 83 - Ganjaran
84
Bab 84 - Ayah yang Terbaik
85
Bab 85 - Kontrak Kerja Baru
86
Bab 86 - Kamu Pasti Bisa
87
Bab 87 - Tak Berdaya
88
Bab 88 - Keluarga Seutuhnya
89
Bab 89 - Teman Baru
90
Bab 90 - Proyek Penting
91
Bab 91 - Kesedihan Kakek
92
Bab 92 - Akhir yang Tragis
93
Bab 93 - Menolong Teman Baru
94
Bab 94 - Selamat Tinggal, Masa Lalu
95
Bab 95 - Selamat Datang, Masa Depan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!