Semakin hari masalah semakin rumit. Diana mulai tidak tahan dengan hal itu. Begitu juga dengan Burhan. Dia sama-sama merasakan apa yang dirasakan oleh anak dan istrinya. Bisnis yang dia jalankan selama ini memang mengharuskan Burhan untuk dekat dengan sesuatu yang Sakral.
Meskipun menghasilkan banyak uang, tapi nyawa adalah resiko utama dari bisnis ini. Burhan adalah seorang kolektor barang-barang antik. Bukan hanya sekedar koleksi, setiap barang yang ia dapatkan juga diperjual-belikan. Harganya begitu menggiurkan. Banyak orang yang rela merogoh koceknya dalam-dalam.
Burhan sudah mendapatkan semua yang diinginkannya. Segalanya bisa ia miliki. Apa pun bisa dia beli. Namun dengan resiko yang besar, Burhan tidak bisa selamanya di bisnis semacam itu. Semuanya berawal dari seorang temannya yang dulu menawarkan sebuah gelang kepadanya. Tapi gelang itu bertuah.
Temannya sudah pernah mengatakan kepada Burhan, agar merawat barang itu dengan baik. Tapi karena kesibukannya sekarang, Burhan sering lalai. Dia kemudian memutuskan untuk tetap menyimpannya di rumah, agar barang itu tetap aman. Namun keputusan Burhan itu salah. Justru hal itu membuat dirinya harus menghadapi masalah besar.
Burhan bingung, dia tak tahu harus memilih yang mana. Jika dia memilih untuk meninggalkan bisnis ini, maka Burhan harus siap kehilangan penghasilan yang sangat besar, dan memulai usaha baru. Jika dia memilih untuk tetap di bisnis ini, maka Burhan dan seluruh keluarganya harus siap menanggung resiko.
"Mas, kalau mas Burhan ngga memutuskan sekarang, aku mau pergi mas. Aku udah ngga tahan mas. Coba lihat Raina mas, anak kita. Dia tersiksa mas. Kita harus ambil resiko kehilangan harta, dari pada harus kehilangan nyawa." kata Diana kepada Burhan.
Burhan hanya diam mendengar ucapan istrinya. Dia memeluk dan membelai rambut Diana dalam dekapannya. Malam itu mereka lewati dengan penuh cinta. Melepaskan rasa rindu, sejenak melupakan masalah yang sedang mereka hadapi. Sedangkan Raina sedang tertidur pulas di kamarnya.
Keadaannya begitu memprihatinkan. Wajahnya pucat. Setiap malam, keringat dingin mengucur deras dari tubuhnya. Lina, yang hanya seorang juru masak, sudah seperti seorang ibu bagi Raina. Selama ini Lina yang selalu menghibur Raina saat dia sedang bosan. Memasak makanan kesukaannya setiap hari, dan menemaninya tidur setiap malam.
Lina memandang wajah Raina. Wajah lugu itu mengingatkan Lina kepada anaknya, yang sekarang entah ada dimana. Lina adalah seorang janda, anak perempuannya yang kala itu berusia empat tahun dibawa secara paksa oleh ayahnya. Sekarang, mungkin anaknya sudah besar. Dia hanya mengingat wajah kecil anaknya itu, dan sebuah tahi lalat disebelah kiri hidungnya.
Hanya tanda itu yang masih benar-benar Lina ingat sampai sekarang. Beberapa tahun berlalu pasti wajah anaknya telah berubah. Apalagi dia tidak pernah sekalipun mendengar kabar darinya. Entah dia ada dimana sekarang. Mereka terpisah jarak dan waktu. Pernikahan yang seharusnya berjalan dengan baik, justru harus kandas karena mertuanya tidak pernah menghargai dirinya.
Luka itu masih begitu membekas sampai sekarang. Lina tidak akan pernah lupa dengan peristiwa menyakitkan itu. Saat itu posisinya sebagai seorang ibu benar-benar kalah. Dan sama sekali tidak mendapatkan keadilan sedikitpun. Lina kalah oleh harta. Hukum memutuskan hak asuh jatuh ke tangan suaminya. Lina tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dengan keadaannya.
Karena itulah, Lina merawat anak majikannya dengan sungguh-sungguh. Dengan penuh perasaan dan kasih sayang. Tidak pernah sekalipun Lina merasa lelah, meskipun itu bukan anak kandungnya. Keadaan Lina mulai berubah kala ia bekerja kepada Burhan. Hati Lina yang tergores luka, perlahan mulai sembuh karena Raina. Mereka saling mengasihi satu sama lain.
Lina sangat bersyukur, karena dia bisa bekerja di sebuah keluarga yang penuh kasih sayang. Burhan dan Diana adalah pasangan yang harmonis, meskipun mereka sering berpisah karena kesibukan yang Burhan miliki. Baru kali ini Burhan dan Diana bertengkar selama Lina bekerja pada mereka. Namun siapa sangka, bahwa sebenarnya Lina juga sering mengalami hal-hal aneh di rumah ini.
Tapi Lina bungkam, dan berpura-pura tidak ada apa-apa. Karena dia tidak mau malaikat kecilnya sampai kenapa-napa. Namun Diana tidaklah sekuat Lina. Diana orang yang mudah panik. Dan termasuk orang yang penakut. Sedangkan Lina orang yang tabah. Lina tak pernah sekalipun buka mulut dengan apa yang dia alami. Dia lebih memilih diam dan menyimpan semuanya sendiri.
Sebenarnya, ini bukan kejadian yang pertama kali. Tapi kejadian ini sudah berkali-kali terjadi. Lina yang menjadi saksi tidak pernah menceritakan hal itu kepada majikannya, karena mereka tidak mungkin percaya dengan apa yang telah terjadi. Dan baru kali ini Diana melihat sendiri bagaimana anaknya berubah menjadi makhluk yang mengerikan. Bagi Diana itu adalah hal baru. Namun bagi Lina, itu hal yang sudah biasa.
Saat peristiwa itu terjadi untuk pertama kalinya, Lina memang takut dan ingin sekali keluar dari pekerjaannya. Namun dia tidak tega jika harus meninggalkan Raina. Sekalipun Burhan dan Diana bisa membayar pekerja yang baru, belum tentu orang itu bisa sama seperti Lina, yang memiliki kasih sayang tulus dan ikhlas. Selanjutnya, Lina bersikap biasa saja jika Raina tiba-tiba berubah menjadi makhluk mengerikan itu.
Pagi hari menjelang, Burhan duduk santai bersama Diana di depan rumahnya, sembari menikmati teh hangat. Masih membahas hal yang sama seperti kemarin. Namun Burhan tetap kukuh dengan bisnisnya untuk saat ini.
"Sangat disayangkan kalau aku harus meninggalkan bisnis itu. Apalagi sekarang banyak sekali orang yang memesan berbagai barang antik. Mereka membayar mahal." ucap Burhan kepada istrinya.
"Tapi mas, kita ngga bisa selamanya kaya gini mas. Aku ngga mau kalau anak kita yang harus jadi korban. Semua benda yang kamu bawa ke rumah ini bukan benda biasa mas. Semuanya berisi. Aku ngga tahan lagi mas." jawab Diana menangisi nasib anak mereka saat ini.
"Ana? Kamu sabar yah. Oke! kita pindah rumah. Aku janji ngga akan bawa barang apa pun ke rumah baru kita. Rumah ini biar nanti anak buahku yang jaga. Khusus untuk menyimpan barang-barangku. Kamu bisa hidup tenang dan damai dengan Raina. Gimana?"
Diana hanya diam. Suaminya itu masih tetap pada pendiriannya. Tidak mau meninggalkan bisnisnya. Memang benar adanya apa yang diucapkan oleh Burhan. Jika dia meninggalkan bisnis itu, maka akan banyak orang yang kecewa. Apalagi sekarang banyak yang meminta untuk dibawakan benda-benda keramat yang sulit ditemukan.
"Ya sudahlah mas, kalau kamu masih tetap di bisnis ini. Tapi aku ngga mau kalau kamu sampai bawa barang-barang kamu ke rumah baru kita nantinya." ucap Diana sembari berjalan masuk ke dalam rumah.
Burhan merasa lega karena Diana setuju untuk pindah rumah. Dan rumah ini akan ia jadikan tempat penyimpanan barang-barang koleksinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments