ANKOT Dua

Setelah semalaman harus menelan rasa kecewa, dengan mata bengkak, aku berjalan menyusuri lorong sekolah. Membanting tas ketika berada di kelas, menyembunyikan wajah di antara telapak tangan.

"Eh kenapa lo?" suara Kayla terdengar ditelinga.

Aku langsung mendongak, memeluknya dan menumpahkan tangis.

"Papa dipindahin tugas," mungkin hari itu suara ku sangat kencang, sampai teman sekelas langsung mengalihkan arah fokus.

"Kok bisa?,"

"Gak tau, dan gue harus ikut Papa tinggal jauh ditempat yang gue gak tau,"

Itu suara paling berat yang pernah aku ucapkan, hampir mencekik leher. Kayla melepaskan pelukan, menyeka air mataku.

"Jadi elo bakal pindah sekolah?,"

Aku menggeleng, bersamaan dengan itu Ajil masuk kedalam kelas sambil membawa kotak bekal.

"Siapa yang pindah?,"

Sepertinya saat itu dia mendengar pembicaraan kami. Aku berusaha menyembunyikan fakta ini, nyatanya berbohong dengan Ajil hal sia-sia.

"Vanda," kata Kayla.

"Kamu kenapa mau pindah beb?,"

Kayla dan Ajil merubah posisi, kali ini Ajil mengelus punggungku, berusaha menyalurkan kekuatan dari elusan nya.

"Papa pindah tugas,"

Ajil sepertinya shok mendengar kabar ini. Dia bahkan mencengkram ujung meja, aku melihatnya waktu itu. Dan yang dia lakukan selanjutnya adalah pergi. Pergi meninggalkan aku dikelas yang semakin terisak.

Sepertinya, keputusan Papa pindah benar-benar dia lakukan, sore ini tiba-tiba wali kelasku masuk ke kelas. Menyampaikan perpisahan padaku, dan mengatakan berkas sudah diurus. Besok Papa akan berangkat, jujur saat itu aku menangis hebat di depan kelas.

Mereka fikir aku menangis karena berpisah dengan mereka, itu memang sepenuhnya benar, tapi sisanya aku tidak mau pergi dari Jakarta. Jakarta sudah menjadi dunia ku.

Kayla menangis saat itu, Ajil berdiri didekat pintu, setelah bel pulang sekolah, teman-teman langsung memelukku, menyampaikan perpisahan yang manis, ada juga yang memberikan kenang kenangan. Ketika kelas sepi dan hanya ada Kayla dengan Ajil, elaki itu berjalan mendekat, memelukku, seperti pelukan yang benar-benar takut kehilangan.

"Maafin aku,"

Kalimat itu yang mampu aku berikan pada Ajil, selebihnya seluruh kalimat seperti tercekat diantara kerongkongan.

Hari itu hari terburuk disepanjang hidup. Ajil mengantarkan pulang, kami tidak sempat jalan-jalan ke mall, nongkrong atau sekedar berpisah. Selama perjalanan, aku lingkarkan tangan dengan erat  di pinggangnya, motor melaju dengan pelan, hampir pelan sekali. Mungkin aku akan sampai di rumah ketika adzan magrib.

Kami tidak banyak bicara, membiarkan waktu berhenti sebentar. Sampai didepan rumah, ternyata Papa sudah mengemasi barang barang, aku melapaskan helm, memberikannya pada Ajil.

"Kabari aku ya, jangan sampai kita kehilangan komunikasi," pesannya.

Ajil pergi setelah mencubit pipiku, dia melenggang pergi meninggalkan aku dengan rasa sakit yang menjalar.

Tidak banyak yang aku lakukan, seperti murung diri di kamar, menangis dan merasa benar-benar kecewa. Besok kami sekeluarga akan pindah rumah. Mungkin aku tidak akan kembali ke Jakarta, tapi aku akan memastikan untuk kembali ke Jakarta lagi, pasti.

🚕🚕🚕

Kami tidak naik pesawat saat itu, hanya melintasi toll arah Lampung. Setelahnya masuk ke perbatasan antara lampung dan Pematang (Palembang), jalanan sudah berlobang-lobang, aku kecewa.

Ketika mobil berbelok kearah kiri, aku menyipitkan mata.

"Pa, berapa jarak rumah yang Papa beli dari sini?,"

Aku mencondongkan diri, merasa was-was kalau-kalau rumah yang ku tinggali masih hutan belantara.

"Sejam lagi,"

Aku masih menilik kearah kanan dan kiri, jalan berbatuan membuat mobil tergoncang. Bahkan aku ingin mutah saat jalan tidak stabil sepeti ini, mobil kesulitan melaju dengan kencang, lama, lama sekali.Di sekelilingku masih ditumbuhi pohon-pohon tinggi dan ini terlihat seperti hutan. Rumah pendudukan yang kecil dengan altar luas, bentuk tidak dinamis serta beberapa anak kecil yang tengah bermain pasir.

Bermain seperti anak-anak itu tidak pernah aku lakukan sebelumnya, mengecek ponsel pun percuma, sinyal sangat sedikit, bahkan saat mengkonfirgurasi ke dalam data seluler media sosial sangat sulit di gunakan.

kubu, kalimat itu menggambarkan kondisi saat ini. Baiklah, aku menarik nafas, mengembuskan perlahan. Sekitar sejam setengah kami sampai dirumah dengan latar luas, pohon mangga serta beberapa rumah tetangga yang sama dengan rumah ku. Sebenarnya aku ingin mengatakan ini, tidak ada mini market yang ku temui sejak tadi, hanya ada warung kecil-kecilan, butik kecil yang terletak tidak jauh dengan rumah.

Aku keluar, menoleh kekanan kiri sambil menggantungkan tas di bahu. Mobil yang mengantarkan barang juga sudah sampai.

Meski rumahnya cukup bagus tapi aku merasakan aura tidak nyaman tinggal disini. Sepi, sangat sepi, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas didepan. Anak-anak kecil bermain bola di samping rumah, ibu-ibu tengah duduk bercengkrama menggunakan daster. Serta ada bapak bapak yang tengah memotong kayu.

Aku tidak terlalu paham apa yang sedang dilakukan dua ibu-ibu itu. Mereka tampak memeriksa kepala ibu yang duduk di depannya. Sudahlah memikirkan keadaan daerah ini, aku benar benar pusing.

Terpopuler

Comments

Edmundus Ason

Edmundus Ason

lagi periksa kebersihan rambut hehehehe

2021-11-07

0

De Afekh..

De Afekh..

aku mampir lagi kaka...setelah al n el..semangatty

2020-11-17

1

dimpi^ippuni

dimpi^ippuni

aku pernah kok tinggal dipelosok aceh ninggalin jakarta n semua duniaku.. tapi sekarang malah kangen berasa jadi kampung ke 2 😍😍

2020-10-11

2

lihat semua
Episodes
1 ANKOT Satu
2 ANKOT Dua
3 ANKOT Tiga
4 ANKOT Empat
5 ANKOT Lima
6 ANKOT Enam
7 ANKOT Tujuh
8 ANKOT Delapan
9 ANKOT Sembilan
10 ANKOT Sepuluh
11 ANKOT Sebelas
12 ANKOT Dua Belas
13 ANKOT Empat belas
14 ANKOT Lima Belas
15 ANKOT Enam Belas
16 ANKOT Tujuh belas
17 ANKOT delapan belas
18 ANKOT sembilan belas
19 ANKOT Dua puluh
20 ANKOT Dua puluh satu
21 ANKOT Dua puluh dua
22 ANKOT Dua puluh tiga
23 ANKOT Dua puluh empat
24 ANKOT Dua puluh lima
25 ANKOT Dua puluh enam
26 ANKOT Dua puluh tujuh
27 ANKOT Dua puluh delapan
28 ANKOT Dua puluh sembilan
29 ANKOT Tiga puluh
30 ANKOT Tiga puluh satu
31 ANKOT Tiga puluh dua
32 ANKOT Tiga puluh tiga
33 ANKOT Tiga puluh empat
34 ANKOT Tiga puluh lima
35 ANKOT Tiga puluh enam
36 ANKOT Tiga puluh tujuh
37 ANKOT tiga puluh delapan
38 ANKOT Tiga puluh sembilan
39 ANKOT Empat puluh
40 ANKOT Empat Puluh satu
41 ANKOT Empat Puluh dua
42 Ankot Empat Puluh Tiga
43 Ankot Empat Puluh empat
44 ANKOT Empat Puluh lima
45 Ankot Empat Puluh enam
46 ANKOT Empat Puluh Tujuh
47 ANKOT empat puluh delapan
48 ANKOT empat puluh sembilan
49 ANKOT Lima puluh
50 ANKOT Lima puluh satu
51 ANKOT Lima Puluh Dua
52 ANKOT Lima Puluh Tiga
53 ANKOT Lima Puluh Tiga
54 ANKOT Lima Puluh Empat
55 ANKOT Lima Puluh Lima
56 ANKOT Lima Puluh Enam
57 ANKOT Lima Puluh Tujuh
58 ANKOT Lima Puluh Delapan
59 ANKOT Lima Puluh Sembilan
60 ANKOT Enam Puluh
61 ANKOT Enam Puluh Satu
62 ANKOT Enam Puluh Dua
63 ANKOT Enam Puluh Tiga
64 ANKOT Enam Puluh Empat
65 ANKOT Enam Puluh Lima
66 ANKOT Enam Puluh Enam
67 ANKOT Enam Puluh Tujuh
68 ANKOT Enam Puluh Delapan
69 ANKOT Enam Puluh Sembilan
70 Pengumuman
Episodes

Updated 70 Episodes

1
ANKOT Satu
2
ANKOT Dua
3
ANKOT Tiga
4
ANKOT Empat
5
ANKOT Lima
6
ANKOT Enam
7
ANKOT Tujuh
8
ANKOT Delapan
9
ANKOT Sembilan
10
ANKOT Sepuluh
11
ANKOT Sebelas
12
ANKOT Dua Belas
13
ANKOT Empat belas
14
ANKOT Lima Belas
15
ANKOT Enam Belas
16
ANKOT Tujuh belas
17
ANKOT delapan belas
18
ANKOT sembilan belas
19
ANKOT Dua puluh
20
ANKOT Dua puluh satu
21
ANKOT Dua puluh dua
22
ANKOT Dua puluh tiga
23
ANKOT Dua puluh empat
24
ANKOT Dua puluh lima
25
ANKOT Dua puluh enam
26
ANKOT Dua puluh tujuh
27
ANKOT Dua puluh delapan
28
ANKOT Dua puluh sembilan
29
ANKOT Tiga puluh
30
ANKOT Tiga puluh satu
31
ANKOT Tiga puluh dua
32
ANKOT Tiga puluh tiga
33
ANKOT Tiga puluh empat
34
ANKOT Tiga puluh lima
35
ANKOT Tiga puluh enam
36
ANKOT Tiga puluh tujuh
37
ANKOT tiga puluh delapan
38
ANKOT Tiga puluh sembilan
39
ANKOT Empat puluh
40
ANKOT Empat Puluh satu
41
ANKOT Empat Puluh dua
42
Ankot Empat Puluh Tiga
43
Ankot Empat Puluh empat
44
ANKOT Empat Puluh lima
45
Ankot Empat Puluh enam
46
ANKOT Empat Puluh Tujuh
47
ANKOT empat puluh delapan
48
ANKOT empat puluh sembilan
49
ANKOT Lima puluh
50
ANKOT Lima puluh satu
51
ANKOT Lima Puluh Dua
52
ANKOT Lima Puluh Tiga
53
ANKOT Lima Puluh Tiga
54
ANKOT Lima Puluh Empat
55
ANKOT Lima Puluh Lima
56
ANKOT Lima Puluh Enam
57
ANKOT Lima Puluh Tujuh
58
ANKOT Lima Puluh Delapan
59
ANKOT Lima Puluh Sembilan
60
ANKOT Enam Puluh
61
ANKOT Enam Puluh Satu
62
ANKOT Enam Puluh Dua
63
ANKOT Enam Puluh Tiga
64
ANKOT Enam Puluh Empat
65
ANKOT Enam Puluh Lima
66
ANKOT Enam Puluh Enam
67
ANKOT Enam Puluh Tujuh
68
ANKOT Enam Puluh Delapan
69
ANKOT Enam Puluh Sembilan
70
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!