Aku melongo, Slamet tepat berdiri di depanku, padahal seluruh mata dikantin sudah menatap kehadirannya. Dan yang paling aneh mereka berbisik Saga. Siapa Saga? Apa nama panjang Slamet?.
Aku memandang Dian, meminta penjelasan darinya. Tapi ku rasa itu sebuah langkah yang salah, Dian justru menganga.
"Kenapa?" Tanya ku heran.
"Lo dipanggil guru BK" jawabnya.
"Oh"
Aku berdiri, mengikuti dia dari belakang. Karena memang aku tidak tahu apa apa tentang sekolahan ini. Jadi aku mengikutinya dibelakang tanpa banyak bicara . Sampai didepan ruang BK, langkah kami terhenti. Dia menolehku, menatap dari atas sampai bawah.
"Besok ganti ya seragamnya" titahnya.
Enak banget sih, tiba tiba nyuruh ganti seragam gitu aja. Memangnya dia siapa? Ingin aku menjawab seperti itu.
"Terserah gue dong" aku justru nyolot.
Dia tersenyum, senyum smrik yang membuat jantung ku berdetak.
"Lo lebih cantik pakek putih abu abu"
Rasanya aku ingin berlari, mencari seragam putih abu abu yang kuletakkan diatas kasur semalam. Menggantinya dan berkata pada Slamet, apa aku sudah cantik. Astaga ada apa dengan ku.
"Gue pakek apa aja juga cantik" justru itu yang aku ucapkan sambil mendorong knop pintu.
"Eh" aku menoleh saat dia masih memandangi ku "tungguin gue, gue lupa jalan balik ke kelas"
Sebenarnya tidak sepenuhnya jujur, buktinya sekolah ini tidak seluas SMA ku dulu. Slamet hanya mengangguk tanpa banyak komentar.
Selesai dari ruang BK yang kebanyakan mendapat bimbingan setelah perpindahan dan hanya ku jawab iya iya dan iya.
Aku keluar dari ruangan BK, menoleh ke kanan kiri dan menghentakakan kaki sebal.
"Bego banget sih, udah gue bilangin tungguin malah ditinggal" gurutuku tidak tahu kalau dia tengah ada di samping ruangan. Ruangan BK adalah ruangan akhir, disampingnya adalah koridor menuju gerbang.
"Ngomongin gue" aku tersentak saat menoleh ke samping kanan. Dia berjalan mendekat sambil memasukan tangan kedalam saku. Aku terpaku, dia benar benar tampan, aku mengakuinya.
Ingat Vanda, elo udah punya Ajil.
Aku mengelus dada sambil menguatkan diri.
Aku ikut berpindah ke sisi ruangan BK. Kami sama sama terdiam bersandar di dinding.
"Mau balik ke kelas?" Tanyanya memecah keheningan.
Aku menatapnya, dia tersenyum, senyum yang selalu berhasil menyembunyikan mata sipit nya.
"Iya"
Kami berjalan menuju kelas yang tidak jauh juga dari ruang BK. Karena kelas ku adalah kelas yang paling dekat dengan lapangan utama, ruang guru, BK , kepala sekolah dan perpustakaan.
Tidak ada percakapan antara kami, kami sama sama terdiam, mungkin masih canggung saja. Sampai dikelas aku menoleh nya, dia hanya memberikan tampang datar yang mampu membius ku. Udah, dia diem gitu masih ganteng kok.
"Makasih" kataku langsung masuk kedalam kelas.
Agaknya Dian sudah kembali ke kelas, ada ciki ciki yang berserakan di meja. Beberapa lelaki dan perempuan yang duduk satu bangku. Kayaknya lagi pacaran.
Aku duduk di kursi, membersihkan ciki ciki Dian yang berserakan. Beberapa saat Dian kembali ke kelas dengan botol mineral ditangannya. Dia menyodorkan botol mineral itu padaku.
"Nih, tadi elo gak sempet minum"
"Eh" aku kaget, bukan karena minumannya tapi aksen elo gue yang tiba tiba digunakan Dian.
Dian duduk di sebelahku, sambil membuka ciki miliknya. Dian menyodorkan ciki itu kearah ku, menawarkan. Aku menolaknya sambil tersenyum, tapi tetap memandanginya lekat.
"Ada apa Van?"
Aku rasa Dian paham dengan tatapanku, aku berdehem. Nanya gak ya.
"Elo kenal Slamet gak?" Tanya ku ragu ragu.
"Slamet" alis Dian terangkat, mungkin sedang berfikir, Slamet siapa yang aku maksud.
"Itu, Slamet yang nganterin gue ke kelas tadi pagi" paparku.
"Ha, Slamet" Dian masih bingung "emang elo tadi di antar siapa aja selain Saga?"
Saga? Nama itu lagi yang disebutkan mereka. Sebenarnya siapa sih saga?
"Saga siapa?"
Dia menunjuk seorang siswa yang dimaksud, Slamet tengah berjalan dengan membawa buku paket ditangannya.
"Iya, itu dia namanya Slamet kan?" Kataku mulai antusias.
Dian memutar bola matanya, lalu tertawa dan menepuk bahu ku. Sebenarnya aku tidak menyukai kebiasaan ini, kebiasaan dimana saat tertawa pasti selalu mencari bahan untuk dipukul. Tidak Kayla tidak Dian sama saja.
"Itu bukan Slamet, tapi Saga Alvaro" paparnya.
Aku tercengang, jadi tadi aku ditipu sama dia. Oh bagus, kenapa aku baru sadar sekarang. Dan orang yang menipuku tidak merasa bersalah untuk itu.
"Dia Saga, maksud lo dia nipu gue?" Tanya ku mulai merasa marah.
"Memangnya tadi dia ngomong kalo namanya Slamet?" Tanya Dian sambil tertawa terbahak bahak. Sumpah, ada yang lucu ya sekarang.
Mungkin selain aku yang ditipu wajah cengoku ini yang ditertawakan Dian.
"Dia Saga Alvaro. Ketua OSIS di SMA kita, anak IPA 3. Kelasnya satu jalur kok sama kelas kita"
Aku manggut manggut mendengarkan penjelasan Dian. Sayangnya aku justru tertarik tentang Saga. "Terus terus"
"Dia sering dapet penghargaan di Pramuka, Pradana juga dipramuka. Kemarin kepilih paskibra kabupaten. Ikut silat, atlet PSHT, kemarin juara 2 tingkat provinsi" papar Dian .
Aku memajukan kursi, tertarik dengan pembicaraan kami. Hari itu aku mulai tahu, bahwa Slamet memiliki nama asli Saga yang mendapatkan banyak prestasi di non-akademik. Berbanding terbalik dengan aku yang justru sering dapat penghargaan di akademik.
"Ada prestasi di akademik nya gak?"
Dian menggeleng "belum pernah denger soal itu, Saga sering bolos sekolah soalnya"
"Bolos?" Ulangku
"Iya, si Saga selalu minta izin gitu. Alasannya ada kegiatan OSIS padahal mah emang mau bolos"
"Jadi , dia bad boy"
"Bad boy? " Tanya Dian bingung dengan istilah ku "semacam cerita di Wattpad gitu ya?" Tebak Dian.
Em, aku belum pernah baca Wattpad jadi asal ku angguki saja ucapan Dian.
"Dia jarang berantem sih kecuali sama Micky"
"Micky, siapa lagi?" Tanya ku semakin penasaran
"Anak IPS 3 , dia nakal gitu tapi berprestasi di olahraga, bahkan sering jadi bon bonan gitu?"
Eh aku bingung lagi, bon bonan?, bukannya bon itu hutang ya. Kalau sering ke warung pasti menemui pemilik warung menuliskan "dilarang bon"
"Bon bonan, apalagi itu"
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal
"Apa ya, duh bingung" Dian justru kebingungan sendiri menjelaskannya "semacam di sewa buat main sama kelompok lain"
Oh aku manggut manggut "kenapa mereka berantem?"
"Sofia, ngopo si Saga pas kae gelud karo Micky?" Dian justru bertanya sama Sofia yang sedang duduk di kursinya. Sofia menoleh, ikut berfikir alasan dari Saga berkelahi dengan Micky.
"Rebutan Aliya uduk?"
"Iya ta?" Dian menolehku setelah mengucapkan bahasanya "kalo gak salah berantemnya karena Aliya"
Aku menaikan alis, ikut bingung "Aliya?" Tanya ku
"Itu anak IPS 1 , dia anggota paskibra juga, dulu yang mengibarkan bendera di kabupaten, bareng sama Micky juga Saga. Kejadiannya udah lama sih, kelas satu gitu. Tapi sampe sekarang gue gak pernah ngeliatin Saga maupun Micky akrab" tukas Dian.
Sebenarnya aku ingin bertanya lagi, tapi kedatangan guru membuatku mengurungkan niat. Urusan Saga nanti saja, sekarang fokus belajar dulu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
☘👑ʜᴀᴘsᴀ ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ💣
duh Palembang nya daerah mana sih
jangan2 tetangga desa ku 😂
aku juga tinggal di perbatasan Palembang loh, di pematang (mesuji)
kami mah emang bukan asli Palembang dulu nya nenek kakek kami yg transmigrasi
jadi kami disini emang bahasa Jawa
2022-12-11
0
Edmundus Ason
sekolah baru, semua serba baru,pergaulan dan kawan baru, tinggal perlu beradaptasi
2021-11-07
0
Qisthina A.
Aku bingung, k Palembang tapi kok bahasanya Jawa? Apa ceritanya itu emang di lingkungannya dia orang2 Jawa?
2020-11-21
3