Teresa sudah tiba di depan sebuah rumah kontrakan sederhana. Wanita itu membuka pintu dengan hati-hati, dan langsung terlonjak kaget saat mendapati seorang pria yang berdiri di belakang pintu.
"Abang, mengagetkan saja!" Gerutu Teresa yang sudah kembali menutup pintu dan menguncinya.
"Kenapa masuk rumah mengendap-endap seperti maling begitu?" Tanya pria yang Teresa panggil sebagai Abang tadi.
"Tere pikir, Abang Darren sedang istirahat. Tere tidak mau mengganggu," jawab Teresa seraya meletakkan makanan yang tadi ia bawa ke atas meja.
Teresa kembali menghampiri Abang Darren yang kini sudah duduk di kursi yang ada di samping meja.
Kontrakan ini begitu sederhana. Hanya ada dua ruangan yang dipisahkan oleh sekat papan dan sebuah kamar mandi.
Satu ruangan berfungsi sebagai kamar Darren dan satu ruangan lagi berfungsi sebagai dapur merangkap ruang makan dan ruang tamu, meskipun tidak ada yang pernah bertamu ke rumah ini.
"Kenapa Abang tidak berbaring dan istirahat?" Tanya Teresa seraya mengalungkan lengannya ke leher Darren, lalu menyusupkan kepalanya di ceruk leher Darren.
"Capek berbaring terus," jawab Darren memberi alasan.
"Makan dulu, ya! Tere suapin!" Bujuk Teresa seraya mengecup pipi Darren.
Teresa menatap sendu pada wajah yang selalu terlihat pucat tersebut. Keinginan terbesar Teresa saat ini hanya satu, melihat Abang Darren sembuh dan sehat kembali seperti sedia kala.
"Hai, siapa namanya? Kenapa disini sendiri?" Tanya seorang bocah laki-laki delapan tahun pada seorang gadis kecil yang berusia tiga tahun yang baru tiba di panti asuhan hari ini.
"Teresa," jawab gadis kecil itu seraya sesenggukan.
"Hai, Teresa! Aku Darren," bocah bernama Darren tersebut langsung duduk si samping Teresa dan merangkul gadis kecil itu.
"Tere jangan menangis lagi, ya!" Darren menyeka airmata di kedua pipi Teresa dengan ibu jarinya.
"Tere mau roti?" Darren memberikan sebuah roti dengan taburan meises coklat di atasnya pada Teresa.
Gadis kecil itu sontak menatap pada wajah Darren yang tersenyum hangat kepadanya.
"Ini untuk Tere? Abang dapat darimana?" Tanya Teresa bingung.
"Tere makan saja, ya! Besok kalau Tere mau, Abang bawakan lagi roti seperti ini untuk Tere. Tapi Tere harus janji pada Abang untuk tidak bersedih lagi!" Darren mengulurkan jari kelingkingnya pada Tere dan mengajak gadis tiga tahun tersebut untuk membuat janii kelingking.
Tere segera ikut mengukurkan jari kelingkingnya, da membuat janji kelingking dengan Darren.
"Tere janji, Abang-" Teresa mengernyitkan dahinya karena tidak tahu nama dari Abang baik hati ini.
"Darren! Nama Abang Darren. Dan mulai sekarang, Abang akan menadi Bang untuk Tere. Abang akan selalu menjaga Tere," Darren mendekap Teresa dan berjanji pada gadis kecil tersebut.
Sembilan belas tahun berlalu, dan Darren tetap memenuhi janjinya hingga kini. Darren dan Teresa tetap saling menjaga hingga kini, namun perasaan di antara keduanya juga sudah ikut berubah.
Darren dan Teresa yang sudah sama-sama tumbuh menjadi pria dan wanita dewasa, tak lagi menyayangi seperti Abang dan adik, melainkan ada perasaan lain yang kini mereka rasakan.
"Kenapa melamun?" Tanya Darren seraya mengusap lembut pioi Teresa yang sedang menyuapinya.
Teresa hanya menggeleng dan segera mengulas senyum di bibirnya.
"Kau jadi bekerja di perusahaan milik keluarga Atmadja?" Tanya Darren lagi yang langsung membuat Teresa sedikit tersentak.
"Iya, jadi! Bukankah itu syarat agar mereka tetap mau membaiyai pengibatan Abang," jawab Teresa sedikit lirih.
Ya,
Jika syaratnya hanya semudah itu, Teresa tidak akan banyak pikiran seperti sekarang ini.
Nyatanya, Bu Evita juga memberikan syarat lain yang membuat Teresa menjelma menjadi wanita jahat perusak hubungan rumah tangga orang lain. Dan Teresa mau tak mau tetap harus memenuhinya demi kesembuhan Abang Darren.
"Aku sudah kenyang, Tere!" Ucap Darren saat Teresa hendak menyuapkan nasi lagi ke mulut pria tersebut.
"Baru beberapa sendok, Bang! Makanlah sedikit lagi!" Bujuk Teresa pada Darren. Namun pria itu menggeleng dan keukeh menolak.
Teresa tak bisa memaksa lagi dan segera membereskan sisa makan malam Darren.
Teresa mengambil obat Darren dan segera membantu pria itu untuk minum obat, lalu membimbingnya ke atas tempat tidur.
"Tere akan mandi sebentar, Bang!" Pamit Tere setelah mengecup kening Darren dan merapatkan selimut pria tersebut.
Teresa meraih satu baju terusan rumahan dari dalam lemari, lalu segera menghilang masuk ke dalam kamar mandi.
****
Suara petir yang menggelegar mengagetkan Teresa kecil dan membuat gadis itu meringkuk di sudut tempat tidur. Teresa yang ketakutan memeluk gulinghya serta menangis sesenggukan.
"Tere!" Darren yang baru masuk ke kanar Tere segera menghampiri Teresa.
Dan Teresa yang sejak tadi merasa ketakutan, langsung menghambur ke pelukan Abangnya tersebut.
"Tere takut, Bang!" Cicit Teresa yang terus membenamkan kepalanya di pelukan Darren.
"Jangan takut lagi, oke! Abang akan selalu melindungi Tere," ucap Darren yang semakin mengeratkan dekapannya pada Teresa.
Darren dan Teresa masih saling mendekap tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuh mereka, di dalam kamar yang tidak terlalu luas, dan di atas temoat tidur yang seharusnya hanya untuk satu orang dewasa.
Teresa membenamkan kepalanya di dada Darren yabg tak lagi se kekar dulu saat pria ini masih sehat. Tubuh Darren kian melemah sekarang dan hal itu membuat hati Teresa menjadi semakin sedih.
"Kenapa kau melakukan ini, Teresa?" Tanya Darren tak mengerti.
Sudah sejak dulu Darren dan Teresa mengungkapkan perasaan mereka yang saling mencintai sebagai dua orang dewasa dan bukan lagi sebagai abang dan adik. Tapi Teresa dan Darren tidak pernah berbuat sejauh ini sebelumnya. Mereka biasanya hanya saling memeluk atu berciuman.
Namun malam ini, Teresa mendadak mengajak Darren untuk melakukan hubungan suami istri.
Teresa memang sudah hilang arah. Bu Evita yang menyuruh Teresa untuk segera hamil dalam waktu kurang dari dua bulan membuat pikiran Teresa menjadi kacau. Ditambah kondisi Will yang kesuburannya masih dipertanyakan, semakin menambah beban masalah Teresa.
Sekarang Teresa sudah tidur dengan Will dan Darren. Tidak tahu Teresa nanti hamil anak siapa, yang terpenting sekarang, Teresa harus hamil, agar keluarga Will tetap mendapatkan hak waris dan Bu Evita tetap mau membiayai pengobatan Darren.
Toh tidak akan ada yang tahu tentang hubungan rahasia Teresa dan Darren ini. Karena keluarga Atmadja tahunya Abang Darren adalah abang kandung Teresa. Jadi mereka tak akan pernah menaruh curiga.
"Tere," panggil Darren yang langsung menyentak lamunan Teresa.
"Bukankah kita saling mencintai sejak dulu? Jadi, ini bukan hal yang salah," ucap Teresa menjawab pertanyaan Darren dan kembali mengecup bibir Darren.
Darren hanya tersenyum dan segera mendekap Teresa dengan erat.
.
.
.
Judulnya perlu diganti nggak?
"Selingkuhan Suamiku Selingkuh dengan Abang Angkatnya,"
"Pria Simpanan Selingkuhan Suamiku"
Konflik macam apa ini?
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SCANDAL DIATAS SCANDAL, TPI SYANG, SDH ADA OTHOR LAIN YG PKE JUDUL NOVEL SCANDAL DI ATAS SCANDAL.. TTG MANDUL JUGA..
2023-05-16
0
Sulaiman Efendy
TAPI APA DARREN GK PERTANYAKN KSUCIAN TERESA YG UDH DI MAKAN WIILL..
2023-05-16
0
Sulaiman Efendy
NAHHH, BNARKN, AKHIRNYA MRK BERZINAH..
2023-05-16
0