Hari demi hari, Gaby lalui dengan air mata di setiap hari. Tubuh wanita itu juga semakin kurus tak terurus. Meski wajahnya masih terlihat cantik, tapi tidak bisa di bohongi jika dia terlihat menderita. Dia sempat ingin mencoba untuk mengakhiri hidupnya. Mulai dari meminum racun serangga, memotong urat nadi di pergelangan tangannya, mencoba loncat dari lantai tiga milik Jordan, atau bahkan menggantung diri. Semuanya gagal. Tapi yang lebih menyakitkan adalah, orang-oramg hang menolongnya sengaja menunggu Gaby kesakitan. Setelah terlihat hampir mati, mereka bergegas menolongnya dan membuat Gaby kembali pulih. Mereka benar-benar sengaja melakukan itu. Rencana bunuh diri Gaby hanyalah jalan yang digunakan Jordan untuk membuatnya merasakan sekarat tapi tak kunjung mati. Meski menangis atau memohon sembari bersujud untuk dilepaskan, Jordan tida akan pernah mau menggubrisnya. Apalagi saat Gaby mencoba untuk melarikan diri, pria itu justru semakin senang membuat Gaby menderita. Tapi yang lebih menyakitkan dari itu adalah, hampir setiap malam di mabuk dan memaksa gaby untuk melayaninya. Segala cara sudah ia lakukan untuk menghindari pria itu, tapi segala cara juga dia lakukan untuk menemukannya. Dan seperti biasa. Saat pagi hari, dia akan mengumpat, memukul saat menyadari jika dia telah berhubungan badan dengan Gaby. Seolah begitu terbiasa. Kini Gaby hanya bisa pasrah dan menerima kapal ajalnya tiba. Dan ini, adalah satu-satunya cita-cita terbesarnya. " Mati "
" Makanlah! " Jordan mendekatkan sepiring nasi goreng menggunakan kakinya ke hadapan Gaby yang tengah duduk bersimpuh. Inilah rutinitas paginya sebelum Jordan berangkat bekerja. Bersimpuh sembari mengelap sepatu Jordan.
" Terimakasih. " Gaby tak mau menerima nasi goreng itu meski telah mengucapkan kata terimakasih. Dia bangkit dan menjauh meninggalkan Jordan yang masih menatapnya kesal.
" Makan atau kau akan mati! "
Gaby tak mau menoleh atau sekedar memiliki rasa takut. Dia justru semakin jauh melangkah tanpa perduli makian yang kini keluar dari mulut Jordan.
Jordan yang merasa kesal berjalan cepat mendekati Gaby lalu menariknya kembali ke tempat nasi goreng tadi berada.
" Makan! "
Gaby mulai menyuap nasi itu tanpa ekspresi. Seakan tak memiliki rasa di hatinya. Gaby hanya berwajah datar setiap hari. Tidak pernah marah saat dihina atau di pukul. Dia juga tidak pernah terlihat sedih atau bahagia. Semua begitu tidak terbaca dari wajah Gaby sekarang ini. Padahal, beberapa waktu lalu dia terlihat menyedihkan dan sering menangis. Entah mengapa Gaby yang sekarang membuatnya khawatir. Apalagi melihat tubuhnya yang semakin kurus, Jordan ingin memberinya banyak makan, tapi dia juga tida mau terlihat memperhatikan Gaby. Al hasil, pria itu kembali memberikan makan kepada Gaby seperti dia memberikan makan kepada se ekor kucing atau anjing peliharaan.
Setelah beberapa saat.
Gaby kembali ke kamarnya. Dia menyenderkan kepalanya di jendela kecil yang ada di sudut kamarnya. Angin segar memang menerpa wajahnya. Tapi aura kesakitan tak akan bisa hilang hanya karena itu. Gaby sudah begitu terbiasa tak banyak bicara. Dia hanya mengatakan tiga kata saja sekarang ini. iya, tidak, terimakasih. Entah mengapa dia begitu tidak memiliki keinginan berbicara panjang lebar. Memohon percuma, apapun yang dia katakan hanya akan memperberat hukuman untuknya.
Gaby dengan terburu-buru berlari menuju ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Ini sudah hampir dua minggu dia mengalami mual muntah. Dia kembali mengingat kapan mens terakhirnya. Dan ternyata, dia sudah hampir satu bulan tidak menstruasi. Dia berjalan ke dapur dan mendekati seorang pelayan yang biasa pergi untuk berbelanja bahan makanan dan beberapa kebutuhan lainnya. Gaby meraih kertas dan pena lalu menulisnya.
" Anda meminta saya membeli tes kehamilan, Nyonya? " Gaby mengangguk. Untunglah, pelayan itu adalah orang baik yang memperlakukan Gaby dengan layak di sana.
" Baiklah, Nyonya. "
" Terimakasih. "
Gaby berlalu meninggalkan pelayan yang terus menatapnya iba. Dia sungguh tidak tega melihat wanita sebaik Gaby di perlakukan dengan buruk. Tapi mau bagaimana lagi, dia hanyalah seorang pelayan yang tidak punya hak apa-apa untuk membela Nyonya rumahnya.
Tanpa mereka sadari, ternyata ada seorang pelayan yang mendengar itu.
***
Pelayan yang tadi Gaby perintahkan untuk membeli tes kehamilan datang mengetuk pintu kamarnya lalu menyerahkan apa yang Gaby inginkan. Gaby mengucapkan terimakasih lalu menutup kembali pintu kamarnya. Dia berjalan menuju kamar mandi dan menggunakan alat tes kehamilan.
Dia terdiam memandangi hasil dari uji kehamilan mandirinya. Sungguh dia kebingungan harus bagaimana? garisnya ada dua, yang berarti dia kini tengah mengandung. Tapi dengan keadaan jiwanya yang tidak stabil, bagaimana dia akan membesarkan anaknya nanti? apalagi keadaan dia dan Jordan. Haruskan anaknya menonton adegan menakutkan setiap hari. Dia akan menyaksikan Ibunya di maki-maki, di pukul, di hina. Apa yang akan dia jelaskan pada anaknya nanti?
Gaby memegangi perutnya yang masih rata itu. Dia tersenyum setelah sekian lama. Benar, meski ini adalah kehamilan di waktu yang tidak tepat, tapi mungkin inilah cara Tuhan memberinya semangat. Dia yang sudah kehilangan semangatnya untuk hidup, tiba-tiba merasa kuat dan seolah semua akan baik-baik saja.
" Benar, tidak perduli bagaimana pun caranya, bayi ini harus tetap hidup. Aku akan berusaha yang terbaik untuk memberinya kehidupan yang lebih baik. Sayang, Ibu berjanji padamu. Ibu akan melindungi mu dengan sangat baik. Ibu akan melawan siapapun yang berani menyakiti mu. " Gumam Gaby sembari terus mengelus perutnya.
Gaby menarik nafas dan menghembuskan perlahan. Dia berjanji kepada dirinya sendiri. Mulai hari ini dia akan menjadi ibu yang baik untuk anaknya nanti. Mula-mula dia akan memberi tahu Jordan tentang kehamilannya. Tidak perduli apapun nanti reaksinya, dia akan tetap mempertahankan bayinya. Bayi ya h sudah dia anggap nyawa sekaligus seluruh hidupnya.
***
Malam ini, Jordan kembali dengan keadaan yang terlihat lelah. Elia yang mendengar suara mobil Masuk ke garasi, dia dengan cepat menuju ruang utama untuk membicarakan ini dengan Jordan.
" Jor, "
Ucapan Gaby terhenti saat melihat Delena tengah menanti Jordan di sofa yang berada di ruang utama.
" Sayang kau sudah pulang? aku menunggumu sedari tadi. "
Jordan tersenyum kepada Delena meski dia melihat ada Gaby juga disana. Dia asik memeluk Delena tanpa perduli Gaby yang menunggu giliran untuk bicara.
" Aku ada kabar untukmu. " Ucap Delena.
" Tunggu! biarkan aku bicara. "
Jordan menatap Gaby jengah.
" Aku hamil. " Ucap Gaby.
" Apa?! " Jordan dan Delena kompak bertanya karena kaget.
" Sayang, aku juga hamil. " Jordan kini mengeryitkan keningnya mendengar kedua wanita di hadapannya tengah hamil.
Gaby mengepalkan jemarinya kuat karena luka yang kembali di torehkan oleh Jordan dan Delena.
Jordan menghela nafasnya.
" Aku tidak perduli dengan kalian. Baik kau hamil atau tidak. Aku memberi tahu Jordan hanya karena dia Ayah dari bayiku. Aku hanya ingin meminta izin besok untuk pergi ke Dokter. Itu adalah alasan utama aku memberi tahu tentang kehamilan ini. "
" Kau pikir aku setuju dengan adanya bayi itu? " Jordan menatap Gaby dengan tatapan dingin.
" Kau tidak perlu perduli dengan bayiku. Cukup izinkan aku pergi setiap bulan untuk memeriksa dan itu sudah cukup. Masalah mu dan Delena, aku tida akan memperdulikannya. Apapun keputusan mu, aku akan memenuhinya. Terkecuali, menggugurkan kandungan ku. "
Jordan mengeraskan rahangnya. Entah mengapa kata-kata Gaby begitu menyakitkan. Dia bahkan hampir tidak bisa bernafas mendengar Gaby dengan lantangnya mengatakan itu.
Delena menatap marah kepada Gaby.
Kau tidak boleh memiliki bayi itu. Jordan, adalah milikku.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
💖 sweet love 🌺
kenapa aq suka novel mu Thor, Krn novel mu gk terlalu bertele-tele..
mmg sih agak sedikit rumit Krn selalu ada rahasia2 tersembunyi..
tp that's good.. aq suka..
2023-01-17
1
Sulati Cus
dr awal hingga bab ini emosi meledak
2022-12-01
0
orang hebat muncul♪┌|∵|┘
mati bukanlah cita2 tapi impian😶
2022-04-01
0