Masih Ada Kakak

Ia masih belum bisa menerima kenyataan ini. Baru saja ia ditinggal Ibu tercintanya, hanya ada nama Bunda Sharah dalam hatinya. Namun bagaimana ia bisa menerima wanita yang saat ini telah menjadi istri dari Ayahnya.

Mina menjadi seorang istri juga karena suatu hal yang memang mengharuskan ia mendapati gelar itu. Jika ia menolak maka akan semakin banyak dosa dan tentunya bayi di kandungannya akan menderita.

Alif menatap Ayahnya sekejap, lalu mengalihkan kearah yang lain. Ia menggeleng lemah. Ia hanya membutuhkan waktu untuk itu. Memang Ayahnya bersalah dalam hal ini, namun keadaan mendesaknya meski caranya benar-benar salah.

Ikhsan memejamkan matanya dan menunduk. Memang ia sudah mempersiapkan diri untuk ini semua. Ia akan menerima segala sikap dari anak-anaknya.

Alif melenggang pergi ke arah kamar adiknya. Ia tahu pasti adiknya merasa sangat syok. Ia akan menjaga adiknya lebih ekstra lagi. Ia akan selalu mendampingi adiknya.

Ikhsan yang melihatnya pun merasa sangat bersalah. Tentu saja perasaan itu sudah menghantui dirinya selama satu setengah tahun lebih. Ia menyenderkan kepalanya dan menatap langit-langit kosong.

Sungguh sebenarnya ia juga sangat letih dengan keadaannya selama ini. Cukup lama ia dalam keadaan seperti itu hingga tangan halus nan lembut mengusap bahunya. Ia pun sedikit merasa ketenangan dan tentunya ia tahu itu siapa.

Ia menoleh dan senyumnya terlukis indah saat melihat wajah teduh Mina. Meski Mina juga sangat terpukul akan keadaannya namun ia juga yang menjadi kekuatan terbesar dalam menjalani semua.

Ia memijit lembut bahu Ikhsan. Ia tak ingin banyak bertanya atau bicara. Yang ingin dilakukan hanya untuk memberikan ketenangan sejenak dan kekuatan pada suaminya. Terus meratapi nasibnya pun tiada guna.

Ikhsan benar-benar merasa nyaman akan sentuhan Mina hingga tak sadar ia mulai memejamkan matanya.

***

Alif masih setia menemani adiknya. Ia mengelus perlahan kepala Melati. Jujur saja ia sendiri masih belum bisa menerima kenyataan ini semua. Kenapa kejadian demi kejadian berat selalu menimpanya.

Tak lama sayup-sayup ia mendengar lenguhan Melati yang ia yakini bahwa ia mulai sadar.

"Ehm,.." Melati berusaha membuka matanya. Orang yang pertama kali ia lihat adalah satu-satunya orang yang sangat ia sayangi saat ini.

"Kak.." panggilnya lemah.

"Iya Dek,.." Alif mendekati Melati dan mengelus pucuk dahi Mela.

Hanya air mata yang mengalir di pelupuk mata Melati. Alif yang menyadari langsung membawa Melati ke pelukannya. Melati semakin terisak.

"Kakak sudah tahu bagaimana Ayah kan?" Tanya Melati.

Alif hanya diam bingung ingin menjawab apa. Ia juga meneteskan air matanya tanpa sepengetahuan Melati.

"Kak kenapa Ayah seperti itu?, Apa Ayah sudah tak menyayangi kita lagi?, Dan Bunda Kak?," Tangis Melati semakin pecah.

Alif hanya menggelengkan kepalanya. Berusaha memberi kekuatan pada adiknya.

Cukup lama Melati menangis. Alif mulai merasakan pernapasan yang teratur. Ia pun menunduk dan melihat keadaan Melati.

Matanya sembab dan sangat lemah saat ini. Ia pun mendongakkan wajah Melati agar leluasa ia melihatnya.

"Perut kamu di isi dulu ya. Kan belum makan dari tadi." Pinta Alif.

Melati menggeleng lemah. Alif menghela nafasnya, mengeluarkannya perlahan.

"Denger ya, kamu itu harus makan Dek. Masa ia kamu terus-terusan kaya gini, memangnya kamu pikir Bunda di sana akan seperti apa jika melihat kamu seperti ini terus?" Tutur lembut Alif meyakinkan Melati.

Melati hanya diam, ia juga berusaha berpikir perkataan Alif. Tak dapat disangkal perkataan Alif. Baik ia akan mengikuti Kakaknya ini. Toh hanya ia yang ia punya saat ini. Menurutnya.

"Entahlah Kak aku juga tidak tahu, kenyataan ini semua begitu mengejutkan bagiku." Ungkap Melati lirih.

"Dek, bagaimana pun juga kau tidak boleh seperti. Jika kau merasa kecewa, ingatlah masih ada Kakak hm. Jadi mau ya, makan." Pinta Alif.

Melati mengangguk kecil menanggapi perkataan Alif. Alif pun tersenyum dan melepas pelukan adiknya. Ia melenggang pergi menuju dapur untuk membawakan makanan.

Di dapur ternyata ia melihat istri dari Ayahnya tengah menyiapkan bubur. Memang dapat ia lihat bahwa wanita di depannya ini adalah orang baik-baik. Pakaiannya juga sama seperti Bunda Sharah. Sikap dan perilakunya tak jauh berbeda dari Bundanya.

Wajah yang menampilkan aura ketulusan dan kasih sayang membuat Alif sedikit trenyuh. Namun hatinya tetap merasa sakit ketika membayangkan Bundanya mengetahui semuanya. Dimana tanpa sepengetahuannya Ayahnya telah berhubungan dengan Mina selama satu setengah tahun lamanya.

"Nak, maaf Ibu hanya ingin menyiapkan bubur ini untuk adikmu..." Ucapnya lembut namun masih terdengar gugup. Ia hanya takut anak tirinya ini tak dapat menerima kehadirannya.

Alif hanya mengangguk dengan wajah dinginnya. "Iya.." jawabnya singkat dan dengan wajah datarnya. Kemudian membawa nampan yang telah disiapkan oleh Mina.

Mina pun senang meski Alif sangat dingin padanya ia sangat memakluminya. Yang terpenting ia mau menerima makanan buatannya.

Alif pergi dan meninggalkan Mina yang masih berada di dapur.

Tak lama Ikhsan datang menghampiri Mina. Ia terheran melihat Mina yang tersenyum memandang ke arah tangga. Ikhsan melambaikan tangannya di depan istrinya yang tengah melamun.

Mina menggeleng keras kepalanya dan tersadar bahwa suaminya berada di sampingnya.

Ada apa?, Tanya Ikhsan melalui isyarat kepalanya.

Mina hanya tersenyum menanggapi. Ia melanjutkan kegiatannya yang tengah memasak tadi. Ikhsan terus memperhatikan istrinya itu. Tak biasanya istrinya tersenyum begitu lama.

Ia melingkarkan tangannya di pinggang sang istri. Mina menoleh dan masih tersenyum pada Ikhsan.

"Kau tau mas tadi Alif kesini dan dia melihat aku yang sedang menyiapkan bubur untuk Melati. Aku pikir dia akan marah pada aku dan tidak ingin menerima bubur buatan aku. Baru aja aku ingin memanggilmu tapi ternyata dia sendiri yang pergi ke sini untuk mengambil makanan. Aku seneng mas." Tutur Mina dengan wajah yang berbinar.

Ikhsan yang mendengarnya pun ikut merasa bahagia. Ia tahu bagaimana Alif yang memang sangat perasa. Tak sulit membedakan mana yang tulus atau tidak. Meski ia tahu bahwa Alif masih membutuhkan waktu.

"Iya Dek, mas berharap mereka bisa menerima kamu nantinya. Tapi mas tahu mereka terutama Melati tidak mudah buat itu semua. Mas minta kamu bersabar ya menunggu lebih lama lagi."

Mina membalikkan tubuhnya dan menghadap langsung pada Ikhsan. "Iya mas pastinya, dan dukungan dari mas juga membuat aku semakin bersabar dan semangat."

"Iya makasih ya sayang." Ujar Ikhsan lalu mencium kening Mina.

Lalu Mina pun melanjutkan aktivitasnya dan ditemani suaminya. Ikhsan memang sudah mencintai Mina, namun hati seutuhnya masih milik Sharah.

Bagaimanapun perjalanan cinta mereka tidaklah sebentar. Hubungan mereka juga selalu dihiasi dengan kebahagiaan.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!