Namun, temannya meyakinkan bahwa tempat itu bisa membuatnya sedikit menenangkan pikirannya. Ikhsan juga tak perlu meminum-minuman yang ada di bar. Jika ia ingin cukup memesan minuman tak beralkohol.
Dengan segala bujukan dan rayuan dari temannya, akhirnya Ikhsan pun mau memasuki tempat itu. Jujur dari pertama melihat tempat itu saja ia sudah tak merasa nyaman, apalagi dentum musik yang terdengar begitu keras memekik pendengarannya.
Temannya terus saja membujuknya, ia pun mengiyakan ajakan teman dekatnya itu. Tak ada ketenangan sama sekali di tempat itu, dirinya sudah pusing dengan pemandangan serta alunan musiknya.
Awalnya ia memang hanya memesan minuman tanpa alkohol. Namun, entah karena kesialan atau lainnya ia begitu ceroboh salah mengambil minuman. Dirinya yang sudah pusing tak bisa membedakan mana alkohol dan tidak. Hingga ia meminumnya dan kehilangan kesadarannya.
Temannya yang melihatnya begitu terkejut, ia juga menyesali perbuatannya. Ia sendiri juga sebenarnya sedang patah hati. Dia yang telah biasa meminum minuman alkohol berusaha mencari teman untuk pergi ke bar.
Ia memutuskan untuk membawanya pergi ke apartemen tempat ia menginap. Karena ia tau bagaimana keadaan anak-anak Ikhsan. Ia tak ingin memberi contoh yang tak baik pada mereka.
Ketika tengah membawa Ikhsan menuju ruangan apartemennya, tanpa ia sadari bahwa seseorang melihatnya dan tersenyum sinis.
Karena menerima panggilan dari orang tuanya yang menginginkan ia pulang ke rumahnya ia pun meninggalkan ia sendiri. Entah karena temannya itu lupa atau memang ceroboh ia lupa mengunci pintu.
***
Kepala Ikhsan benar-benar terasa berat sekali. Matanya berusaha menelisik dimana ia sekarang. Ia benar-benar tak mengenali ruangan ini.
Alangkah terkejutnya ia mendapati dirinya bersama dengan seorang wanita dalam selimut yang sama. Wanita itu masih terlelap dalam tidurnya. Ia benar-benar membenci wanita itu. Segera saja ia bangun dan mengenakan busananya.
"Hei bangun..!" Ikhsan menepuk-nepuk bahu perempuan itu dengan agak keras.
"Em.." Wanita itu mengerang dan mengerjapkan matanya.
Ketika tersadar akan keadaannya, ia langsung membulatkan matanya. Lalu pandangan beralih pada pria 39 tahunan yang ketampanannya masih awet.
"Kau!!..." Dirinya benar-benar malu akan hal ini. Satu ruangan dengan seorang pria, apalagi melihat keadaan dirinya sendiri.
"Apa yang kau lakukan padaku hah!" Segera saja ia menarik selimutnya dan berusaha mencari pakaiannya.
"Kau!,.. harusnya saya yang bertanya apa yang kamu lakukan di kamar ini!" Tanya Ikhsan berapi-api.
"Baiklah sebaiknya saya keluar dahulu, kita selesaikan masalah ini. Kau pakai dulu pakaianmu!" Lanjut Ikhsan dengan membanting pintu.
Ikhsan pergi menuju sofa yang berada di ruang tamu. Sungguh ia benar-benar sangat ceroboh. Ia merutuki dirinya sendiri. Jijik dengan dirinya yang telah mengkhianati Sharah, jijik dengan dirinya yang mengikuti ajakan temannya.
Air matanya meluruh, tak sanggup lagi ia bendung. Sungguh ia menyesali segalanya. Seorang Ayah yang selama ini selalu menjaga putra-putrinya, bahkan sampai teman pun ia pilihkan untuk mereka, kini ia sendiri tak mampu menjaga pergaulannya.
Kini ia tak mampu mengendalikan nafsunya. Dari awal ketika ia tahu pergi ke tempat maksiat itu, harusnya ia sudah menyadari segala konsekuensinya. Namun apa sekarang, menyesal pun sudah tiada guna. Entah langkah apa yang ia pikirkan.
Sekitar dua jam ia termenung dengan segala penyesalannya, ia mendengar sebuah pintu terbuka.
Krek, keluarlah wanita yang semalam bersamanya, dapat ia lihat wajahnya yang berantakan yang dapat diyakini bahwa telah menangis.
Ikhsan membuang muka akan hal itu. Sebenarnya ia juga sangat jijik pada wanita tersebut.
Wanita itu menghampirinya dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Ikhsan.
Ikhsan menghela nafasnya, "Sebenarnya apa yang membuatmu ada di sini dan siapa kau?" Ikhsan tau bahwa ia telah menghancurkan hidup wanita itu. Sebab ia juga sempat melihat bercak merah pada sprei tempat tidurnya.
Gadis menangis, ia tak mampu menjawab apapun. Ia hanya ingat bahwa ia sedang berada di apartemen yang sama milik temannya. Tak tau kenapa tiba-tiba ia kehilangan kesadarannya hingga berada di tempat yang tak sama dengan sebelumnya.
"Kumohon jawab pertanyaanku, agar kita bisa menyelesaikan ini. Bagaimana kita bisa menemukan jalan keluar jika kau tak mau memberi jalannya."
Wanita itu menghela nafas panjang dan mulai menceritakan segalanya dan dengan derai air mata tentunya. Ia yakin bahwa ia juga dijebak.
Ikhsan memejamkan matanya. Apapun keadaannya saat ini dan alasan yang ia dengar, semua tetap salahnya. Istrinya saat ini tengah berjuang keras untuk kesembuhannya, namun ia juga telah merusak wanita di depannya. Yang pasti ia harus bertanggung jawab atas semuanya.
"Maaf, tapi kau harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu, kau telah merenggut hal yang paling berharga dalam hidupku dan juga......, benih yang telah kau taburkan."
Ikhsan semakin menundukkan kepalanya. Air matanya menetes dengan sendirinya. Bagaimana ia mengatakan pada keluarganya.
"Aku sudah berkeluarga." Ujarnya lirih.
Mina memejamkan matanya. Ia sudah tau pasti itulah yang akan dengar tadinya. Ia semakin terisak menjadi-jadi.
Krek. Pintu apartemen terbuka dan menampakkan Andri temannya Ikhsan yang mengajaknya kemarin. Tentu saja Andri terkejut melihat ternyata ada dua insan yang satunya tak ia ketahui siapa.
Ikhsan menatap marah dan benci. Seandainya ia tak mengikuti Andri tentu ini tak akan terjadi. Langsung saja ia melayangkan bogem mentah pada wajah Andri.
Bug. Sudut bibir Andri koyak dan mengalirkan darah segar. Andri langsung saja langsung menahan tangan Ikhsan namun tak membalas perbuatan Ikhsan.
Sedang Mina tentu saja terkejut dengan apa yang terjadi di depan matanya dan merasa takut.
"Cukup San!, Gua tau gua salah. Tapi kita coba selesaikan semuanya dengan kepala dingin.!" Seru Andri berusaha menahan Ikhsan yang tengah kalang kabut.
Tubuh Ikhsan lemas dengan sendirinya. Rasanya dunianya benar-benar runtuh. Andri membantu Ikhsan bangkit dan mengajaknya duduk di depan Mina.
Melihat apa yang ada di hadapannya kini Andri dapat mengetahui keadaan yang telah terjadi. Namun, pertanyaan yang ada di benaknya adalah mengapa wanita yang ada di hadapannya berada di dalam apartemennya.
Ia melihat ke arah samping melihat sahabatnya tertunduk lemah. Menghela nafas panjang dan menggeleng lemah.
***
Andri mengernyitkan dahinya mendengar penuturan Mina. Ada sedikit rasa tak percaya dengan semuanya. Namun melihat penampilan yang dikenakan Mina ia juga tak dapat menyangkal bahwa perempuan ini adalah gadis yang baik-baik.
Ia pun beralih menatap Ikhsan. Ia berjanji akan membantu untuk memecah masalah ini. Namun tetap saja perbuatan Ikhsan telah melanggar agama. Ia harus bertanggung jawab apapun alasan keadaannya bermula.
Menyelidiki siapa dalang dibalik semuanya. Ia juga merutuki kebodohannya yang lupa mengunci apartemennya. Andri berjanji akan selalu mendampingi Ikhsan untuk mempertanggungjawabkan semuanya.
Beberapa hari setelah insiden itu, Ikhsan bersama Andri datang ke kediaman Mina. Ikhsan akan mengakui semuanya tentang kekhilafannya. Ia juga akan menerima segala konsekuensinya.
Untuk anak dan istrinya ia akan pikirkan dahulu nanti. Bagaimanapun ia tak boleh menunda-nunda hal yang memang seharusnya ia lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Suyatno Galih
disini tdk ada penjelasan bagaimana Mina bisa satu kamar dg ikhsan Thor mmng pintu tak di kunci tau2 ajeb2 aja
2023-06-21
0
Xyylva Xyylva
Tetap salah kamu ikhsan dasar laki laki penghianat.istrimu meregang nyawa masih sempatnya kamu berbuat maksiat...
2022-11-13
0
Rosdiana Niken
masalahnya jd numpuk
2021-08-15
0