Aku membalas senyumnya dan menghampirinya. "Maaf Tan, Tante ini siapa ya?" Meski canggung aku tetap mencium punggung tangan wanita ini.
Dapat kulihat bahwa dia sangat menyukai sikapku. Ya, karena memang Ibuku yang mengajari untuk selalu menyalami orang yang lebih tua.
Namun, setelah aku melepaskan tanganku dapat kulihat wajah gugupnya yang berusaha ia sembunyikan dengan senyumnya. Aku tak mengerti kenapa.
"Maaf Tan, apa saya mengenal Tante atau Tante mengenal saya, atau juga mengenal Ayahku?" Tanyaku sekali lagi.
"Dia Ibu barumu sayang..!"
Deg
Suara itu, aku benar-benar mengenalnya. Dia adalah Ayahku. Ia menghampiri aku dan wanita ini. Namun yang membuatku terkejut adalah perkataannya, Ibu baru? Apa maksudnya ini.
"Kenapa Ayah berkata seperti itu Yah?" Tanyaku lirih dan derai air mataku mulai menetes dengan sendirinya. Lalu, ku tatap kembali wajah yang ada di hadapanku. Ia hanya menunduk.
"Ayah sudah menikah dengannya, dan lihat ini adalah adikmu." Ayah memperlihatkan bayi yang tadi di gendongan wanita itu.
Deg
Lagi-lagi aku dibuat tercengang oleh perkataannya. Ayah sudah menikah?, Dan memiliki anak lagi padahal baru 2 bulan Bunda meninggalkan dunia ini.
Apa Ayah secara tidak langsung mengatakan bahwa ia selingkuh. Aku beralih menatap ke arah lain. Tak sanggup rasanya aku menerima kenyataan ini. Semua pemikiran negatif tentang Ayahku mulai menghantui pikiranku.
"Kenapa Yah?, Meski aku saat ini sudah mulai menerima kenyataan Bunda sudah tidak bisa menemani kita bukan berarti aku sudah melupakannya. Tapi kenapa Ayah justru dengan mudah mencari Ibu sambung buat aku Yah?" Ucapku berapi-api di hadapan Ayah.
Dapat aku lihat keterkejutan di wajah Ayahku. Tentu saja, baru kali ini aku berbicara dengan nada tinggi di hadapannya. Wajah yang tadi berbinar ketika memperkenalkan bayinya kini berubah menjadi sendu. Ia hanya menunduk tak menjawab pertanyaanku.
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggap dia sebagai Ibuku. Dia hanyalah wanita penghancur hidup orang lain." Aku menunjuk wanita itu.
Wajah wanita itu yang tadinya menunduk kini mengangkat wajahnya dan memandangku dengan mata yang berkaca-kaca, cih apa pedulinya aku, begitu juga Ayahku.
"Terserah apa kata kamu saat ini Mela, yang pasti dia akan tinggal disini bersama Husein. Dia sudah manjadi bagian dari keluarga kita"
Deg
"Apa maksudnya Yah?" Semaki deras air mata yang mengalir dari pelupuk mataku.
"Nak, terima atau tidak dia tetap Ibu sambungmu. Apalagi dia juga memberimu Adik. Bukankah selama ini kamu mendambakan seorang Adik?" Tutur lembut Ayahku namun membuat aku benar-benar marah padanya.
Apa tadi, Adik?. Aku tersenyum miris. Memang dari dulu aku menginginkan Adik namun dari Bundaku Sharah bukan dari wanita lain.
"Yah harus berapa kali aku katakan aku itu masih belum bisa menerima Bunda meninggal. Tapi ini Ayah justru kenalin dia sebagai Ibu aku?" Seruku dengan nada lirih menahan sesak menghimpit di dadaku.
Perlahan pandanganku kabur mulai kosong dan menghitam. Tubuhku benar-benar terasa berat. Aku mulai merasa tak dapat melihat apapun.
***
Author POV
Alif baru saja sampai di rumahnya.
"Assalamu'alaikum.." Ucapnya sembari membuka pintu.
"Wa'alaikumsalam." Dahinya mengkerut mendengar suara wanita asing. Ia paham betul suara adiknya.
Langsung saja ia masuk dan hal yang pertama kali ia lihat benar-benar membuatnya bingung.
Siapa dia?, Kenapa dia ada di sini?, Dimana Ayah dan Melati?, Begitu banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di benaknya kala melihat wanita asing berpakaian syar'i tengah menggendong seorang bayi.
"Dek, bagaimana Husein? Sudah tidak rewelkan?" Suara Ikhsan yang tiba-tiba muncul dari sebuah ruangan yang berada di samping wanita itu mengejutkan Alif.
Apa?, Dek?, Memangnya Ayah punya adik?, Lagi-lagi Alif tak mengerti apa yang tengah terjadi di hadapannya.
"Ayah.." Panggilnya menghampiri Ikhsan.
Terlihat wajah terkejut terpampang di wajah sosok yang dipanggil Ayah itu.
"Nak kamu darimana saja, kenapa waktu Ayah pulang kamu tak ada di rumah?" Tanya Ikhsan pada putranya seraya mengulurkan tangannya untuk dicium Alif.
"Dari rumah temen Yah." Jawab Alif.
"Ini siapa ya Yah?" Alif menatap wanita di samping Ayahnya.
"Ouh ini.., dia..dia .." Jawab Ikhsan terbata. Alif masih menunggu jawaban dari Ayahnya ini. Sejenak ia memandang Mina yang sedari tadi terdiam menggendong anaknya.
"Nak apa boleh kau ikut Ayah sebentar, Ayah akan menjelaskan semuanya." Ikhsan menggenggam sulungnya itu.
Alif masih dilanda kebingungan. Kenapa Ayahnya begitu gugup saat ini.
"Baiklah Ayah. Aku akan ikut Ayah." Pasrah Alif.
Ikhsan menatap Mina, Mina yang mengerti pun mengangguk. Ikhsan tersenyum lalu beralih menatap Alif.
"Ayo Nak." Ajaknya pada putranya. Lalu Alif pun mengikuti Ayahnya.
Ikhsan mengajak putranya menuju sebuah taman di belakang rumahnya. Ini adalah tempat yang paling banyak menyimpan memori indah antara Ikhsan dan Sharah. Karena biasanya ketika ada waktu senggang mereka menghabiskan waktu mereka berdua di sini.
Yang terkadang Sharah menyenderkan kepalanya di bahu suami atau Ikhsan yang merebahkan kepalanya di pengakuan Sharah, lalu membelai lembut kepalanya. Bercengkrama ria dan menikmati dua cangkir kopi.
Ikhsan sering mengajak Sharah untuk pergi keluar untuk sekedar menikmati waktu mereka. Namun, Sharah di manapun dia berada asalkan bersama suaminya maka semua akan indah. Akhirnya Ikhsan membuat sebuah taman di belakang rumahnya.
Seketika air mata Ikhsan menetes mengingat semuanya. Dengan segera ia hapus air mata, sebab ada putranya di belakangnya.
Mereka duduk berdampingan di sebuah kursi yang biasanya Ikhsan gunakan untuk ia bersama istrinya.
"Nak.." Ucapnya ragu menatap dalam manik mata anaknya. Apakah ia harus jujur padanya. Usianya juga sudah 18 tahun.
Dari pengalaman yang ia alami, ia sendiri juga sebenarnya ingin mengajarkan sesuatu pada putranya. Namun, bila ia ingat sendiri ia juga sebenarnya malu untuk menceritakan semuanya. Apakah keputusannya sudah benar.
***
Flashback
Hati Ikhsan begitu sakit ketika mengetahui bahwa istri tercintanya kecelakaan. Apalagi karena ini mengakibatkan ia kehilangan anak yang tengah berada di rahim istrinya dan kerusakan pada otak istrinya yang menyebabkan koma.
Dua bulan sudah istrinya belum tersadar dari komanya. Pekerjaannya yang seorang manajemen keuangan di suatu perusahaan membuatnya kesulitan dalam membiayai pengobatan istrinya. Semua yang ia miliki tabungan maupun asetnya telah ia jual kecuali rumah.
Karena pikirannya yang kalut akan keadaan istri dan mencari biaya, kesalahan dalam mengelola data perusahaan pun terjadi hingga menyebabkan kerugian dan ia dipecat. Cukup kehilangan anak dalam kandungan Sharah ia tak mau lagi kehilangan ibu dari anaknya. Ia berusaha mencari pekerjaan kesana-kemari.
2 Minggu sudah ia mencari pekerjaan namun tetap saja ia tak mendapatkannya. Ia juga sempat meminjam dana pada teman-temannya, namun semakin lama ia tak mendapat pekerjaan semakin menambah juga tanggungan biaya perawatan istrinya.
Merasa putus asa ia sempat diajak temannya untuk menenangkan diri di sebuah bar. Tentu saja ia menolak, karena tempat itu tempatnya para maksiat berkumpul. Ia tak ingin menjadi bagian dari mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Xyylva Xyylva
ibu sambungnya pakaian syar'i sudah jelas ini pasti yg kena karma anaknya melati...karena ibu sambungnya dibuat karakternya baik
2022-11-13
0
Bryna Filia
gw bingung bacanya. alurnya maju mundur kecepetan jadi yang baca berasa nggak ambil napas
2021-08-25
0
Rosdiana Niken
bagus
2021-08-15
0