Seperti yang di bicarakan mereka kemarin, Aurel dan Amanda setuju untuk kembali ke Indonesia. Menurutnya, itu sudah berlalu lama, ia juga sudah tidak membenci pria itu karena dirinyalah ia memiliki semangat hidup baru.
"Mommy, Mom yakin?" tanya Ferrell.
Sebenarnya, ia sudah merasa tidak enak pada Aurel, karena semenjak ia ikut-ikutan bertanya tentang siapa Ayah kandungnya, Aurel tampak sedih.
"Iya sayang," lirih Aurel.
Setelah belasan jam berada di pesawat, akhirnya mereka tiba di bandara soekarno hatta. Aurel menatap sendu kota yang sudah lama tidak ia jumpai itu, kota yang penuh dengan kenangan buruknya di masalah lalu.
Karena rumah lama mereka sudah di jual, mereka berkeliling untuk mencari tempat tinggal sederhana tapi cocok untuk anak-anaknya.
"Rumah ini bagus, tapi tidak ada pepohonan. Tidak akan bagus untuk kesehatan," ujar Ferrell, membuat mereka menatapnya datar.
"Kenapa kamu sedetail itu, sayang?" tanya Aurel, Ferrell hanya menaikan bahunya acuh.
Mereka akhirnya memilih rumah yang sesuai dengan permintaan Ferrell, rumah yang cukup sederhana namun nyaman.
...****************...
Lima hari sudah mereka berada di Jakarta, tentunya Aurel dan Amanda berusaha keras untuk mencari pekerjaan karena uang mereka sudah habis untuk membeli rumah, uang yang selama ini Aurel kumpulkan untuk persiapan, jika mereka kembali ke indonesia.
"Yeah! Akhirnya!" pekik Aurel, membuat Amanda, Ferrell dan Ferlin terkejut.
"Ada apa, Mom? Maommy beli makanan?" tanya Ferlin dengan polosnya. Aurel menepuk keningnya, anaknya yang satu itu memang sangat suka makanan.
"Mommy0 dapat pekerjaan!" seru Aurel, tersenyum gembira. Karena bukan pekerjaan biasa, ia menjadi sekretaris di gaji satu bulan dua puluh juta. Mata siapa yang tidak hijau mendengar nominal yang mengiurkan itu.
"Di perusahaan apa?" tanya Ferrell, menyelidiki.
"Di Varendra Grup," ujar Aurel.
"Perusahaan properti dan perdagangan terbesar di Asia, yang dalam 10 tahun mencapai kesuksesan terbesar itu," jelas Ferrell, membuat Aurel dan Amanda terdiam.
"Anak kecil, kenapa sudah sangat jelas tentang hal seperti ini," ujar Aurel, sedikit terharu akan kecerdasan anaknya.
"Kenapa perusahaan sebesar itu bisa menerima Mommy?" tanya Ferrell, seakan-akan meremehkan kemampuan Aurel.
Aurel geram sendiri, langsung mencubit gemas pipi Ferrell. Kemampuannya memang sudah di percaya, hanya saja ia terlalu sibuk dengan pekerjaan serta lupa tugasnya sebagai seorang perempuan yang harusnya kembali ke dapur.
"Kau meremehkan diriku," ujar Aurel.
"Jika Mommy mendapatkan gaji pertama, belikan Aku sebuah komputer," pinta Ferrell, lagi-lagi Aurel terbengong. Untuk apa anak seusia enam tahun menggunakan komputer.
"Untuk apa? Bukankah, Mami memiliki komputer. Kamu bisa gunakan komputer Mommy," ujar Aurel, bingung.
'Apa Aku bilang saja, tapi pasti Mommy terkejut. Sebaiknya tidak perlu,' batin Ferrell.
"Aku hanya ingin memiliki komputer, apa tidak bisa?" tanya Ferrell.
"Ten-tentu boleh, kenapa tidak. Kita akan beli sama-sama," ujar Aurel.
"Yeah, Jalan-jalan!" seru Ferlin.
"Kau! gadis kecil, Mommy menyayangimu," ujar Aurel, meraih Ferlin.
Cup!
Hari pertama kerja sudah tiba, Aurel sudah bersiap dengan penampilan sempurna. Karena ia diminta mematuhi aturan karena pemimpin mereka tidak suka parfum yang menyengat, make up terlalu tebal dan pakaian seksi. Apa lagi rumornya bosnya adalah orang yang dingin dan kejam, mungkin itulah kenapa gajinya sangat besar.
"Saya sekretaris baru," ujar Aurel, pada perempuan yang sudah berdiri menunggunya.
"Aurel Luvenia?" tanyanya, Aurel mengangguk.
"Nona, karena bos mendadak ada urusan di Australia jadi Nona akan mengerjakan tugas yang sudah di siapkan," ujar Perempuan itu, Aurel tiba-tiba merasa sangat lega.
'Untunglah, sepertinya Aku terselamatkan. Tapi, bagaimanapun juga pasti akan berhadapan dengannya,' batin Aurel, karena ia sedikit takut pada bosnya ini.
Berhati-hati Aurel bekerja sendiri, tanpa mengetahui kapan bosnya itu pulang. Karena, sangking banyaknya pekerjaan yang harus ia lakukan.Tanpa adanya seorang Bos pastinya ia sebagai sekretaris akan menanggung semuanya dan memberitahukan pada bosnya.
Beberapa kali ia mendapati komentar pedas dari bosnya, walau hanya dalam sebuah tulisan. Membuat Aurel kapok untuk bermalas-malasan lagi, mengecek semua laporan dengan benar barulah mengirimnya.
"Aku pulang," lirih Aurel, karena memang sudah pukul 11 malam. Mungkin, semuanya sudah tidur.
"Mommy lembur lagi?" tanya Ferrell tiba-tiba, membuat jantung Aurel seakan copot.
"Ferrell, Kamu ngagetin Mommy aja," ujar Aurel, mengelus dadanya.
"Mami tidak perlu terlalu bekerja keras."
"Mommy tidak apa-apa kok, lagipula jika Mami tidak kerja kalian mau makan apa? haha," kekeh Aurel, ia juga merasa lelah. Ia ingin adanya seorang lelaki yang memimpin mereka dan menafkahi mereka tanpa harus Aurel yang bekerja keras seperti ini. Aurel merasa menelantarkan anaknya sendiri, tidak mengurus mereka karena sibuk bekerja untuk menafkahi mereka.
"Maafin Mommy sayang, Mommy belum bisa jadi Mommy yang sempurna untuk kalian." Aurel menjatuhkan air matanya, sakit rasanya melihat kedua anaknya yang besar tanpa kasih sayang yang lengkap, bahkan Aurel juha harus meninggalkan mereka berhari-hari karena kerja.
"Mom," lirih Ferrell.
'Dad, dimanapun kamu. Aku sangat mengharapkan Kamu hadir dan membantu kami. Kasihan Mommy, 'batin Ferrell.
Gaji pertama Aurel sudah hampir keluar, karena ini hampir sebulan. Tapi bosnya belum juga kembali, tapi di kabarkan akan kembali dalam beberapa hari lagi.
Aurel sangat bahagia, mendapatkan gaji pertamanya. Ia pulang dengan senyuman yang merekah tak lepas dari bibirnya. Ia merasa senang karena akan memberikan sebuah komputer pada Ferrell dan jalan-jalan untuk Ferlin, bersama Amanda.
"Amanda! Ferrell! Ferlin!" teriak Aurel, dari depan rumahnya.
"Ada apa? kenapa kau senang sekali berteriak," kesal Amanda, menoyor kepala sahabatnya itu.
"Aku gajian!" teriak Aurel, memeluk erat Amanda.
"Wah selamat, Aku masih lama," lirih Amanda, karena Amanda juga bekerja di sebuah perusahaan periklanan.
"Sabar."
"Dimana ke sayangku?"
"Mereka ada didalam. Sedang menonton berita," ujar Amanda, Aurel mengerutkan dahinya.
"Sayang, baby boy and gril how are you?"
"What's up mom? don't scream!" kesal Ferrell.
"Mommy sudah gajian," ujar Aurel, tersenyum senang.
Ferlin langsung berdiri dan memeluk Aurel girang.
"Yes, Jalan-jalan. Aku tidak sabar, ayo Mom," ajak Ferlin.
"Kita tidak bisa pergi sekarang, pekan ini kita cari komputer untuk Ferrell dulu yah," ujar Aurel membujuk Ferlin.
"Kenapa harus Ferrell yang duluan?" tanya Ferlin, menggerutu.
"Hey bocah, panggil Aku Kakak," ujar Ferrell kesal.
"Tidak mau, cuma beda 8 menit," elak Ferlin.
"Baiklah, buat makanan sendiri," ancam Ferrell, Ferlin langsung turun dari gendongan Aurel.
"Hehe, Kakak Aku sangat menyukai omelet buatanmu," bujuk Ferlin, Aurel tersenyum melihat tingkah kedua baby kembarnya itu.
"Sudah-sudah, jangan bertengkar nih Mommy bawakan Pizza." Aurel meleraikan keduanya, lalu memakan pizza dengan senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Kinan Rosa
kok bisa ya anak kecil sudah bisa masak
2022-12-08
0
Dianita Indra
next
2022-03-20
0
Sovia🐱
Lima tahun
2022-02-03
0