17 Jam lebih Aurel berada di pesawat, hingga begitu sampai Aurel merasa sangat tenang, walau hatinya tertinggal jauh di Indonesia. Baginya, tidak ada Negara maupun kota yang lebih baik, dari tanah kelahiran sendiri.
"Aurel kita langsung aja ke perumahan yang sudah kita pesan," ajak Amanda.
(Note; Maaf ini hanya karang saja, Saya juga belum pernah ke Inggris. Jadi karangan aja, karena memang saya sendiri ingin Ke Inggris, hehe)
Sesampainya mereka di perumahan, tentunya Aurel merebahkan tubuhnya yang lelah. Apa lagi ia sedang mengandung, berat untuknya melakukan perjalanan panjang.
"Lo istirahat aja, biar Gue yang urus semua ini," ujar Amanda, dengan senyuman yang meremehkan.
Tentunya, Aurel merasa sangat terenyuh. Bahkan, Amanda selalu ada untuknya di saat ia susah maupun bahagia. Air matanya menetes lagi, membuat Amanda kalang kabut karena merasa bersalah.
"Rel, apaan sih kok nangis? Udah yah, kasihan anak Lo entar sedih lagi," ujar Amanda, dengan raut wajah yang lucu.
"Haha," gelak Aurel.
'Ah iya, hampir saja lupa dengan hadiahnya,' batin Aurel, lalu mengeluarkan sebuah uang yang seharga mobil.
"Nih." Aurel menyodorkan amplop besar untuk Amanda, tentunya Amanda terkejut.
"Apa ini? Ini hasil kerja keras lo. Gue enggak mau," tolak Amanda, tegas.
"Ambil! Gue tau Lo pasti butuh juga, sebenernya uangnya mau Gue beliin mobil tapi enggak jadi, hehe," kekeh Aurel.
"Aurel! Apa-apaan dih Lo? Gue, hiks...Gue ikhlas bantu Lo dan baby kita," ujar Amanda, seakan-akan dirinya adalah ayah dari sang bayi.
"Dih najis, Gue enggak belok yah," ujar Aurel, bergendik ngeri. Sedangkan Amanda terkekeh geli.
Amanda akhirnya membagi uangnya, untuk kehidupan mereka disini. Jam dan kalung itu cukup untuk hidup di London selama beberapa tahun.
...****************...
Di lain tempat.
Arga sangat sibuk dengan semua kerjaannya. Karena Cabang Perusahaan di Belanda tiba-tiba memintanya untuk ke Belanda mengurus perusahaan yang sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Tentunya, hingga saat ini ia sangat kelelahan mengurus semuanya sendiri.
Argantara Alvarendra nama yang begitu membuat orang-orang takuti, karena sikap dingin dan kejamnya. Dari kecil hingga sekarang tentunya ia menuntut dirinya agar menjadi CEO yang baik, hingga hatinya kembali membeku karena tak mengenal namanya kasih sayang, apa lagi sejak Mamanya meninggal.
'****! Kenapa jadi kepikiran sama tuh cewek,' batin Arga.
"Rino!"
"Ya Tuan?"
"Cepat selidiki cewek yang kemarin!" titah Arga, tentunya membuat Rino kaget. Karena, selama ini Arga tentunya tidak pernah berinisiatif untuk mencari seseorang.
"O-oh baik."
...****************...
London.
5 Bulan Kemudian.
Kandungan Aurel semakin membesar, ia merasa selalu menginginkan sesuatu yang tidak masuk akal. Seperti ingin melihat seorang CEO di Inggris. Mungkin itu ikatan batin antara Aurel, anaknya dan ayahnya.
Aurel bahagia saat melihat ternyata di dalam kandungannya terdapat dua janin beberapa minggu yang lalu. Hingga di usia kehamilan ke lima bulan, Aurel bertekad tidak ingin mengetahui jenis kelamin anaknya. Karena itu akan menjadi kejutan tersendiri baginya yang hanya mengurus kedua bayinya tanpa Ayah.
"Aurel, makan dulu selagi panas," ujar Amanda, menyerahkan bubur pada Aurel.
"Man, Gue mau jalan-jalan keluar yang mumpung udara masih fresh," ujar Aurel, karena dari tadi ia merasa selalu ingin keluar rumah.
Amanda cengo, "Jangan bercanda deh, Rel. Katanya salju bakalan turun beberapa hari ini. Kalo turun sekarang gimana, kasiha baby twins," tolak Amanda, membuat raut wajah Aurel kecewa.
"Haish, susah yah. Bicara sama orang hamil." Lalu Amanda, meraih jaket tebal dan memasangkannya di tubuh Aurel.
Seketika wajahnya menjadi gembira, entah kenapa baby nya sangat ingin keluar. Apa karena Aurel selama ini tidak pernah keluar rumah, keluar juga beberapa kali saat ingin mengecek kondisi kandungannya.
"Woah, segarnya!" pekik Aurel. Mengundang perhatian para orang-orang di sekitarnya.
"Ish, malu Rel." Amanda menarik Aurel, sambil menyembunyikan kepalanya di perut Aurel yang mulai membuncit.
"Hehe," kekeh Aurel, tanpa dosa.
Tiba-tiba Aurel merasa sangat sedih. Bahkan ia menatap langit biru dengan mata yang berkaca-kaca. 'Kenapa yah, perasaan gue beberapa hari ini sensitif banget,' batin Aurel bertanya, mungkin bawaan bayi.
"Rel? Lo enggak apa-apa, kan?" tanya Amanda, melihat Aurel yang berkaca-kaca.
"Man, entah kenapa gue sedih banget. Apa sekarang kita pulang aja yah," ujar Aurel.
"Ya sudah ayo."
...----------------...
Di tempat lain.
Arga bersama anak buahnya sedang berada di London. Pagi ini pesawat pribadi nya mendarat dengan sempurna. Datang ke London, untuk memastikan anak perusahaannya.
Tapi, entah kenapa ia merasa sangat sedih melihat kota ini. Padahal, sebelumnya ia tidak pernah merasakan hal aneh seperti ini. Apa lagi menangis, air matanya seolah-olah tidak pernah ada selama ini.
'Kenapa yah,' batin Arga.
Sebenarnya, ia tidak perlu mengecek sendiri keadaan perusahaan di Inggris, tapi entah kenapa hatinya tergerak ingin mengeceknya sendiri.
"Rino, Kamu duluan saja. Saya masih ada urusan lain," ujar Arga. Rino tampak keberatan karena mereka juga baru sampai. Emangnya, urusan apa lagi di sini selain mengurus anak cabang perusahaan.
"Ba-baik."
Arga menghentikan mobilnya di sebuah perumahan yang entah kenapa naluri hatinya membawanya kemari. Hingga tanpa ia sadari kakinya melangkah mendekati Aurel. Namun, masing-masing dari mereka tidak menyadari itu. Aurel yang sedang memeluk erat Amanda, sehingga tidak melihat bahwa ada pria yang sudah menodainya.
Kring!
Satu pesan membuat mata Arga, beralih ke ponselnya. Arga merasa sangat kenal dengan punggung wanita itu.
Rino📩
{Tuan, Anda berada dimana? Ini sudah waktunya Meeting}
Arga selalu mengutamakan waktu, ia malas berada di kota yang dingin. Karena itu ia meminta langsung Meeting setelah kedatangannya.
Arga melangkah menjauh dari Aurel, membuat Aurel lagi-lagi merasakan sedih yang tiba-tiba menyerangnya.
'Kenapa lagi? Sayang, kamu kenapa? Kenapa sedih terus, apa kalian sedih karena Daddy?' batin Aurel bertanya pada kedua bayinya, dengan mengelus perlahan perutnya yang mulai membesar.
Mungkin itu ikatan batin, dimana sang anak ingin bertemu Ayahnya. Aurel merasa sedih, ia sebenarnya tidak ingin kedua anaknya lahir tanpa kedua orang tua yang lengkap. Sebesar apapun kasih sayangnya untuk anaknya, pasti akan terasa kurang jika tak memiliki Ayah. Sama sepertinya dulu, yang di tinggalkan Ayahnya, walau Ibunya sangat menyayangi tapi tetap saja terasa kurang tanpa hadirnya seorang Ayah, kepala keluarga..
"Maafkan Mama, semoga kalian tumbuh cerdas dan pintar. Agar masa depan kalian baik. Menjadi anak yang berbeda dari anak yang lain," gumam Aurel, mengelus lembut perutnya.
Aurel, tidak mau mengingat lelaki yang sudah mengambil hal yang paling berharga dalam hidupnya. Tetapi, mungkin anaknya membutuhkan lelaki itu untuk menjadi Ayah dari anak-anaknya.
"Aku bisa menghidupkan mereka tanpa Kamu sekalipun. Aku benci Kamu! Dasar pria brengs*k!" umpat Aurel. Jadi kesal, memikirkan lelaki yang sudah merenggut kesuciannya itu.
'Kenapa kupingku tiba-tiba gatal,' batin Arga, saat sedang memasuki ruangan meeting.
(Maaf jika kurang menarik, karena baru pemula:)
👑Queen Flwrr
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
meymei
lanjoooooot kak aku suka cerita nya
2023-02-24
2
Kinan Rosa
ya gak papa kak meskipun ceritanya gak bagus
asalkan nantinya si baby bisa bertemu dengan sang ayah
2022-12-08
0
Dianita Indra
lanjut
2022-03-20
0