Perasaan yang hancur berkeping-keping membuatnya tak kuat lagi untuk sekedar berbicara. Aurel memutuskan untuk menemui Amanda, dan menceritakan semuanya. Di tengah perjalan Aurel menatap lesu jalan, hingga ia sampai di sebuah perumahan tempat Amanda tinggal.
Tok! Tok!
Mendengar suara ketukan Amanda berjalan membuka pintu.
"Au-Aurel!" pekik Manda, melihat keadaan sang sahabat yang kacau, pakaian pria dan mata bengkak karena tak henti-hentinya menangis.
"Hiks ... ba-bagaimana ini?" lirih Aurel, mulai tak tahan ingin mengeluarkan air matanya lagi.
"Aurel, ada apa? Kenapa, ayo masuk."
Setelah di dalam, Amanda mengambil minum dan memberikannya pada Aurel. Aurel memeluk erat Amanda mencoba menenangkan dirinya. Rasa ini, yang selama ini ia rindukan. Persahabatan yang sudah sangat lama, mereka berdua selalu tinggal bersama karena mereka ada seorang yatim piatu.
Ayah Aurel meninggal karena sakit, sedangkan ibunya meninggal karena terlalu depresi memikirkan keadaan Aurel dan dirinya, hidup serba kekurangan. Hingga akhirnya, meninggalkan Aurel sendirian. Berbeda dengan Amanda, kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat ia masih berusia 12 tahun.
"Hiks ... me-mereka selingkuh ... hiks kenapa? Kenapa mereka tega, gini sama Aku, Man?" tanya Aurel, menangis sambil menepuk-nepuk dadanya.
Sakit, bahkan sangat sakit. Karena kebodohannya sendiri ia membawa dirinya terjerumus dalam dosa yang besar. Hanya karena masalah sepele ini, hanya karena ia di bodohi.
"A-aku tidak suci, Man!" pekik Aurel, membuat Amanda terdiam bahkan menangis.
"Si bajing*an itu yang memperkosa Lo!?" pekik Amanda, ia sangat tidak rela sahabat yang selama ini ia anggap saudara di buat hingga begini.
"Bukan, Ka---karena kecewa, A-aku ke Bar. Ti---tiba-tiba udah di hotel, hiks .... A-aku harus gimana Man?" tanya Aurel, dengan air mata yang terus mengalir deras.
"Astafirullah! Aurel, Lo bisa-bisanya!" Amanda tak tahu harus berkata apa lagi, ia juga mengerti saat ini pasti Aurel sangat tertekan.
Amanda membawanya ke kamar dan menidurinya di ranjang. Membiarkan Aurel menenangkan dirinya, ia sedih bahkan ia sangat takut kalau sampai Aurel hamil. Pasti Aurel akan di jadikan bahan gosip tetangga mereka.
'Aurel kok bisa? Lo mikir sedangkal itu!' batin Amanda, memegang kepalanya pusing.
...----------------...
"Berani-beraninya dia pergi setelah puas," lirih Arga, menatap ranjangnya tajam bagai elang.
Tok! Tok!
"Tu-tuan Muda, ada masalah di kantor," ujar Rino, tentunya ia sangat takut untuk membangunkan Arga.
Arga menghela nafasnya panjang.
"Baiklah, ayo kita pergi!"
"Baik."
Dua Minggu sudah berlalu, kondisi tubuh Aurel semakin tidak baik. Nafsu makannya berkurang, bahkan selalu muntah-muntah. Amanda semakin khawatir pada kondisi Aurel, hingga akhirnya Aurel di bawa ke klinik.
Mereka tinggal di pinggiran kota, karena dulunya mereka hanya seorang anak kampung yang berhasil karena cerdas dan pintar.
Klinik!
"Bagaimana kondisi teman saya, dok?" tanya Amanda, sambil terus menggengam erat tangan Aurel.
"Selamat teman anda sedang mengandung, usia kandungannya dua minggu," ujar Sang Dokter.
Deg!
Jantung Amanda seakan-akan berhenti, begitu juga dengan Aurel. Air matanya lolos begitu saja, cobaan apa lagi yang menimpa dirinya. Kenapa harus hamil? Apa yang akan di katakan tetangga mereka jika seperti ini.
"Rel, Lo-lo harus kuat, Lo enggak boleh macam-macam," pinta Amanda, ia sangat tahu bagaimana Aurel selama ini. Terkadang ia tidak sadar berbuat apa? Hingga, terjadi kejadian dimana ia tidur dengan pria asing. Amanda takut Aurel melalukan hal bodoh, hingga akan menyesal kehilangan bayi itu.
Mereka kembali ke rumah, dengan meminta sang Dokter untuk merahasiakan kehamilan mereka pada siapapun itu, sehingga sang Dokter merasa tak tega dan memutuskan untuk berjanji.
"Hiks ... Man? Gimana ini? Gu-gue takut, Gue bener-bener bodoh, bodoh. Kenapa selalu melakukan sesuatu tanpa pikir panjang, Aurel!" teriak Aurel, sambil menarik-narik rambutnya, prustasi.
"Hiks ... gimana Man? Gue masih belum siap, hiks ... gue enggak mau hamil, gue enggak mau!" teriak Aurel, perasaannya benar-benar hancur, bagaimana mungkin ia hamil sebelum menikah. Bahkan, ia akan jadi gunjingan para tetangga jika terus seperti ini.
"Aurel, Cukup!" pekik Amanda, tak tahan.
"Cukup Rel, ini semua cobaan. Gue mohon, Lo harus kuat. Anak ini enggak salah apapun, kita harus pikirin ini semua dengan kepala dingin," jelas Amanda, menahan air matanya yang hendak keluar, Aurel menatapnya sendu bahkan keadaannya sudah berantakan.
Lalu, menatap perutnya yang masih datar, 'Maafin, Mama sayang,' lirih Aurel, dalam hatinya, mengelus lembut perut datarnya.
"Maafin gue, gue bingung harus apa," ujar Aurel.
"Gue ngerti, Rel. Hiks ... Hiks, gue mohon Lo sabar dan istirahat biar kita bicarain lagi setelah Lo tenang," pinta Amanda, lalu Aurel mengangguk.
1 Jam, Aurel mengistirahatkan tubuh dan kepalanya. Hingga terbangun dari tidurnya, melihat Amanda yang sedang sibuk memasak makanan. Aurel terdiam, tanpa sepatah katapun, ia menatap sendu Amanda yang harus mengurus dirinya yang bodoh dan selalu berbuat baru sadar dengan tindakannya.
'Maafin gue, Man.'
"Rel, udah bangun. Ayo sini, makan dulu kasihan Anak Lo belum makan," ajak Amanda. sambil tersenyum manis.
Aurel beranjak dari tidurnya ke kamar mandi, mencuci wajahnya dan ikut bergabung untuk makan.
"Man, maafin gue," lirih Aurel.
"Rel, lo enggak perlu minta maaf. Selama ini kita saudara, gue sayang banget sama Lo," ujar Amanda, memeluk erat Aurel.
"Iya!"
"Jadi, jangan ngelakuin hal bodoh lagi. Jangan buat Gue merasakan kehilangan untuk kedua kalinya," lirih Amanda, sendu. Aurel mengangguk.
Selesai makan mereka duduk bersama di ruang tamu.
"Gue udah membuat keputusan, Man," lirih Aurel, tentunya membuat Amanda sedikit takut. Takut, Aurel salah mengambil keputusan.
"Rel---."
"Gue mau ke Inggris!"
......................
Setelah keputusan yang tiba-tiba itu, akhirnya Aurel dan Amanda sepakat untuk ke Inggris bersama. Bersama-sama merawat bayi Aurel. Awalnya Aurel melarang Amanda untuk ikut, jika ia ikut bagaimana dengan perkerjaan dan rumah mereka. Tapi, Amanda tetap kekeh untuk ikut bersama dan membantu semua keperluan Aurel di Inggris.
Mereka berdua terbang ke Inggris esok hatinya. Aurel menatap sendu tempat lahirnya, ia harus melupakan semua kenangan buruk dan kembali saat semua keadaan tenang. Rumah mereka sengaja mereka jual, kepada orang yang memang sudah lama mengincar tempat mereka.
Aurel yakin, bayinya akan tumbuh sehat dan kuat. Bahkan cerdik, dalam segala hal untuk membalas semua perbuatan jahat Tasya dan Kevin.
'Selamat tinggal Negaraku. Aku akan kembali setelah rasa sakit ini menghilang sepenuhnya dariku. Aku sadar melarikan diri bukan hal yang terbaik, tapi Aku sungguh tidak sanggup jika terus berada di sini,' batin Aurel, menatap keluar jendela, dan menutup matanya mencoba melepaskan sesak didadanya.
👑Queen Flwr*~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
Amanda sahabat setia moga aja gak berubah
2023-05-31
1
Tiwi Ramadhani
lanjut melipir thor
mampir juga di lapar Izora ku
2023-02-07
0
Kinan Rosa
cerita yang menarik
semangat ya Aurel
2022-12-08
0