"Dia? "
Amara terkesiap kaget dan menutup mulutnya rapat dengan kedua tangannya. Air matanya mengalir deras, pikiran negatif tentang pria yang tadi ada dihadapannya mengiang diotaknya. Pria tampan yang menarik perhatianya tadi malam ternyata telah melakukan hal yang buruk padanya. Laki-laki yang semalam mampu membuat hatinya berdebar nyatanya memberikan rasa kecewa yang begitu dalam.
Bukankah dia yang tadi malam berbincang dengan kak Rafa? lalu bagaimana bisa dia melakukan semua ini padaku? Apa dia menyelamatkan ku? Tidak, Tidak, tidak mungkin dia ada ditempat ini jika tidak bersekongkol dengan para preman itu. Lalu bagaimana bisa kak Rafa mengenalnya?
Amara bergulat dengan pemikiranya sendiri kemudian menghapus air matanya. Wanita cantik itu melangkahkan kakinya dengan cepat keluar dari gudang itu, Amara bernafas lega ketika mendapati mobilnya masih terparkir diujung jalan. Amara melirik dirinya yang mengenaskan kemudian masuk kedalam mobil. Amara menancap gas mobilnya, secepatnya dia harus pergi dari tempat terkutuk itu sebelum gerombolan preman dan bosnya menemukan dirinya, pikir Amara.
😊😊😊😊
"Jadi kau ditampar karna dia pikir kau bos dari preman itu? " tanya Damar sambil menyesap jus yang ada didepannya.
"Ya, begitulah," jawab Micho sambil meletakkan gelasnya,kemudian melirik lengan tangannya yang terluka akibat goresan benda tajam yang ditepisnya dari preman yang hampir menodai gadis yang semalam pingsan.
Micho Aditya Pratama, pria 25 tahun dengan karir cemerlang. Meskipun tidak memiliki perusahaan raksasa dengan segala kemewahan, namun pria dewasa itu mampu merintis bisnis dari 0 dan mampu membangun 2 perusahaan yang bergerak dibidang property dan kuliner. Dia dibantu oleh Damar, orang kepercayaan sekaligus sahabatnya. Pencapaian ini yang membuat dirinya bangga dengan hasil jerih payahnya sendiri. Setidaknya dia bisa membahagiakan papanya yang telah merawatnya dari kecil dengan apa yang dimilikinya sekarang.
"Kau tidak menjelaskan padanya dan membiarkan kesalahan pahaman ini? " tanya Damar.
"Hem,"
"Lalu, bagaimana jika dia mencarimu dan mengusik kehidupan mu?"
Mendengar pertanyaan Damar, Micho sedikit menggeser duduknya dan menatap ke arah Damar.
"Mana mungkin dia sanggup mencariku, kenal saja juga tidak," sanggah Micho.
"Mana tau, kali aja dia akan mencarimu, melihat dari tampilanya saja ku pikir wanita itu bukan orang sembarangan, bukankah mereka akan melakukan segala cara untuk orang yang mengusik kehidupannya?" ucap Damar.
Micho yang semula bersandar di kursi putarnya kini menatap tajam kearah Damar.
"Lupakan tentang wanita itu, aku lebih tertarik membicarakan Rafa." ucap Micho. Wajahnya sedikit menahan emosi.
"Rafa? "tanya Damar.
"Hem,"
"Mau apalagi dia? Membuat masalah?" tanya Damar. Dulunya mereka bertiga adalah sahabat. Karna suatu hal membuat persahabatan mereka pecah dan membuat Rafa menjauh dari Damar dan Micho.
"Dia memintaku untuk menjual perusahaan padanya," decak Micho. Damar menghela napas panjang dan tersenyum singkat.
"Masih saja dia merasa tersaingi olehmu, dan membanggakan harta, sampai-sampai menawar perusahaan mu, " protes Damar.
"Mau sampai tetes darah penghabisan pun, aku tidak akan menyerahkan hasil jerih payahku padanya," sahut Micho. Damar menghela napas panjang.
"Sampai kapan kalian akan seperti ini? Kalian terus saja bersaing dan saling menuduh sejak kejadian itu," Damar menyandarkan kepalanya di kursi putar.
"Ini yang tidak aku suka darimu, diam dan diammu itu memperpanjang masalah. Seharusnya kamu mengatakan yang sebenarnya dan sejelasnya. Mungkin kita akan akur seperti dulu kala," protes Damar, Micho menghela nafas panjang.
"Aku paling tidak suka ribut, biarkan orang menilaiku seperti apa. Itu hak mereka, bahkan dimatamu saja aku pasti juga banyak salah, itu hakmu. Rafa punya hak untuk melakukan apa yang dia mau, aku pun juga begitu. Masalah Bianca, mau sejelas apapun aku mengatakan padanya aku tetap salah dimata Rafa. Bukan aku diam, tapi aku sudah berusaha membicarakannya waktu itu dan tidak pernah didengar oleh Rafa," decak Micho kemudian melangkah pergi.
Damar memandang sahabatnya yang melenggang pergi kemudian menghela nafas panjang.
"Aku merindukan kekompakan kita bertiga," ucap Damar.
😊😊😊😊😊
"Jadi kalian gagal? " seorang perempuan membentak Bos preman yang kini tengah duduk sambil memegangi tangannya yang terluka.
"Ini karna seseorang datang dan menyerangku," protesnya.
"Cih! Dasar tidak becus," bentak wanita itu.
"Ilmu bela diri 2 orang itu tidak bisa disepelekan," protes ketua preman itu.
"Bahkan jumlah kalian lebih banyak, dan kalian kalah?! benar-benar memalukan!" ucap wanita itu penuh amarah.
"Itu bagian kalian, kalian harus memastikan aku aman. Jangan meninggalkan jejak ku, jangan pernah menyangkut pautkan namaku." ucapnya kemudian melangkah pergi.
🤗🤗🤗🤗
Amara melirik ponselnya, ia menghubungi kontak Nada. Nada mengangkatnya dan mengatakan jika ia ada dirumah. Ibunya hanya rawat jalan karna keadaanya tidak terlalu mengkawatirkan.
Amara berjalan ke dalam rumah yang telah teebuka pintunya. Amara menatap sayu kearah sahabatnya yang berdiri di ambang pintu, Nada yang menyadari sesuatu terjadi segera menghampiri Amara.
"Rara ... Ya Tuhan. Apa yang terjadi?"
Nada memekik keras sambil mengamati ujung rambut hingga ujung kaki penampilan dari Amara yang kacau.
"Kamu kenapa, Ra?" tanya Nada, Amara hanya menggelengkan kepalanya. Nada membimbing Amara menuju kekamarnya.
"Apa yang terjadi?" tanya Nada Khawatir. Nada memberikan segelas air agar sahabatnya sedikit tenang.
"Katakan, apa yang terjadi denganmu?" tanya Nada. Amara melirik Nada dan menggeleng pelan. Nada meraih Amara dalam dekap hangatnya.
"Aku kotor, Nad. Aku Kotor," keluh Amara.
"Siapa yang melakukannya?" tanya Nada. Dia tau Amara telah terjadi sesuatu setelah mengamati tubuh Amara yang melepaskan jaket yang tadi melilit ditubuhnya.
"Katakan siapa orangnya? Apa perlu aku menghubungi Kak Raka dan Kak Rafa?" pekik Nada sambil menatap tajam wajah Amara. Amara menggelengkan kepalanya. Amara tak menjawab, ia hanya menggeleng dan menahan air matanya.
"Katakan Ra, Katakan!"pekik Nada lagi.
"Teman kak Rafa," ucap Amara sontak membuat Nada menutup mulutnya tak percaya.
"Apa perlu aku menghubungi Kak Rafa? "
"Jangan, aku tidak mau Kak Rafa ribut dengan temanya. Aku mau disini dulu, katakan pada Kak Rafa aku tidak pulang hari ini," pinta Amara. Nada menghela nafas panjang dan mengusap pelan pundak Amara.
"Lebih baik kamu bersihkan dirimu," ucap Nada dan diangguki oleh Amara.
Amara menuju kekamar mandi, menyalakan shower dam mengguyur tubuh nya. perut dan area sensitifnya terasa sakit. Entah karna menahan buang air kecil dari semalam atau karena hal lain. Lagi-lagi Amara memejamkan matanya. Air matanya mengalir bersamaan dengan mengalirnya air shower. Bayangan perlakuan ganas beberapa orang tadi malam membuat hatinya sesak. bercak darah yang berada di spray lusuh itu juga jelas tampak di ingatannya.
"Tuhan, maafkan hambamu yang tidak bisa menjaga diri dan kehormatannya," lirih Amara sambil menggosok kasar tubuhnya. Hatinya sesak karna pemikirannya sendiri, Amara benar-benar frustasi karna kepahitan yang diterimanya saat ini.
"Amara, Ra, Rara !"
Satu jam telah berlalu dan Amara tak kunjung keluar dari kamar mandi, menjadikan Nada kawatir dan mengetok kasar pintu kamar mandi.
🤗🤗🤗🤗
Like, komen ,Hadiah ya..... teman... selamat membaca. Semoga suka. 😊😊😊
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Mbah Edhok
kenapa ? ... Amara yg trguncang ...
2022-12-11
1
Siti Utari
ceritanya seru..
2022-08-27
0
auliasiamatir
pasti darah yang di seprei darah luka tangannya Marcho. ahhh Amara... makanya jangan marah marah dulu.
2021-12-24
0