4. Merasa putus asa

"Amara, Ra, Rara !"

Satu jam telah berlalu dan Amara tak kunjung keluar dari kamar mandi, menjadikan Nada kawatir dan mengetok kasar pintu kamar mandi.

"Ra, buka pintunya! Jangan melakukan hal yang bodoh," teriak Nada sambil menggedor pintu.

"Ada apa, Nak?" tanya Ayah Nada yang mendengar teriakan anaknya sambil berjalan ke arah Nada.

"Rara, Yah. Rara tidak keluar dari kamar mandi sejak tadi," ucap Nada Panik. Ayah Nada berjalan kearah pintu dan menatap anaknya penuh kekawatiran.

"Minggirlah, Ayah akan mencoba mendobraknya." dengan satu dorongan kuat pintu kamar mandi terbuka. Nada membulatkan matanya dan tubuhnya seakan tak bisa digerakkan. Nada melihat Rara yang tergeletak lemah dibawah guyuran shower.

"Rara,"

Nada segera berlari, mematikan aliran air dari Shower kemudian membalut tubuh basah Rara yang tampak pucat pasi itu dengan Handuk. Ayah Nada segera mengangkat tubuh lemah Rara dan membaringkannya di ranjang Nada.

"Segera gantikan baju basahnya, Ayah akan memanggil Dokter Ani untuk memeriksa keadaan Rara," ucap Ayahnya. Nada mengangguk dan segera mengambil tindakan. Melihat sahabatnya yang biasanya ceria dan periang tengah berbaring lemah seperti ini membuat dirinya merasakan sesak di dadanya.

Ditengah kepanikan yang mendera, ponsel Nada berbunyi. Kontak Kak Rafa tampak dilayar ponselnya. Nada mengangkat ponselnya dan menggeser tombol hijau disana.

"Iya,Halo Kak Rafa," sahut Nada dengan suara pelannya.

"Apa Rara menginap di rumahmu, Nada?" tanya suara di sebrang dan terdengar jelas di telinga Nada.

"Iya, Kak. Rara ada disini, Rara masih tidur. Apa perlu aku bangunkan, Kak?" tanya Nada sedikit gusar, bagaimana bila Kakaknya Rara mengiyakan tawarannya untuk berbicara dengan Rara? Pikir Nada.

"O, tidak usah. Kakak hanya mau memastikan jika Rara bersamamu, sejak semalam ponselnya sulit sekali dihubungi. Papa dan mama mengkhawatirkan Rara. Kakak titip Rara padamu," ucap Rafa panjang lebar.

"I- iya,Kak. " jawab Nada.

" Ya sudah, terimakasih Nada. Assalamualaikum,"

"Iya, Kak. Waalaikumsalam,"

Nada menghela napas panjang, dirinya belum siap untuk menceritakan pada Rafa tentang keadaan adik kesayangannya. Mungkin Rara juga belum siap jika kakaknya mengetahui apa yang terjadi padanya. Amara butuh waktu, pikir Nada. Nada menekan ponselnya menghubungi Dinda dan Erika. Jika banyak yang menghibur mungkin Amara akan sedikit tenang, pikir Nada.

Tak lama dari itu, Dokter Ani datang dan memeriksa keadaan Amara. Dokter Ani memberikan obat demam dan vitamin untuk Amara.

"Bagaimana keadaanya, Dok?" tanya Nada sambil mengamati wajah Amara yang sedikit membaik.

"Nona Amara baik-baik saja, dia hanya demam. sebaiknya segera berikan obat ini jika nanti dia siuman,"

"Terimakasih, Dok. Saya akan memberikan obat ini Nanti," sahut Nada.

"Kalau begitu saya pamit dulu, Nada. Semoga Nona Amara lekas siuman," ucap Dokter Ani.

"Amin. Terimakasih, Dok."

Dokter Ani melenggang pergi, Nada mengusap pelan puncak kepala Amara dan mengompresnya. Tak lama dari itu Etika dan Dinda datang, mereka tampak syok melihat keadaan Amara.

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Erika tampak khawatir.

"Aku rasa Amara mendapatkan kekerasan, lebih tepatnya pemerkosaan." ucap Nada. Erika dan Dinda tampak Syok mendengar penjelasan Nada.

"Siapa pelakunya?" tanya Erika dengan suara kagetnya, membuat Nada dan Dinda menoleh bersamaan.

"Aku belum tau pasti," ucap Nada. Erika menghela napas panjang kemudian melirik kearah Amara yang terbaring lemah. Entah apa yang di pikirkan oleh Erika.

"Apa sudah memberi tahukan keluarganya?" tanya Dinda. Nada menggelengkan kepalanya.

"Rara tidak mau melibatkan keluarganya dulu. Kalian tau, pelakunya bisa jadi orang terdekat dari temannya sendiri, bahkan teman Kakaknya," ucap Nada.

"Uhuk, uhuk,"

Tiba-tiba saja Erika tersedak membuat Dinda dan Nada menoleh bersamaan.

"Kenapa, Rik?" tanya Nada sambil mengulurkan air putih kepada Erika.

"Ti-tidak. Aku hanya terlalu terkejut. Mana ada seorang teman berbuat seperti itu pada temanya sendiri," protes Erika.

"Entahlah, yang terpenting sekarang Rara siuman dulu," ucap Nada lagi.

"Ya, aku yakin Amara gadis yang kuat. Aku rasa jika pun Amara hamil dari benih manusia laknat itu kita harus menguatkannya," ucap Erika.

Nada dan Dinda memelototkan matanya, bahkan pikiran mereka tidak sampai sejauh itu. Lalu, jika memang benar amara telah mendapatkan kekerasan seksual dan pemerkosaan, bukankah bisa jadi Amara akan hamil?

Amara tampak mengerjabkan matanya, mendengar perbincangan Nada dan 2 sahabatnya. Netranya memandang balkon kamar, air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan sesak yang begitu mendalam.

Bayangan wajah tampan itu menari diotaknya, wajah datar dan mampu membuat aliran darahnya berdesir. Pandangan pertama yang membuat hatinya berdebar tak karuan, cinta? Apa dirinya jatuh cinta pada pria itu di pandangan pertama tadi malam? Sejenak wajahnya bahagia, akan tetapi ingatannya tertuju pada suatu pagi tadi dimana hanya ada Pria tampan itu ditempat yang Naas baginya. Dia pikir bahwa pria itulah manusia dibalik semua kejahatan preman jalanan itu dan dia pula yang merebut mahkota nya.

"Alkhamdulilah, akhirnya kamu siuman juga, Ra." ucap Nada sambil mengusap pelan puncak kepala Amara.

"Ra, kenapa menangis? "

Amara melirik tubuhnya dan menggelengkan kepalanya. Air matanya mengalir deras, Nada meraih Amara dalam dekap hangatnya.

"Tenangkan dirimu, kita cari solusi bersama. Jika kamu belum mau terbuka dengan keluargamu, " ucap Nada.

"Bantu aku mencari tau siapa laki-laki itu, Nada. Aku harus memintanya untuk menikahiku, " ucap Amara. Nada terkejut, bahkan Dinda dan Erika pun sama.

"Siapa maksudmu?" tanya Nada. Nada tak tau apapun, hanya sajaAmara mengatakan bahwa laki-laki itu adalah teman kakaknya.

"Lelaki yang semalam bercengkrama dengan Kak Rafa," ucap Amara. Nada mencoba mengingat sesuatu dan mengernyitkan dahinya.

"Ra, kamu yakin? Bagaimana bila kamu salah mengira? mana mungkin teman kak Rafa melakukan hal serendah itu? " ucap Nada.

"Aku tidak tau, dia benar temanya atau bukan. yang pasti aku ingin tau informasi tentangnya dan aku akan meminta pertanggung jawabannya." ucap Amara sambil mengusap air matanya.

"Tapi, Ra. Apa tidak sebaiknya kita bicarakan pada Kak Rafa?" tanya Nada sedikit ragu. Amara melirik Nada dengan tajam.

"Itu pasti akan aku lakukan, tapi tidak sekarang." ucap Amara. Nada menghela napas panjang.

"Aku setuju dengan Rara, kita harus mendukung keputusan Rara. Jangan membiarkan Rara terpuruk sendiri, kita harus membantunya. Setidaknya sampai terbukti Rara hamil atau tidak, orang itu harus mau menikah dengan Rara," ucap Erika. Amara merasakan sesak didadanya.

Hanya sampai terbukti hamil atau tidak? Lantas siapa yang mau pada wanita sisa sepertiku? Tidak, tidak bisa begitu. Aku akan meminta pertanggung jawaban penuh pada lelaki itu sampai tuhan meminta hidupku. Aku tidak akan mempersembahkan diriku yang sisa ini pada orang lain. Aku menuntut laki-laki itu sampai kapanpun! batin Amara menggebu.

🤗🤗🤗🤗🤗🤗

Hai...Boleh mampir sampai akhir nanti ya. Ada mereka disana.

Like ,komen, Vote ya... I Love you 😊😊😊😊😊😊

Terpopuler

Comments

Mbah Edhok

Mbah Edhok

Amara membara ...

2022-12-11

0

Nurwana

Nurwana

curiga Erika pelakunya.

2022-12-03

0

Ersa

Ersa

curiga ih ke Erika

2022-11-24

0

lihat semua
Episodes
1 1.Awal mula
2 2.Dia?
3 Salah Paham
4 4. Merasa putus asa
5 Aku bukan wanita lemah
6 Merindukan Mama
7 Harus menelan Rasa kecewa
8 Menusia Aneh
9 Dilema Rafa
10 Manusia aneh yang membuat tersenyum
11 Membuat ulah
12 Micho dan Amara
13 Kepala batu
14 Lembaran baru.
15 Sahabat terbaik
16 Pratama yoga?
17 Sheyna Boutique
18 Merintis bersama
19 Apa Ada sesuatu?
20 Lelaki buaya
21 Semangat
22 Customer spesial
23 Masih teringat kamu
24 Kedatangan Prayoga
25 Hanya Amara
26 Terpana
27 Jangan Besar kepala
28 Jangan merepotkan dirimu
29 Mogok
30 Kucing kedinginan
31 Suara Tembakan.
32 Kabar
33 Kakak beradik yang kompak
34 Pergilah
35 Perdebatan
36 Dasar Wanita Murahan
37 Misteri
38 Menelpon
39 Anak kecil
40 Rumah sakit.
41 Papa
42 Ulah Wendi
43 Princes Sheyna Amara
44 Rindu Mama
45 Tak Rela
46 Berharap
47 Mengikuti permintaan
48 Mama, bangun!
49 Menikah?
50 Menikah
51 surat perjanjian
52 Kalian menikah?
53 Mertua
54 Malam pertama
55 Kakak ipar
56 Resep baru Bi?
57 Menjemput mama
58 Sabrina
59 Sesak
60 Gelisah
61 Rasa
62 Kenapa marah?
63 Pantai
64 Berteman
65 filter kamera
66 Kamu baik-baik saja?
67 Sahabat
68 Selera kakak ipar
69 Nada
70 Apa mencoba menggodaku?
71 pulang
72 Dia putriku
73 Apa kamu mencintainya?
74 bertemu Rayen
75 Papa
76 Gelisah
77 Micho tolong aku
78 Keluar masuk kandang
79 Nyonya Micho
80 Mengeluarkan peluru
81 Merasa bahagia
82 rujak
83 Kecewa
84 Masa lalu
85 Makan siang
86 Suami yang baik
87 Mas
88 Cemburu?
89 Sayang
90 Berdua
91 Mendung
92 Butuh waktu
93 Bab 93
94 94
95 95
96 96
97 97
98 98
99 99
100 100
101 101
102 102
103 103
104 104
105 105
106 106
107 107
108 108
109 109
110 110
111 111
112 112
113 113
114 114
115 115
116 116
117 117
118 118
119 119
120 120
121 121
122 122
123 123
124 124
125 125
126 126
127 127
128 128
129 129
130 130
131 131
132 132
133 133
134 134
135 135
136 136
137 137
138 138
139 139
140 140
141 Pengumuman
142 142
143 143
144 144
145 145
146 146
147 147
148 148
149 149
150 150
151 pengumuman
152 Cintai Aku, lupakan Dia!
Episodes

Updated 152 Episodes

1
1.Awal mula
2
2.Dia?
3
Salah Paham
4
4. Merasa putus asa
5
Aku bukan wanita lemah
6
Merindukan Mama
7
Harus menelan Rasa kecewa
8
Menusia Aneh
9
Dilema Rafa
10
Manusia aneh yang membuat tersenyum
11
Membuat ulah
12
Micho dan Amara
13
Kepala batu
14
Lembaran baru.
15
Sahabat terbaik
16
Pratama yoga?
17
Sheyna Boutique
18
Merintis bersama
19
Apa Ada sesuatu?
20
Lelaki buaya
21
Semangat
22
Customer spesial
23
Masih teringat kamu
24
Kedatangan Prayoga
25
Hanya Amara
26
Terpana
27
Jangan Besar kepala
28
Jangan merepotkan dirimu
29
Mogok
30
Kucing kedinginan
31
Suara Tembakan.
32
Kabar
33
Kakak beradik yang kompak
34
Pergilah
35
Perdebatan
36
Dasar Wanita Murahan
37
Misteri
38
Menelpon
39
Anak kecil
40
Rumah sakit.
41
Papa
42
Ulah Wendi
43
Princes Sheyna Amara
44
Rindu Mama
45
Tak Rela
46
Berharap
47
Mengikuti permintaan
48
Mama, bangun!
49
Menikah?
50
Menikah
51
surat perjanjian
52
Kalian menikah?
53
Mertua
54
Malam pertama
55
Kakak ipar
56
Resep baru Bi?
57
Menjemput mama
58
Sabrina
59
Sesak
60
Gelisah
61
Rasa
62
Kenapa marah?
63
Pantai
64
Berteman
65
filter kamera
66
Kamu baik-baik saja?
67
Sahabat
68
Selera kakak ipar
69
Nada
70
Apa mencoba menggodaku?
71
pulang
72
Dia putriku
73
Apa kamu mencintainya?
74
bertemu Rayen
75
Papa
76
Gelisah
77
Micho tolong aku
78
Keluar masuk kandang
79
Nyonya Micho
80
Mengeluarkan peluru
81
Merasa bahagia
82
rujak
83
Kecewa
84
Masa lalu
85
Makan siang
86
Suami yang baik
87
Mas
88
Cemburu?
89
Sayang
90
Berdua
91
Mendung
92
Butuh waktu
93
Bab 93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
100
100
101
101
102
102
103
103
104
104
105
105
106
106
107
107
108
108
109
109
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
121
122
122
123
123
124
124
125
125
126
126
127
127
128
128
129
129
130
130
131
131
132
132
133
133
134
134
135
135
136
136
137
137
138
138
139
139
140
140
141
Pengumuman
142
142
143
143
144
144
145
145
146
146
147
147
148
148
149
149
150
150
151
pengumuman
152
Cintai Aku, lupakan Dia!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!