Jejak Masa Lalu

****

Fahira menatap kosong ke arah cakrawala yang mulai memerah. Matahari perlahan tenggelam di balik barisan pegunungan, memberikan kilau keemasan yang indah pada awan di langit. Namun, seindah apapun pemandangan itu, tidak mampu menghapus rasa kosong yang ia rasakan di dalam hatinya. Sebuah nama yang terus terngiang-ngiang di pikirannya, nama yang sudah berbulan-bulan berusaha ia lupakan: Doni.

Doni Haryadi, lelaki sederhana dengan senyum hangat yang pernah mengisi hari-harinya. Lelaki yang membuat Fahira merasa dihargai tanpa harus menjadi seseorang yang sempurna. Namun, kini lelaki itu menghilang tanpa pesan, meninggalkan kenangan yang menyakitkan dan banyak pertanyaan tak terjawab.

Setahun yang lalu, Fahira masih ingat saat pertama kali ia bertemu dengan Doni di sebuah acara perayaan hari ulang tahun Kepolisian Indonesia. Doni saat itu adalah seorang bintara muda yang penuh semangat. Ia bukan berasal dari keluarga terpandang, tetapi semangatnya untuk melindungi dan mengabdi pada negeri membuatnya menonjol di antara yang lain.

Di tengah suasana formal yang penuh protokol, Doni berhasil mencuri perhatian Fahira dengan candanya yang sederhana namun tulus. Ia tidak berusaha untuk menonjolkan diri seperti yang lainnya. Ketika Doni berbicara, Fahira merasa seolah dunia menjadi lebih ringan. Dalam sekejap, percakapan mereka berubah dari formalitas menjadi pembicaraan hangat tentang mimpi, keluarga, dan cita-cita.

Doni tidak seperti lelaki lain yang mencoba mendekati Fahira karena statusnya sebagai putri seorang Brigadir Jenderal. Ia tidak peduli dengan jabatan ayah Fahira atau latar belakang keluarganya. Bagi Doni, Fahira adalah seorang wanita mandiri yang kuat, yang telah membuktikan dirinya sebagai Kowad dengan usaha kerasnya sendiri.

Namun, semua itu berubah.

Doni tiba-tiba menghilang. Tidak ada kabar, tidak ada pesan, tidak ada alasan. Fahira mencoba menghubungi Doni berkali-kali, tetapi semua pesannya tidak pernah dijawab. Teleponnya tidak pernah diangkat. Bahkan, media sosialnya yang biasanya aktif pun tiba-tiba sunyi.

Pada awalnya, Fahira berpikir Doni hanya sedang sibuk dengan tugasnya. Namun, setelah berminggu-minggu tanpa kabar, ia mulai merasa ada yang tidak beres. Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi ketika ia mendengar kabar dari seorang rekan bahwa Doni telah meminta pindah tugas ke daerah terpencil.

"Kenapa dia pergi tanpa memberitahuku?" gumam Fahira dalam hati.

Fahira mencoba mencari tahu alasan di balik keputusan Doni. Ia bahkan meminta bantuan Gabriel untuk menanyakan kabar Doni melalui rekan-rekannya di Kepolisian. Namun, hasilnya nihil. Doni seperti menghilang tanpa jejak.

Gabriel yang biasanya ceria bahkan mulai merasa kesal melihat Fahira terus-menerus memikirkan Doni.

"Ra, lo nggak bisa terus kayak gini. Dia udah pergi, dan mungkin itu artinya dia nggak mau ada urusan lagi sama lo," ujar Gabriel suatu malam saat mereka duduk di depan asrama.

Fahira menghela napas panjang. "Gue cuma mau tahu kenapa, Bri. Gue nggak bisa nerima dia pergi gitu aja tanpa alasan. Apa salah gue? Apa gue kurang cukup buat dia?"

Gabriel menatapnya dengan tatapan serius. "Lo nggak salah, Ra. Kalau dia pergi tanpa bilang apa-apa, itu masalah dia, bukan lo. Lo udah cukup baik, cukup kuat. Dia yang nggak cukup berani buat ngadepin semuanya."

Fahira terdiam. Kata-kata Gabriel memang masuk akal, tapi hatinya tetap tidak bisa berhenti bertanya-tanya.

Di sisi lain, jauh dari Fahira, Doni tengah menjalani kehidupannya yang penuh tantangan. Ia telah memutuskan untuk meninggalkan kehidupan lamanya demi melindungi orang-orang yang ia cintai. Keputusan itu bukanlah keputusan yang mudah.

Doni terpaksa pergi setelah menerima ancaman langsung dari Brigjen Gunawan, ayah Fahira.

"Jangan pernah berpikir kau pantas untuk anakku," kata Gunawan dengan nada dingin ketika memanggil Doni ke kantornya suatu malam.

Doni yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menunduk.

"Aku tahu kau pria baik, Doni. Tapi kau tidak sederajat dengan Fahira. Dia tidak pantas hidup dengan lelaki sepertimu. Kalau kau mencintainya, buktikan cintamu dengan pergi. Jangan biarkan keluargamu menjadi korban," lanjut Gunawan, menekankan kata-katanya dengan tatapan tajam.

Ancaman itu menghantui Doni setiap malam. Ia tahu Gunawan tidak main-main. Sebagai seorang pejabat tinggi di Kepolisian, Gunawan memiliki kekuatan untuk menghancurkan hidupnya dan keluarganya. Doni merasa tidak punya pilihan lain selain pergi.

Namun, meski telah pergi, hati Doni tidak pernah benar-benar jauh dari Fahira. Diam-diam, ia masih terus memantau Fahira dari kejauhan. Ia memastikan Fahira baik-baik saja melalui informasi dari teman-teman lamanya. Kadang, ia bahkan mengunjungi tempat-tempat yang sering dikunjungi Fahira, meskipun hanya untuk melihatnya dari kejauhan.

Kembali ke kehidupan Fahira, bayangan tentang Doni terus menghantui. Ada malam-malam di mana ia terbangun dengan mimpi buruk, memanggil nama Doni di tengah keheningan malam. Luka itu semakin dalam ketika ia mendengar rumor tentang Doni yang kini bekerja di bawah naungan sebuah unit rahasia.

"Sebenarnya siapa dia sekarang? Kenapa dia memilih jalan seperti itu?" pikir Fahira dengan frustrasi.

Di satu sisi, Fahira ingin melupakan Doni dan melanjutkan hidupnya. Namun, di sisi lain, ia tahu hatinya masih terikat pada lelaki itu. Doni adalah orang pertama yang membuatnya merasa dilihat sebagai Fahira, bukan sebagai "putri Brigjen Gunawan."

Suatu malam, ketika Fahira sedang duduk sendirian di balkon asramanya, angin malam yang dingin membawa aroma nostalgia. Ia meraih sebuah liontin kecil yang tergantung di lehernya, hadiah dari Doni pada ulang tahunnya yang ke-25.

Di dalam liontin itu, terselip sebuah foto kecil mereka berdua, diambil saat mereka pertama kali menghadiri acara bersama. Senyuman Doni yang tulus dan tatapan lembutnya terasa begitu nyata, seolah ia ada di hadapannya saat itu.

"Doni... kenapa kau pergi tanpa menjelaskan apa pun?" bisik Fahira dengan mata berkaca-kaca.

Liontin itu kini menjadi satu-satunya pengingat tentang Doni yang masih ia simpan. Fahira tahu ia harus melepaskan masa lalu, tetapi kenangan bersama Doni terlalu kuat untuk dilupakan.

Di tempat lain, Doni duduk di tepi sungai yang mengalir deras, memandangi bulan yang memantulkan cahayanya di atas air.

"Doni, apa kau yakin dengan keputusanmu?" tanya seorang rekan yang duduk di sebelahnya.

Doni hanya tersenyum tipis. "Aku tidak punya pilihan. Ini demi kebaikannya."

"Tapi kau menyakitinya dengan pergi begitu saja," sahut rekannya.

"Aku tahu," jawab Doni pelan. "Tapi kalau aku tetap di sampingnya, aku hanya akan membawa masalah. Lebih baik dia hidup tanpa aku."

Meski terlihat tegar, di dalam hatinya, Doni merindukan Fahira lebih dari apa pun. Namun, ia tahu bahwa cinta saja tidak cukup untuk melindungi seseorang.

Jejak masa lalu mereka kini menjadi luka yang terus terbuka. Bagi Fahira, kepergian Doni adalah misteri yang tidak terpecahkan. Sementara bagi Doni, meninggalkan Fahira adalah pengorbanan terbesar yang pernah ia lakukan.

Namun, mereka tidak tahu bahwa takdir sedang merangkai jalan mereka kembali. Jejak masa lalu itu akan membawa mereka pada perjalanan baru yang penuh ujian, sekaligus harapan.

#Happy Reading#

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!