“mas? Ada apa? Kenapa kamu malah begong? Semua baik-baik saja kan?” Tanya ku.
“owh, iya bu. Semua baik-baik saja kok. Cuman aku ingin tau aja ada berapa saldo di tabungan kita.”
Aku lalu mengangguk-anggukkan kepalaku perlahan-lahan.
“owh, iya bu. Mulai bulan besok kalau bisa pengeluarannya lebih di minimkan lagi ya.”
“iya mas. Tumben sih mas, ada apa? semua baik-baik saja kan?”
“jadi begini bu, informasi dari kantor tadi kalau untuk beberapa bulan kedepan tidak akan ada tambahan upah lain-lain atau gaji tambahan. Jadi ayah hanya mendapatkan gaji pokok saja.”
“owh, begitu. Baiklah mas. Aku akan berusaha meminim pengeluarannya. Pokoknya mas tenang saja ya. percayakan semua kepadaku.”
“aku percaya sama kamu bu, kamu pasti bisa. Aku minta maaf ya bu, karena sudah menuntut ibu untuk meminim pengeluaran bulanan kita.”
“kenapa minta maaf. Kalau mas ngasih tau ke aku, soal masalah di kantor aku kan jadi bisa lebih berhemat lagi mas. Pokoknya mas tenang saja ya.” Kata ku untuk menenangkan hati suamiku yang terlihat gelisah waktu itu.
“makasih ya sayang.”
Aku pun hanya membalasnya dengan senyuman.
**
Pagi harinya, aku bangun lebih awal. Karena aku harus menyelesaikan tugas rumah terlebih dahulu, lalu mengurus keperluan suamiku dan anakku. Setelah semua di rasa selesai aku harus pergi untuk mendaftar pekerjaan yang kemarin sudah aku rencanakan. Akan lebih baik jika aku berangkat lebih awal.
Tepat pukul lima pagi, selesai sholat subuh, aku langsung bergegas memasak dan juga membereskan rumah.
Setalah semua selesai, aku lalu menyiapkan keperluan sekolah Raditya dan juga suamiku.
Tepat di mana mereka harus bangun, perlahan-lahan aku membangunkan suamiku, karena tadi malam dia meminta tolong kepadaku untuk membangunkannya lebih pagi dari biasanya.
Ku pandangi wajah suamiku yang terlihat begitu lelap tidurnya. Aku seperti tidak tega akan membangunkan dirinya. Aku melihat kalau dia seperti sangat kelelahan. Namun, aku harus membangunkannya saat itu juga. Perlahan-lahan, aku menggoyang-goyangkan tangan nya. Aku kecup pipinya, dan aku panggil namanya dengan pelan di telinganya.
“sa—yang, bangun. Ini sudah jam enam.”
Tetapi suamiku hanya mengeliat di atas kasur. Aku pun mencoba membangunkannya kembali.
“sa—yang, bangun yuk. Katanya tadi malam minta di bangunkan lebih awal dari biasanya.”
Akhirnya, suamiku membuka mata secara perlahan-lahan. Ia kemudian bersandar di bahu tempat tidur sambil menguap.
“hu—am, memang ini jam berapa bu?” Tanya suamiku yang setengah sadar karena dia baru saja terbangun dari tidurnya.
“ini sudah jam enam mas.” jawab ku.
“owh,”
“ya sudah, aku tinggal dulu ya. Aku mau bangunin Raditya dulu.”
“apa enggak ke pagian bu? Raditya kan masuk sekolah jam setengah delapan?” tanya suamiku.
“iya sih yah, tapi kan nanti kalau dia nggak lihat ayah pergi kerja, pasti bakal Tanya terus ayah di mana.” terang ku.
“owh, gitu ya.”
Aku kemudian mengangguk-anggukan kepala ku. Aku membohongi suamiku pagi itu. Sebab aku diam-diam ingin mencari kerja untuk membantu suamiku memenuhi kebutuhan kami.
“ya sudah, kalau ayah mau pergi lebih awal, sebaiknya sekarang ayah segera mandi terus sarapan.” ucapku.
“apa ibu sudah selesai memasak?”
“semua sudah siap ayah. hari ini ibu juga sengaja ingin bangun lebih awal, agar bisa menyiapkan semuanya."
“ha?!”
“ih, ayah nih kenapa, sudah biasa kan aku bangun pagi.”
“tapi biasanya ibu mulai masak jam enam, eh ini baru jam enam ibu sudah selesai semua..”
“he… he… he… ya karena aku tau kalau ayah tuh mau pergi pagi. Ya jadinya aku berusaha menyiapakan semua dan bangun lebih awal.”
“kamu tuh, emang istri yang sempurna.”
“udah deh, pagi-pagi udah ngibul.”
Aku pun berdiri dan akan meninggalkan kamar, akan tetapi suamiku tiba-tiba menarik tangan ku. Sehingga membuat aku terjatuh tepat di tubuhnya. Dan ternyata suamiku memberikan aku ciuman di pagi hari yang sering dia lakukan kepadaku.
“emuach!”
“ih ayah.”
“selamat pagi istriku tercinta, he… he… he…”
“selamat pagi juga ayah yang baik.”
Suamiku kemudian melepaskan tangan ku. Dan aku langsung saja pergi ke kamar Raditya untuk membangunkannya.
Butuh waktu lima belas menit agar Raditya bisa bangun dari tidurnya. Sebenarnya aku juga tidak tega harus membangunkan Raditya terlalu pagi. Tapi, mau gimana lagi. Aku harus menyelesaikan tugasku lebih awal dari biasanya.
Karena Raditya sulit untuk dibangunkan, akhirnya terpaksa aku harus menggendongnya dan membawanya di ruang tengah atau di ruang televisi walaupun Raditya masih seperti setengah sadar.
Aku letakkan kepalanya di pahaku dengan posisi dia yang berbaring diatas sofa. Aku juga dengan sangat pelan-pelan membangunkan lalu menggoyang-goyangkan tubuhnya dan juga tangannya.
“raditya, bangun sayang. Katanya kakak mau sekolah?”
“emm, ibu.” ucap Raditya sembari mengulet badannya.
“tuh ayah, sudah mau berangkat kerja. kakak bangun yuk." bujuk ku pada Raditya.
“emm, ibu raditya masih mengantuk.” Rengek anakku.
“sayang, bangun yuk.”
“i—bu,”
Sambil mengusap-usap matanya raditya akhirnya mau bangun dan duduk bersandar di sofa dengan matanya yang masih sayup. Dan seperti ayahnya sebelum berdiri, Raditya pun menguap.
“ho-am, ibu susunya mana?”
“ibu sudah siapkan di meja makan nak. Yuk kesana, dan temani ayahmu sarapan pagi.”
“baiklah bu.”
Setelah Raditya sudah benar-benar bangun, aku pun kemudian berjalan menuju ke meja makan untuk menyiapkan sarapan pagi suamiku.
“nih susunya, sudah ibu siapkan nak.”
“terimakasih bu.”
“sama-sama sayang. Tuh, ayah sudah datang.” Ucapku sambil menuding ke arah suamiku.
“selamat pagi anak ayah tersayang.” Sapa suamiku kepada anaknya.
“pa—gi juga ayah.” Balas sapa Raditya kepada ayahnya sambil mengusap-usapkan matanya lagi.
Suamiku lalu duduk di kursinya. Aku pun kemudian menuangkan nasi di piring yang sudah ada di depan suamiku.
“segini yah?”
“iya, segitu saja bu.”
“sayurnya? Ayah mau pake apa?”
“tumis kangkung saja sama mendoan bu.”
“baiklah, ibu akan ambilkan.”
Aku tuangkan sayur beserta lauknya di piring suamiku.
Sambil meminum susunya yang sudah aku buatkan, Raditya bertanya kepada suamiku.
“ayah, ayah mau berangkat kerja sekarang?”
“iya nak.”
“kok pagi sekali?”
“iya, soalnya ayah ada keperluan juga pagi ini.”
Aku yang menemani sarapan suamiku pun melirik kearah suamiku.
“aku tau, kamu pasti akan menyelesaikan tugas kantormu lebih awal dan setelah itu kamu pasti pergi mencari lowongan pekerjaan kan mas.” Gumam ku yang duduk di hadan suamiku.
Beberapa menit berlalu, selesai sarapan, kalendra langsung berpamitan kepada anak dan juga istrinya kalau dia harus pergi untuk bekerja.
“sayang, aku pamit berangkat kerja dulu ya.”
“iya mas, kamu hati-hati di jalan ya.”
“iya, raditya, ayah berangkat ya nak. Kakak nanti di sekolah harus belajar dengan baik ya, jangan nakal di sekolah.” teriak suamiku.
“iya ayah.”
Selepas itu, suamiku pergi meninggalkan rumah. Aku pun langsung membereskan meja makan beserta piring kotor. Aku lalu menyiapkan sarapan pagi untuk bekal Raditya.
Setelah tiga puluh menit berlalu, kini semua sudah selesai. Dan sekarang waktunya aku pergi untuk mengantarkan Raditya kesekolah.
Akan tetapi, aku terus berpesan kepada Raditya, “kak, nanti kalau ibu belum menjemput kamu, kamu jagan kemana-mana ya, kamu ke dalam kelas dan bilang sama bunda laily untuk menemani kamu sebentar sampai ibu datang menjemputmu.”
“memang ibu mau pergi ya? Ibu ada acara ya?”
“iya nak, ibu mau pergi dulu sebentar. Soalnya, ibu ada perlu. Jadi kamu harus ingat-ingat pesan ibu. Jangan kemana-mana sebelum ibu menjemput kamu. Mengertikan nak?”
“iya Radit mengerti.”
“bagus anak ibu memang pintar dan hebat.” Ucapku kepada ankku.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
jungkangs🙄
lanjut
2021-08-14
2