Setulus Kasih IBU
Namaku Novita, tapi banyak orang yang memanggil ku dengan sebutan Vita. Aku sudah memiliki dua orang anak. Anak pertama ku adalah seorang anak laki-laki bernama Raditya. Ya, Raditya adalah nama pilihan tepat menurut kami berdua. Karena kami sudah menyiapkan nama itu jauh-jauh hari sebelum Hari Perkiraan Lahir datang.
Awal itu, saat aku sedang mengandung buah hati pertama kami, kami begitu sangat bahagia. Seakan-akan kehidupan kami berubah sangat drastis. Bagaimana tidak. Kami sudah lama menunggu kehadiran bayi dalam keluarga kecil ini. Dan Raditya lah bukti dari cinta kita.
Aku mengenal suamiku sudah cukup lama sebelum kami melanjutkan hubungan ini ke pelaminan. Suamiku adalah laki-laki yang sempurna di mata ku. dia adalah laki-laki yang sangat bertanggung jawab kepada ku dan juga anakku.
Dia begitu sangat menyayangiku dan anakku. Dia juga selalu berjuang untuk membuat aku dan anakku bahagia dengan caranya sendiri. Nama suamiku adalah Kalendra.
Dia juga selalu membuat kehangatan dalam rumah tangga kami. Cinta dan kasih sayang tak henti-hentinya dia berikan kepada aku atau pun Raditya anaknya.
Waktu itu, tak pernah terlintas sedikit pun di pikiran ku kalau suamiku akan pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya.
Maaf, jika aku menceritakan apa yang aku rasakan. Karena aku benar-benar mencintai suamiku, dan menurutku dia adalah orang yang paling sempurna di dunia ini. Mungkin kata sempurna tidak cukup untuk dia, dia adalah yang sempurna dari yang paling sempurna yang sudah Tuhan ciptakan untukku. Walau aku tahu kalau Kesempurnaan yang sesungguhnya hanya lah milik-Nya.
Sedikit cuplikan percakapan ku dengan suamiku sewaktu dia masih bersama ku dan anak ku.
“Selamat pagi sayang,” ucap suamiku ketika menyapa ku di dapur.
“Hey, pagi juga ayah,” jawabku.
“Mau masak apa? Kelihatannya enak?” kata suamiku yang tidak pernah lupa memeluk tubuhku di pagi hari di saat aku sedang berdiri di depan kompor untuk menyiapkan hidangannya.
“Nih, masak kesukaan ayah. Gurame saus pedas manis,"
“Waw, kamu paling tau apa yang aku suka, makasih sayang,”
Kami pun saling berciuman untuk menyambut pagi hari yang begitu dingin waktu itu.
“Kalau begitu, ayah sekarang mandi terus berangkat kerja,” cakap ku meminta dirinya untuk segera mandi.
“Oke, istriku,” jawab singkat suamiku sambil mengambil sebuah cangkir.
Suamiku memang tidak pernah mau merepotkan ku. Dia hampir tidak pernah memerintahkan ku untuk membuatkan kopi di pagi hari. Tapi, aku sadar kalau itu adalah salah satu dari tugasku untuk melayani suamiku.
“Ayah, ayah mau ngapain? Kok ambil gelas?” Tanyaku.
“Aku mau buat kopi dulu bu,"
“Sudah sana ayah mandi. Biar ibu buatkan,"
“Tapi bukankah ibu masih sibuk memasak?”
“Ayah jangan khawatir. Ibu nggak sibuk kok, ini juga sudah hampir selesai. Pokoknya sekarang ayah mandi dulu. Nanti biar ibu yang buatkan kopinya,"
“Baiklah sayang, makasih ya sayang. Emuch…”
Suamiku kemudian pergi untuk mempersiapkan dirinya berangkat kerja.
Jujur saja, hati ini rapuh mengingat betapa mesra dan romantisnya sikap suamiku kepadaku sejak dahulu. Dan aku pun tidak pernah bisa melupakan semua perilaku yang suamiku berikan kepadaku.
Sepanjang hari, aku selalu berdoa. Agar Tuhan selalu menjaga setiap langkah suamiku di mana pun dia berada, karena ada seseorang yang sedang menunggunya dirumah. Tapi apa lah daya, manusia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Tuhan sudah berkehendak.
Tuhan juga sudah menyiapkan semuanya dengan berpasang-pasangan. Seperti dimana akan ada datang pasti akan pergi, lewat pasti kan berlalu, ada pasti kan tiada, terbit pasti akan tenggelam, pasang pasti akan surut, dan bertemu pasti akan berpisah. Semua itu sudah mutlak untuk-Nya. kita sebagai manusia mau tidak mau, siap tidak siap harus menerima semuanya dengan sepenuh hati.
Berlanjut dengan cerita di pagi hari ku saat suamiku masih ada diantara kami.
“Selamat pagi gantengnya ayah," sapa suamiku yang selesai mandi, disaat melihat anaknya yang sedang duduk di meja makan sambil membawa segelas susu.
“Pagi ayah," jawab Raditya membalas sapa ayahnya.
“Anak ayah baru bangun tidur ya?” tanya suami ku sembari mengusap-usap rambut Raditya.
Raditya kembali tersenyum dengan mulutnya yang masih berbusa bergaris putih bekas susu yang baru saja dia minum.
Melihat suamiku yang sudah duduk dan siap untuk menyantap sarapan waktu itu, aku pun mendekati anak dan juga suamiku untuk melayani mereka.
“Aku ambilkan nasinya ya ayah,"
“Iya bu,"
“Segini yah?”
“Nambah dikit ya bu,"
“Baiklah,"
Aku letakan nasi putih di piringnya. Setelah itu, aku melanjutkan untuk meletakan lauk kesukaannya.
Aku sangat bahagia melihat suamiku yang selalu makan dengan begitu lahabnya. Dia selalu makan apapun yang aku masak untuk dirinya. dia tidak pernah protes dengan rasa masakan ku. karena dia tidak ingin membuat aku kecewa atau pun sedih sedikit pun.
“Gimana yah? Enak kan?” tanya ku kepada suami tercinta ku.
“Enak bu, enak banget. ayah suka,"
“Beneran yah?”
“Iya sayang,"
“Syukur lah kalau begitu, nanti nambah lagi ya yah.”
Selesai sarapan, suamiku selalu menyodorkan tangannya untuk berpamitan pergi bekerja.
“Sayang, ayah berangkat kerja dulu ya. Ibu dan Raditya jaga diri baik-baik di rumah,"
“Iya ayah. Hati-hati ya berangkat kerjanya.” Ucapku sambil mencium tangan suami ku pagi itu.
Raditya yang masih berumur tiga tahun itu pun berlari kecil mendekati suamiku, karena dia tau kalau ayahnya sebentar lagi akan berangkat bekerja.
“Ayah, Raditya ikut,” ucap Raditya yang begitu sangat manja kepada ayahnya.
“Eh, sayang. Raditya di rumah dulu ya. Jaga ibu. Nanti kalau ayah sudah pulang kita main bersama ya. Sekarang ayah berangkat kerja dulu,"
“Emm, ayah,” ucap Raditya yang sedikit mewek karena ayahnya akan pergi bekerja.
Aku pun lalu mengendong Raditya yang masih sangat polos waktu itu.
“Sayang, ayah kerja dulu, nanti kalau pulang, ayah pasti ajak Raditya main,”
“Bener ya ayah?”
“Iya Raditya sayang. Ayah janji. Ya sudah bu, berhubung sudah jam segini, ayah pergi dulu,”
“Iya ayah, hati-hati ya,"
Suamiku selalu mengecup manis kening ku dan anakku Raditya. Dia tidak pernah lupa untuk itu. Karena menurut dia, kebahagiaan istri adalah kunci utama rejeki suami mengalir terus.
Suamiku kemudian pergi untuk bekerja. Kehidupan ku bersama suamiku memang sangat harmonis, bahkan kami hampir tidak pernah ada yang namanya adu mulut untuk memperdebatkan sesuatu hal yang membuat kita merasa kecewa atau sedih. Sebab suamiku tidak ingin membuat air mata ku ini keluar membasahi pipiku. Dia tidak bisa melihat aku menangis.
Sampailah pada sore harinya. Dimana ketika waktu sudah menunjukan jam pulang kerja suamiku. Setiap sore aku sudah menyelesaikan semua tugas rumah, dari beres-beres, menyuapi anak, dan juga menyiapkan makan malam.
Terdengar suara motor yang berhenti di depan pintu gerbang rumah kami. Raditya yang sudah sangat hafal betul suara motor milik ayahnya pun langsung berlari menyambut kedatangan ayahnya itu. sambil berlari membawa mainan kesukaannya dia berteriak memanggil-manggil ayahnya.
“Aaayyyaaahhh…” teriak Raditya.
“Raditya sayang," ucap suamiku yang membalas sambutan dari anaknya waktu itu.
Hati ini seakan tidak mau kehilangan momen yang sangat berharga melihat mereka saat itu. Karena aku tau, pasti akan sangat berat bagiku jika kebahagian ini tiba-tiba hilang.
Setelah motor suamiku masuk ke gerbang lalu memarkirkannya. Suamiku langsung saja berlari mendekati dan segera menggendong Raditya sambil mengecup pipi gembul anaknya itu.
Dengan sifat manja, Raditya memeluk erat ayahnya dan memperlihatkan mainan yang sedang dia bawa.
Aku yang berdiri di depan pintu lalu membawakan tas kerja milik suamiku dan menyambut dengan salam senyum kepadanya.
“Ayah, sini tas nya. Biar ibu yang bawakan,”
Di berikanlah tas kerja itu kepada ku. Setelah itu kami bertiga masuk kedalam rumah.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Siti Qomariyah
kayanya bgs ni crtanya thor
2021-12-25
1
ig: ukiii__21
walah, ini othor platinum gini. 😆
aku ninggal jejak, thor.
2021-10-07
1
jungkangs🙄
mampir thor
2021-08-08
6