Rachel mondar-mandir di depan pintu kamarnya menunggu Vano. "Kamu dari mana?" tanyanya sesampainya pria itu di rumah.
"Apa Nona kangen dengan saya?" goda Vano.
"Percaya diri banget kamu!" Rachel mengerucutkan bibirnya.
"Saya keluar ada urusan dan ini saya bawakan ikan bakar," Vano menunjukkan bungkusan berisi ikan bakar. "Mau makan, sekarang?" tawarnya.
"Boleh," angguk Rachel.
Vano mengambil piring dan sendok. Mereka akan makan berdua.
"Kenapa menculik aku?" tanya Rachel.
"Lebih baik Nona makan, bertanya nanti saja!" jawab Vano.
"Iya, ya," ucap Rachel dengan wajah cemberut.
Selama makan mereka hanya saling diam tanpa ada obrolan karena percuma Rachel bertanya tetap akan sulit mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang ada di pikiran Rachel.
"Aku akan bertanya lagi nanti," batin Rachel.
"Nanti sore, saya akan bawa Nona keliling daerah sini!"
"Benarkah?" tanya Rachel dengan antusias.
"Iya biar Nona tidak bosan saja di dalam kamar tapi ingatlah, jangan coba-coba kabur!"
"Iya," jawab Rachel dengan malas.
-
Sore harinya...
"Kita akan ke mana?" tanya Rachel.
"Udah ikut aja!" jawab Vano berjalan ke arah motornya.
"Kita naik motor?" tanya Rachel memperhatikan kendaraan roda dua tersebut.
"Iya, memangnya mau naik apa?" Vano kini sudah di atas motor.
Rachel masih terdiam.
"Ayo Nona naik!" ajak Vano.
Rachel akhirnya naik ke atas motor.
"Pegangan, ya!" ucap Vano.
"Kamu, jangan ngebut 'ya!" nasehat Rachel.
"Iya, Nona bawel!"
Akhirnya setelah 2 hari di tahan Vano, Rachel menghirup udara bebas walaupun hanya keliling alun-alun tapi itu sudah membuat Rachel bahagia, sebenarnya saat Vano mengajak Rachel jalan-jalan terlintas pikirannya untuk kabur akan tetapi Vano berhasil menebak jalan pikirannya hingga membuat Rachel berpikir dua kali.
"Aku mau itu!" Rachel menunjuk penjual gulali.
"Aku akan belikan, tapi ingat jangan kabur!" kata Vano mengingatkan
Sepuluh menit kemudian Vano datang membawa gulali dan 2 botol air mineral.
"Kamu sering ke sini?" tanya Rachel ketika menerima makanan yang diinginkannya.
"Tidak, saya baru sekali ke sini!" jawab Vano.
"Lalu, kenapa tahu tempat ini?"
"Tadi pagi saat keluar saya melewati tempat ini."
"Boleh saya tanya lagi?"
"Kalau Nona bertanya pertanyaan yang sama, kita pulang," Vano bergegas berdiri.
"Jangan pulang!" Rachel memegang lengan Vano.
Pria itu menatapnya, lalu kembali duduk.
-
Hampir 1 jam lebih mereka keliling alun-alun mulai makan gulali, makan sate dan sekedar melihat-lihat anak-anak bermain terlihat senyum bahagia di wajah Rachel.
"Hari sudah mulai gelap sebaiknya kita pulang, Nona!" ajak Vano.
Rachel mengangguk tanpa membantah.
...****************...
Di kediaman keluarga Darwin, orang tua dari Vano.
"Mama kangen dengan Vano, Pah!" ujar Mama Ratih.
"Baru juga 10 hari sudah kangen," ucap Papa Darwin.
"Namanya juga anak, Pa!"
"Mama 'kan tiap hari dapat kabar dari pengawal Vano jadi tidak usah khawatir, Papa yakin dia bisa bertanggung jawab dengan pekerjaan barunya" jawab Papa Darwin.
"Coba saja dulu Vano mau di jodohkan pasti Mama tidak akan berpisah dengannya."
"Sudahlah, jangan bersedih begitu," hibur Papa Darwin.
-
Lokasi rumah penyekapan Rachel...
"Apa gaji yang di berikan keluargaku kurang hingga kamu menculik aku?" tanya Rachel tiba-tiba hingga membuat langkah Vano berhenti.
"Tidak, malah lebih dari cukup," jawab Vano.
"Lalu, kenapa kamu menculik aku? Siapa orang yang telah menyuruhmu?" tanya Rachel dengan tegas. Entah kenapa dia tiba-tiba berani bertanya.
"Saya lakukan semua demi uang!" hardik Vano.
"Berapa kamu di beri dia?" tanya Rachel lagi.
"Nona, tidak perlu tahu yang penting setelah misinya berhasil Nona juga akan di lepas," jawab Vano.
"Saya akan bayar kamu dua kali lipat!" tawar Rachel.
"Tidak!"
"3 kali lipat?"
"Tidak juga," tolak Vano. "Lebih baik Nona istirahat daripada capek bertanya," ucap Vano membukakan pintu kamar.
Rachel menggigit bibir tampak raut kesal di wajahnya karena dia tidak bisa juga mengorek info dari Vano.
"Selamat beristirahat, Nona!"
Tanpa menjawab Rachel menutup pintu dengan kasar. "Mama dan Papa apa tidak mencari ku?" gerutunya.
"Awas saja kamu Vano setelah aku bebas dari sini, aku akan beri pelajaran," batin Rachel berteriak.
...****************...
Seminggu berlalu..
"Ini sarapannya, Nona!"
"Cuma telur ceplok!" gerutu Rachel.
"Bik Yul tidak masuk kerja hari ini jadi cuma itu yang bisa saya buat," ujar Vano.
"Aku tidak mau makan!" tolak Rachel.
"Terserah, Nona!"ucap Vano berlalu.
"Hei, kamu mau ke mana?" kejar Rachel.
"Apa Nona butuh sesuatu?"
"Aku tidak mau makan itu," jawab Rachel.
"Kita akan makan di luar, bersiaplah!" ucap Vano sambil berlalu.
Mereka pergi sarapan di luar karena Vano tahu dari Mama Lusi jika Rachel suka bubur ayam.
"Kita makan di sini?" tanya Rachel memperhatikan orang-orang di sekitarnya.
"Iya. Apa Nona tidak suka?"
"Suka banget, kamu tahu aja aku suka bubur ayam," ucap Rachel senang.
"Hanya kebetulan saja!" kata Vano asal.
"Nona, silahkan duduk. Saya akan pesankan buburnya!"
Lima menit berlalu akhirnya bubur ayam tersaji. Rachel makan dengan lahapnya, Vano hanya geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.
"Aku boleh tambah satu lagi," ucap Rachel memohon.
"Boleh, Nona." Vano memesankan 1 porsi lagi untuk Rachel.
Sementara di ujung meja ada sepasang mata melihat ke arah Vano. "Seperti Vano," batinnya.
Dia berjalan mendekati Vano dan berpura-pura menumpahkan minuman.
"Argh..!" Vano terkejut dan berdiri.
"Maaf.. maafkan..saya tidak sengaja," ucap wanita itu.
"Helen..!" batin Vano.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments