Bab 3

"Nona, makanlah!"

"Aku tidak mau!" tolak Rachel.

"Kalau Nona tidak makan, saya bisa di marahi."

"Itu bukan urusanku!" ucap Rachel.

"Saya letak makanannya di sini, jika bosan Nona bisa menonton televisi atau membaca majalah dan ini beberapa pakaian," ucap Vano. "Dan saya harap Nona tetap makan, saya gak mau Nona sakit!" lanjutnya

Sementara dikediaman keluarga Rachel. "Kamu tenang aja pasti rencana kita berhasil," ucap Mama Lusi tersenyum. "Hahaha...lain waktu kita akan bertemu. Sampai jumpa!" ucap Mama Lusi menutup teleponnya.

Setelah menelepon seseorang, Lusi menelepon Vano untuk menanyakan keadaan Rachel. "Halo Vano, bagaimana dengan dia? "

"Baik Nyonya, tapi dia tidak mau makan."

"Kamu harus paksa dia makan, ingat kamu jangan menyentuh dia apalagi menyakiti," ancam Mama Lusi.

"I..iya Nyonya," ucap Vano diujung telepon.

"Setelah misi ini selesai aku akan pergi jauh dari kota ini dan membuka bisnis," batin Vano. "Nyonya tenang aja, Nona Rachel aman bersama saya yang penting nyonya tidak ingkar soal imbalan tuk saya," lanjut Vano.

"Kamu, tidak usah khawatir!" ucap Mama Lusi.

Vano pun menutup teleponnya. Ia menghampiri Rachel di kamar. "Kamu belum makan juga?" tanya Vano.

"Aku tidak mau makan!" tolak Rachel marah.

"Apa Nona mau saya suapi?" tawar Vano.

"Tidak mau!" Rachel sambil menggeleng kepala.

Rachel masih menatap makanan itu dengan ragu, takut makanan tersebut mengandung racun dan membuat tubuhnya bergidik.

"Nona, takut saya racun?" tanya Vano santai. "Jika Nona ragu saya bisa mulai memakannya!" lanjutnya lagi.

"Saya tidak mau bekas makananmu," protesnya.

"Ya sudah, kalau tidak mau maka makanlah!" ucap Vano tersenyum.

"Saya tidak mau makan ini, saya mau ikan bakar," ucap Rachel.

"Ikan bakar?"

Rachel mengangguk kepalanya

"Bik Yul sudah pulang, siapa yang akan membuatnya?" tanya Vano. Bik Yul adalah asisten rumah tangga di rumah yang di mana rumah yang menjadi tempat Rachel di sekap karena rumah ini merupakan rumah Mama Lusi yang di beli 2 bulan lalu tanpa sepengetahuan Rachel.

"Itu bukan urusanku," jawab Rachel.

"Besok saja 'ya makan ikan bakarnya?" bujuk Vano. "Kalau tidak mau makan, terserah Nona," lanjutnya santai.

Rachel masih menatap makanannya antara lapar dan ragu. Vano masih duduk di sofa yang berada di kamar Rachel sambil memainkan gawai serta sekali-kali melirik Rachel. Akhirnya Rachel memakan makanannya dengan lahap membuat Vano tersenyum.

"Aku mau mandi, kamu mau di sini saja?" tanya Rachel selesai makan.

"Kalau Nona mengizinkan di sini, saya akan tetap berada di sini," jawab Vano.

"Tidak boleh ntar kamu selera liat aku!" celetuk Rachel.

Vano segera berdiri lalu meninggalkan kamar Rachel.

Malam harinya, di rumah penyekapan telah terjadi pemadaman listrik.

"Vano buka, aku takut gelap!" teriak Rachel mengetuk pintu berulang kali.

"Iya," jawab Vano dari jauh, bergegas membukakan pintu.

Rachel langsung memeluk Vano dan menangis di dekapannya, "Aku takut!"

"Sudah 'ya tenang, ada saya di sini!" jawab Vano berusaha menenangkan Rachel.

"Aku gak mau tidur sendiri dalam keadaan gelap begini!" kata Rachel dengan wajah ketakutan.

Vano menghela napas. "Hemm, baiklah. Saya akan temani Nona tidur!"

"Apa!" Rachel melepaskan pelukannya.

"Hmm ..maksud saya, Nona tidur di ranjang saya tidur di sofa," jelas Vano salah tingkah.

"Kamu tidak boleh ke mana-mana sebelum listriknya menyala!" ancam Rachel.

"Saya tidak akan ke mana-mana, saya janji," ucap Vano sambil mengacungkan 2 jari.

Vano berjalan ke arah sofa dan langsung tidur sementara Rachel masih belum memejamkan matanya karena masih takut dan was-was, sudah hampir sejam listrik belum menyala akhirnya Rachel tertidur.

Saat listrik menyala Vano terbangun dan merasakan sakit di seluruh tubuhnya karena tidur di sofa tanpa sengaja matanya melihat selimut yang di gunakan Rachel tidak menutupi seluruh tubuhnya, Vano berjalan mendekati Rachel untuk membetulkan selimutnya dan dia menelan saliva dengan kasar lalu membatin, "Harus kuat!"

...****************...

Paginya harinya, masih di rumah penyekapan Rachel.

tok...

tok...

"Masuk saja!"

"Pagi Nona, ini sarapannya," ucap bik Yul.

"Letakkan saja di situ," Rachel menunjukkan arah meja. "Kemana Vano?" lanjutnya bertanya.

"Tuan Vano tadi keluar, saya ditugaskan untuk memberi sarapan Nona."

"Aku lebih baik tanya sesuatu dari bik Yul," batin Rachel.

"Saya boleh tanya sesuatu, Bik?" tanya Rachel

"Tanya apa Nona?" jawab Bik Yul.

"Bik Yul, sudah lama bekerja di sini?"

"Baru 2 bulan, Non."

"Apa Vano pemilik rumah ini?" tanya Rachel penasaran.

"Bukan, Nona!"

"Jika bukan Vano pemiliknya, lalu bik Yul kenal siapa pemilik aslinya?"

"Tidak, Non!" jawabnya sembari menggelengkan kepalanya. "Saya permisi ke dapur, Non!" Bik Yul buru-buru untuk menghindari pertanyaan dari Rachel.

Rachel semakin penasaran kenapa Vano harus menculiknya dan dia tidak bisa mendapatkan jawaban dari Bik Yul tentang rumah yang ditempatinya. Rachel merasa bosan di dalam kamar kerjaannya hanya makan, tidur, menonton tv dan membaca majalah. "Argh.... membosankan!" keluhnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!