03. P**ulang Bersama**
Sore itu, Neyya dan beberapa temanya duduk ditepi gerbang kampus. ada yang menunggu jemputan, menunggu bus. namun berbeda dengan Neyya, ia bukanya menunggu bus atau jemputan melainkan menunggu Arlend. sudah menjadi rutinitas harian Neyya setiap pulang. jika Arlen belum keluar dari gedung , maka Neyya juga belum akan pulang.
Butuh waktu beberapa menit, terlihatlah Arlend keluar dari gedung kedokteran. ia berjalan lurus kearah gerbang dengan cool. Neyya memperhatikan laki-laki tersebut dengan penuh semangat. berbeda dengan Arlend, ia tidak merespon Neyya sama sekali. sikap acuh tak acuh Arlend terhadap Neyya bukan berlaku hari ini saja, tapi memang setiap hari Arlend memperlakukan Neyya begini. namun, Neyya tetap saja masih berharap dengan harapan besar kearlen agar jatuh cinta pada dirinya.
" Dia mengabaikan aku lagi " Neyya memperhatikan Arlend yang berjalan mendahuluinya.
" Arlend, tunggu! kenapa kau selalu berjalan dengan langkah yang panjang begitu!, " panggil Neyya. ia berlari kecil mengejar Arlend didepanya.
" Menyusahkan " ucap Arlend. ia kemudian menghentikan langkahnya, ia mencoba berjalan dengan sedikit pelan agar gadis tersebut tidak tertinggal terlalu jauh. karena mengingat hari juga sudah mulai gelap, membuat Arlend tidak ingin gadis itu kenapa-napa jika tertinggal jauh dibelakangnya.
" Kau benar-benar menungguku? " tanya Neyya. ia tidak percaya jika laki-laki didepanya ini benar-benar mendengar ucapannya. biasanya Arlend selalu mengabaikan Neyya. sangat jarang Arlend mau menunggu Neyya.
" Cepatlah! atau aku akan benar-benar membiarkanmu berjalan sendirian dibelakang. " Arlend memasukan tangan kanannya ke saku hoodi yang sedang ia pakai. Arlend melihati Neyya dengan tatapan seperti biasanya, tidak ada yang berubah sama sekali melainkan sifat pedulinya terhadap Neyya.
" Tentu saja kesempatan tidak boleh diabaikan " ucap Neyya didalam hatinya.
" Ayo! " Neyya berjalan dengan cepat untuk berjalan agar tidak tertinggal dari Arlend. Arlend kembali melanjutkan perjalananya, ia masih berjalan dengan cool tanpa menoleh lagi ke Neyya.
" Mau belakang, samping, depan, atas semuanya terlihat sempurna. bagaimana bisa ada manusia setampan dirinya " pikir Neyya yang melihat punggung Arlend dengan kagum. Neyya terus memperhatikan Arlend sambil berjalan tanpa tau jika didepanya ada batu yang menghalangi dirinya. karena tidak melihat kearah jalan sama sekali membuat kaki Neyya tanpa sengaja menabrak batu tersebut hingga membuat Neyya tersungkur dan jatuh ketanah.
" Awwh " Neyya meringis kesakitan. Arlend yang saat itu baru sadar jika gadis dibelakangnya terjatuh, dengan sigap membantu Neyya untuk berdiri.
" Apa kau tidak apa-apa? " tanya Arlend. ia menopang Neyya untuk duduk sejenak.
" Tidak apa-apa. aku hanya sedikit terluka saja " balas Neyya.
" Apa luka begini juga kau anggap tidak apa-apa? gadis macam apa yang mengabaikan luka ditubuhnya, " ucap Arlend yang memperhatikan kaki Neyya yang terluka. tanpa berpikir panjang, Arlend mengambil han sa plas dari sakunya dan menempelkanya ke kaki Neyya yang terluka. pun Neyya hanya terdiam memperhatikan Arlend yang sedang menempelkan hand sa plas dilututnya yang terluka. ia benar-benar tidak percaya jika Arlend juga bisa begitu perhatian pada dirinya.
" Apa aku harus terluka agar kau memperhatikanku? " tanya Neyya. Arlend hanya terdiam tak membalas pertanyaan Neyya. laki-laki dingin tersebut memang sering tidak menjawab pertanyaan Neyya yang menurutnya tidak begitu penting.
" Apa kah kau bisa berjalan? " tanya Arlend. ia memperhatikan lutut Neyya yang telah ia tempelkan Hand sa plas tadinya.
" Bisa, tenang saja " Neyya mencoba berdiri. namun beberapa langkah berjalan kakinya terasa sakit dan jalanya juga sedikit pincang.
" Bisa apanya? bisa dari mananya?. naik lah kepunggung ku " Arlend sedikit berjongkok didepan Neyya.
" Apa maksudmu? apa kau akan menggendongku?, " tanya Neyya tak percaya.
" Mau bagaimana lagi. jika aku tidak menggendongmu, maka tidak ada kemungkinan kita akan sampai dirumah. cepatlah " jelas Arlend.
" Apa tidak masalah? " tanya Neyya. ia juga sebenarnya tidak ingin merepotkan Arlend.
" Naiklah, kenapa malah bertanya " titah Arlend. Neyya dengan terpaksa mengalungkan kedua tanganya dileher Arlend.
" Pegangan yang kuat " Arlend mulai berdiri dan menggendong Neyya. pun Neyya hanya terdiam. ia benar-benar bingung, bagaimana tidak? disatu sisi Neyya senang karena Arlend peduli padanya. namun disisi lain Neyya juga tidak ingin merepotkan Arlend laki-laki yang ia cintai.
" Apa aku berat? " tanya Neyya diperjalanan.
" Tentu saja, apa yang kau makan sehingga kau berat sekali " balas Arlend. ia terus berjalan dengan menggendong Neyya.
" Benarkah? jika aku berat kau jangan menggendongku. kau sendiri yang membuat penawaran denganku " kesal Neyya. ia benar-benar tidak suka dengan ucapan Arlend yang mengatainya berat. demi apapun itu terdengar sangat memalukan bagi Neyya.
" Mau bagaimana lagi, aku tidak mungkin meninggalkanmu dijalan " ucap Arlend. Neyya hanya terdiam tak membalas lagi. disepanjang perjalanan, sudah tidak ada lagi percakapan diantara keduanya. Neyya terlihat kesal karena Arlwnd mengatainya berat. pun Arlend memang tidak suka berbicara terlalu banyak. butuh waktu beberapa menit, sampailah Arlend dirumahnya.
" Kenapa malah kerumahmu? " tanya Neyya. ia memperhatikan Arlend yang membawanya masuk.
" Istirahara saja dirumahku. nanti aku akan mengantarmu dengan mobil. kau lihat sekarang sudah gelap " jelas Arlend. ia terus menggendong Zahra menuju sofa kecil diruang tengah rumahnya.
" Arlend, Neyya kenapa? " tanya mama Teti. ia menghampiri Neyya yang saat itu dibawa Arlend ke sofa.
" Tidak apa-apa ma, Neyya tadi hanya tidak sengaja tersandung dan terjatuh dijalan, " jelas Neyya. ia tau jika mama Teti kawatir padanya.
" Apa Arlend yang menyakitimu? " tanya mama Teti. ia melihat putranya tersebut dengan penuh selidik.
" Ma, mana mungkin aku yang menolongnya dan malah aku yang lagi yang disalahkan " Arlend menurunkan Neyya disofa dengan pelan. ia membantu Neyya meletakan kaki yang terluka tersebut diatas meja didepan sofa.
" Benarkah Neyya? " tanya mama Teti.
" Benar ma, Arlend yang membantu Neyya " jelas Neyya.
" Bagaimana bisa mama tidak percaya dengan Arlend " Arlend menggeleng-geleng kepala dengan perlakuan mamanya sendiri.
" Aku hanya tidak mau menantuku kenapa-napa " Mama Teti ikut duduk disebelah Neyya sembari melihat lutut Neyya yang terluka.
" Mulai lagi " Arlend tidak suka jika mamanya menyinggung tentang menantu-menantu. ia sangat tidak suka diatur-atur masalah pernikahannya. Arlend berjalan menuju kamarnya untuk menghindari ceramah ibunya yang selalu menyinggung masalah pernikahan dan perjodohan. ia tau jika berlama-lama duduk bersama mamanya Dan juga ada Neyya maka pembicaraanya tetap masalah perjodohan.
" Nak, kau mau kemana lagi? " tanya mama Teti. ia memperhatikan punggung anak nya yang berjalan masuk kekamar.
" Mau ganti baju " balas Arlend.
" Nak, apa kaki mu sakit? " tanya mama Teti. ia memperhatikan kaki Neyya dengan kekawatiran.
" Inilah yang aku suka. calon mertua yang sangat baik dan juga calon suami yang sangat tampan hihi " ucap Neyya didalam hatinya. sungguh kebahagian bagi seorang Neyya diperhatikan mama Teti. karena mengingat ibu Neyya meninggal disaat Neyya masih kecil. itulah mengapa ia sangat menyukai mama Teti yang memperlakukan Neyya seperti putrinya sendiri.
" Tidak apa-apa ma, lagi pula ini juga kesalahan Neyya sendiri karena tidak hati-hati " balas Neyya.
" Bukan salahmu, Arlend saja yang tidak memperhatikanmu dan menjagamu dengan baik. apa perlu dibawa kerumah sakit saja Nak?, " mama Teti terus memperhatikan lutut Neyya yang terluka tersebut. ia tidak mau jika Neyya kenapa-napa.
" Tidak perlu ma, ini hanya luka kecil saja " Neyya menolaknya.
" Baiklah. apa Neyya akan bermalam disini? biar mama menyiapkan kamarnya " tanya mama Teti.
" Tidak perlu ma, Neyya akan pulang karena mengingat ada tugas kuliah Neyya yang harus diselesaikan dirumah " jelas Neyya.
" Baiklah " mama Teti mengangguk dan mengerti.
" Arlend! kenapa lama sekali. cepat antar Neyya pulang " panggil mama Teti dengan sedikit berteriak ke Arlend yang belum keluar dari kamar.
" Iya, ayo aku akan mengantarkanmu " Arlend keluar dengan memakai kaos dan celana panjang. ia berjalan kearah Neyya dan juga mama Teti.
" Ayo apanya. Neyya terluka Nak, jadi kau harus kembali menggendongnya masuk kemobil " jelas mama Teti. Arlend pun dengan terpaksa harus kembali menggendong Neyya menuju mobil.
" Neyya pulang dulu ma " pamit Neyya. ia mengalungkan kedua tanganya ke leher Arlend.
" Hati-hati sayang " ucap mama Teti. ia ikut mengantar Neyya dan Arlend sampai keluar rumah. Arlend memasukan Neyya dengan hati-hati kedalam mobil, setelah Neyya masuk ia pun masuk kemobil dan mulai mengendarainya.
'
'
'
' Readers bantu vote dan like nya ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
~Ķímhwä~
Sampai disini dulu ya Kakk Author..Nanti Kim lanjut, Semangat buat kak Author
2022-07-23
1
~Ķímhwä~
🤭🤭🤭
2022-07-23
1
Neti Jalia
mampir🤗🙏
2022-02-23
1