Part 2

Tirai malam telah digelar dan nyanyian kegelapan pun tengah didendangkan. Seorang anak manusia nan jauh di bawah kerlap-kerlip bintang dan sinar bulan purnama yang terang benderang sedang memikirkan sesuatu yang menyita waktu dan menguras pikirannya.

Ia berusaha mengambil keputusan dan membulatkan tekad akan perkara hatinya yang hanya diketahui oleh Tuhannya, Rasulnya, bulan, serta gemintang yang senantiasa menemaninya menanti hingga saat-saat yang dinantinya tiba. Tak lama lagi, waktu itu akan dijelangnya.

Tatapannya jauh sekali pada dunia di balik gemintang dan bulan dalam keadaan tandan tua itu. Adindanya yang cerewet mengembalikannya ke dunia nyata dikarenakan kehadirannya yang tiba-tiba. Zahara langsung mengambil posisi di samping Khairul, melepas rindu pada Khairul yang telah lama jauh dari jangkauannya.

"Ayo, Mas! Lagi ngapain? Lagi menghitung bintang, ya?" candanya cepat.

"Husshhh... kamu ini! Memangnya mas tidak punya kerjaan, apa?" bantah Khairul tak terima.

"Trus, Mas lagi apa? Kenapa memandangnya jauh sekali ke atas sana? Sedang mencari bidadari?" Zahara mencecar Khairul dengan pertanyaan-pertanyaan tanpa jeda.

"Percuma, Mas! Jika itu tujuan Mas, maka akan sia-sia saja. Karena bidadari itu ada di samping Mas sekarang." Zahara menjawab sendiri pertanyaannya.

"Hahaha..." tawa Zahara puas.

"Kamu ini!" balas khairul geram. Khairul mengelus-elus kepala Zahara, membuat jilbab adiknya berantakan.

"Aduh, Mas..." keluh Zahara.

"Kepala Ara, Mas! Memangnya Ara si Catty, kucing anggora Mas itu." Zahara protes.

"Mas tau kamu udah gede. Siapa sangka pula si cerewet ini sekarang udah jadi dokter. Tapi kamu tetap aja ngegemesin seperti Catty," terang khairul.

"Ya...ya...ya... Ara tahu, Mas. Kalau Ara ini cantik, manis, mungil, dan menggemaskan," cerocos Zahara membanggakan diri.

"Huuu.... PD-nya!" ejek Khairul.

Mereka diam. Khairul mengangkat wajahnya kembali ke langit malam yang indah itu. Zahara memperhatikan saudaranya lekat. Matanya berkaca-kaca, cepat-cepat disekanya ujung-ujung matanya. Menahan diri dan hatinya untuk tak mencari tahu yang sebenarnya dirasa saudaranya terkasihnya.

"Mas sedang apa disini? Lagi mikirin apa sih?" tanya Zahara serius.

"Tidak! Bukan apa-apa!" jawab Khairul enggan mengaku.

"Subhanallah, Mas! Aku ini, kan, adikmu. Kenapa disembunyikan dari dr. Zahara Dwi Septina Wahab ini? Ayolah! Katakan saja yang sebenarnya," bujuk Zahara.

"Ara tau, Mas sedang berbohong." Khairul tersenyum kecil membenarkan dugaan adiknya.

"Baiklah! Kamu benar, Ra. Memang ada sesuatu yang mas pikirkan," jawab Khairul tenang. "Apa?" tanya Zahara serius sungguh-sungguh ingin tahu. "Rahasia!" jawab Khairul singkat tanpa beban dengan wajah jahil. "Iiihh... Mas ini, buat penasaran saja," ungkap Zahara kesal lalu menepuk pundak Khairul kencang menumpahkan kekesalannya.

"Aaauu..." Khairul mengerang pedih, mengelus pundak kanannya pelan. "Ya sudahlah! Kita bahas yg lain saja." Zahara mengalah.

"Besok Mas ikut, kan?" tanya Zahara mengalihkan topik pembicaraan.

"Iya, dong, dokter Zahara Dwi Septina! Mas ingin menjadi saksi hari bersejarah kamu dan Annisa," ungkap Khairul santai lalu mengurai senyum di bibirnya.

"Ahh..." Zahara menghela napas panjang.

"Masih panjang perjalanan adikmu ini untuk menjadi seorang spesialis anak, Mas. Setelah ini masih ada internship dan PTT ( Pegawai Tidak Tetap )," sebut Zahara menceritakan beban pikirannya.

"Ara ingin liburan." Zahara mengungkapkan hajatnya. Zahara merentangkan tangannya, menghela napasnya panjang.

"Aahh....! Alhamdulillah! Lega rasanya, Mas. Bangga rasanya bisa menyelesaikan studi S1-ku ini dan lulus dengan pujian," lanjut Zahara, "Cumlaude! Cumlaud!" membanggakan diri.

"Rasanya semua jari payah Ara bersusah payah dengan dunia perkuliahan yang super ribet ini terbayar sudah. Masih terlalu dini untuk berpuas diri sebenarnya. Meskipun begitu, Ara bersyukur karena Allah memudahkan ilmu ini bagi Ara. Meskipun bukan sebaik Annisa yang berhasil menjadi lulusan terbaik, paling tidak hasilnya cukup membuat adikmu ini melayang hingga kelangit ke tujuh, Mas." cerita Zahara riang.

"Oh ya, Mas tau tidak bagaimana perasaan Ara saat terjun langsung menangani pasien saat koas? Waktu itu usai subuh, jantung Ara terus berdebar-debar tak karuan. pengalaman mengagumkan apalagi yang akan menghampiri Ara nanti? Subhanallah! Perasaan yang sangat luar biasa. Hebat, Mas! Saat gadis manis mungil usia 12 tahun yang menderita kangker usus itu mencoba tersenyum padaku..." Zahara kembali pada salah satu sejarah paling mengharukan dalam hidupnya itu.

"Subhanallah! Senyum manis yang coba diukir oleh bibir kering dan wajah pucat itu takkan terlupakan selamanya, Mas. Gadis kecil itu pasien pertama Ara di hari pertama adikmu ini koas," ucap Zahara haru dengan mata berkaca-kaca. Berikanlah tempat yang indah di sisi-Mu untuk Tami, Allah! do'a Ara dalam kalbunya.

"Ketika masih kuliah dulu, Ara banyak ngeluhnya. Menyesali diri mengapa memilih kedokteran sebagai jurusan studiku. Namun karena gadis kecil itu, Ara sadar, kalau dunia ini memanglah yang terindah untuk Ara, Mas. Subhanallah!" lanjutnya memamerkan kebahagiannya, kembali mrmuji Tuhannya.

"Untung saja ada sahabatku, Annisa. Kalau tidak, mungkin Ara masih setia berkutat dengan buku-buku tebal yang bikin pusing kepala itu, Mas.

Jangankan untuk lulus tahun ini, mungkin sekarang ini Ara masih koas atau mungkin lebih parah dari itu. Gelar Sarjanak Kedokteran saja mungkin belum.

"Zahara mengestimasi kemungkinan terburuk. "Mas tahu kan bagaimana malasnya Ara?"

"Jika sebuah materi sulit masuk ke kepalaku ini, maka Ara akan lebih memilih tidur." Zahara mengakui kebiasaan buruknya.

"Huuffftt....! Mas tau tidak, bagaimana Annisa itu memarahi Ara? Dia menceramahi Ara, bahkan lebih parah dari Umi. Dia berceloteh tak mau henti hingga Ara mengerjakan semua tugas-tugas. Dia tidak mau berhenti sebelum Ara menguasai 😱😢 dengan terpaksa😧😟 semua materi itu. Bagaimana bisa tidur?" keluh Zahara.

"Terkadang Ara merasa bahwa Ara ini cucunya. Cerewet sekali Mas!" sebut Zahara sambil geleng-geleng kepala. "Katnya, to the best and you will get the best. So perfectionist! Ya! Dia memang begitu. Kalo bisa mendapatkan 1000, kenapa menginginkan 999. Kalau ada peluang menjadi yang pertama maka jangan memilih untuk jadi yang kedua. Letakkan tujuanmu pada tingkat tertinggi. Jika memang tidak bisa menjadi yang pertama, maka berbedalah!" Zahara menirukan kalimat yang pernah disampaikan Annisa padanya. "Iiihh... ngeri!" gumam Zahara seraya menggigilkan tubuhnya seperti melihat hantu.

"Standarnya tinggi, Mas. Terkadang terkesan keras bahkan pada dirinya sendiri. Bukan, bukan!" Zahara membenarkan kalimatnya.

"Dia memang keras. Keras kepala sekali malah. Jadi, berhati-hatilah dengan wanita satu itu!" Zahara memberikan nasihat eksklusifnya.

"Jika tidak punya apa-apa, maka menyerah saja! Menurut penilaian Ara, hanya pria gila yang akan mendapat perhatiannya."

"Lantas bagaimana dengan pria-pria yang mendekatinya?" tanya Khairul serius dengan nada suara yang diusahakannya setenang angin.

Zahara memperkatikan wajah saudarinya seksama. Wajah tenang saudaranya seketika berubah begitu serius, begitu ingin tahu. Hati Zahara pedih menyadari kebenaran isi hati Khairul yang baru diketahuinya dan kini raut wajahnya menjelaskan segalanya. Zahara berusaha menguapkan pedihnya, mencoba untuk bersikap sewajarnya seolah-olah tak ada yang diketahinya.

"Kebanyakan dari mereka minder duluan, Mas. Mundur teratur saja. Jikapun ada yang berani mencoba, usaha mereka entah mengapa pupus begitu saja, patah ditengah. sementara sebagian lainnya, cinta dalam hati saja, Mas," jelas Zahara.

Zahara tertawa kecil mengingat pria-pria yang berusaha mendekati Annisa. "Lumayanlah penggemar Annisa, Mas. Tapi, tidak sebanyak penggemar Zahara. Maklumlah, Mas! Kembang kampus! Hahaha...." Zahara melepas tawanya, mengalung kepercayaan dirinya yang berlebih.

...*****...

...Author :...

...Terkesima sebentar sama Si Khairul...

...Terus habis itu malah pingsan❔❔...

...Makasih sudah baca....

...Sehat selalu buat kalian ya....

...With Love 💋 ...

...Olivia Dewi...

🌷🌷🌷

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!