Masakan yang enak

Aku hanya diam, apa yang harus aku jawab? Apa aku harus mengakui bahwa diriku sudah ditiduri oleh pria yang tidak aku kenal? Ya tuhan, sungguh berat cobaan ini.

"Aku, aku" Ucapku tergagap-gagap yang sudah dipotong oleh bibik, istri pamanku yang super jutek itu.

"Aku apa? Habis keluyuran sama laki-laki ya kamu? Gak tau diri, sudah tau numpang malah keenakan. Disini bukan tempat penampungan ya" Ucap bibik yang sudah memotong perkataan ku.

"Buk, jangan asal tuduh aja dong. Kita kan belum mendengar penjelasan Aria" Ucap paman mencoba membela diriku.

Beginilah hidupku, dimana ada aku disana ada pertengkaran antara paman dan bibiku.

"Halah, kayak gak tau aja anak jaman sekarang. Palingan dia ngeles habis jalan sama laki-laki" Ucap bibiku ketus.

"Buk"

"Paman, Aria gak apa-apa kok. Aria habis bekerja, dan semalam Aria lembur makannya Aria baru pulang sekarang" Ucapku berbohong.

Aku begitu gugup mengatakan kebohongan ini, dan ini adalah pertama kalinya bagiku berbohong kepada paman, orang yang selalu melindungi ku dan menjagaku selama ini.

"Maafkan aku paman, Aria gak bermaksud menyembunyikan semuanya. Aria begitu bingung harus dari mana mengatakan semuanya kepada paman" Batinku.

"Tuh, dengerkan buk. Aria itu wanita baik-baik, gak mungkin dia bisa seperti yang ibu tuduhkan tadi" Ucap paman lagi kepada bibik.

Bibik hanya melengos, dengan berlalu pergi dari sana.

Aku hanya diam sejak tadi, dengan kepala yang sedikit menunduk.

"Aria, masuklah dan ganti pakaianmu. Nanti kamu bisa sakit berlama-lama memakai baju basah itu" Ucap Paman, menyuruh ku untuk masuk.

"Iya paman" Balasku.

Aku masuk kedalam kamar, dengan kepala yang masih menunduk.

Aku benar-benar bingung saat ini, aku tidak pernah membayangkan hal buruk seperti ini akan terjadi.

Aku segera pergi membersihkan diri ke kamar mandi.

Dikamar mandi, air mata ini kembali mengalir, tidak kuasa rasanya aku menahan perih yang terasa di hatiku.

"Bagaimana aku bisa mengatakan semuanya kepada paman, dan bagaimana aku menjelaskan bahwa aku sudah tidak mau bekerja di hotel itu lagi. Aku begitu takut, jika pria itu menemukan aku, maka aku akan mati ditangannya" Ucapku lirih, dengan deraian air mata.

"Awwwww" Aku meringis kesakitan, kala menyadari bahwa sesuatu yang bengkak diarea bawahku.

"Kenapa rasanya begitu sakit" Aku mencoba meraba-raba nya dengan sangat hati-hati, dan benar saja rasanya begitu menyakitkan jika disentuh. Aku mengurungkan niatku untuk menggosok nya, dan kembali membersihkan area yang lainnya saja.

Aku cepat-cepat menyelesaikan mandi ku, karena bibik nampak sudah memanggil-manggil namaku.

"Aria cepat, mandi apa pingsan kamu didalam" Teriaknya.

"Iya bik, ini sudah mau selesai" Jawabku dari dalam.

Tidak berapa lama, aku pun keluar dari dalam kamar mandi yang letaknya berada dibelakang dapur.

"Kamu kenapa? Habis nangis?" Tanya bibik yang masih sibuk di dapur untuk memasak.

"Gak bik, mungkin karena kelamaan kena air hujan tadi jadi bengkak" Jawabku berbohong.

"Memangnya bisa kayak gitu" Ucapnya yang nampak tidak percaya.

"Bik, aku ke kamar dulu. Mau ganti baju" Ucapku mencoba menghindari percakapan yang membosankan bersama bibik.

Dia hanya melihatku dengan sedikit jelingan mata yang tajam, "Jangan lama-lama, masak makanan untuk nanti siang" Teriak bibik kepadaku yang sudah sedikit jauh dari dapur.

Didalam kamar, aku mengganti bajuku dengan pakaian biasa.

Ku pandang sebuah foto yang selalu aku rindukan itu, air mataku kembali meluruh, setiap kali aku mengingat kejadian itu, aku merasa tidak bisa memaafkan diriku sendiri yang sudah berdosa ini.

"Nak, jika kamu sedang sedih atau dalam keadaan tidak baik, dirikan lah sholat agar kamu merasa tenang dan mintalah pertolongan kepada Allah sang maha pencipta" Ucap ibuku, sewaktu aku masih dikampung dan hendak pergi ke kota. Itu adalah pesan yang ibuku katakan sebelum aku pergi meninggalkannya.

Aku memeluk erat foto ibuku kala mengingat pesan yang dia ucapkan kepadaku, yang terbingkai di meja riasku, "Ibu, aku merindukanmu, bagaimana aku bisa menebus segala dosaku ibu" Ucapku, dengan tangisan piluku.

Ku lepaskan bingkai foto ibu dan ku letakan kembali ke meja rias ku.

Aku ingat betul bagaimana ibu selalu mengajarkan aku tentang norma-norma agama, lalu bagaimana jika aku membuat sebuah dosa yang besar? Akankah dosa itu bisa termaafkan?.

Ku ambil air wudhu, dan aku bentangkan sajadah panjang ku, tidak lupa aku memakai mukena pemberian ibu yang selalu aku pakai untuk melaksanakan sholat.

"Ya Allah, begitu besar dosa yang telah aku perbuat. Pantaskah aku memohon ampun kepadamu ya Allah.

Diriku terlalu hina untuk memohon maaf darimu ya Allah, apa yang harus aku lakukan ya Allah? Tunjukkan lah hamba jalan terbaik ya Allah, hamba berserah diri kepada mu. Bagaimanapun takdir hamba yang telah digariskan, hamba siap mengikuti dan menjalankan sesuai syariat mu" Amin" Doaku.

Aku sedikit menghela nafas, "Ternyata yang ibu katakan benar, aku sedikit tenang setelah melaksanakan sholat" Ucapku lirih, sembari melepaskan mukena yang aku pakai.

Aku segera pergi ke dapur, sebelum bibik marah padaku.

"Kamu dari mana saja" Tanya bibik yang baru sampai ke dapur.

"A-aku habis sholat bik" Jawabku.

"Kerjakan cepat sayur itu, nanti paman mu kelaparan" Titahnya, dan berlalu pergi setelah itu.

Aku sedikit menghela nafas lega, "Ternyata bibik tidak marah padaku" Ucapku.

Aku segera memasak sayur kesukaan Paman, yaitu sayur lodeh terong campur tahu yang sudah digoreng oleh bibik tadi.

Tidak lupa juga aku membuat sambal tomat sebagai penggugah selera, dan ayam goreng.

"Sudah siap, sekarang aku hanya perlu memanggil paman dan bibik untuk makan" Ucapku dengan sedikit senyuman manis ku.

"Bik, masakannya sudah siap" Ucapku di teras depan rumah, tempat paman dan bibik bersantai.

"Iya" Jawab bibiku singkat.

"Ayo pak, kita makan dulu" Ajak bibik kepada paman.

Mereka berdua pun pergi ke meja makan yang ada di dapur. Dan menyantap makanan itu dengan lahap.

"Wah, masakan Aria sungguh tidak diragukan lagi. Masakannya selalu terasa enak dan lezat" Puji Paman kepadaku, dan aku hanya tersenyum tipis.

Aku tau, setiap kali paman memujiku, pasti akan selalu ada bibik yang terus menjelekkan aku walaupun dirinya juga menikmati makanan yang aku suguhkan.

"Gak enak juga pak, enakan masakan ibuk" Balasnya dengan masih fokus makan.

Paman nampak hanya tergeleng-geleng melihat istrinya, dia tau betul bahwa istrinya juga menikmati masakan Ku, hanya saja bibik tidak mau mengakuinya.

Setelah selesai makan, aku kembali ke dapur untuk mengemasi sisa makanan, dan mencuci piring kotor.

Setelah menyelesaikan pekerjaan ku, aku kembali kedalam kamar dengan sedikit meregangkan seluruh tubuhku.

"Tubuhku terasa sakit semua" Ucapku, sembari memijit kaki dan tanganku.

.

.

.

.

.

.

Bersambung,,,,,,,,,

Jangan lupa dukung karya saya, dengan like, komen dan vote ya.

Baca juga novel Lainnya:

-Menikahi CEO Yang Kejam

-Menikah Karena Hutang

Terpopuler

Comments

Yuen

Yuen

Pindah aja kn udh kerja, ngapaen mau aja dijadiin babu 🙄 yg kuat donk

2021-11-25

1

Mohammad Zakki

Mohammad Zakki

punya bibi kq mulutnya pedes banget hadeeeh 🤦😇

2021-11-21

0

fintavin

fintavin

lanjut

2021-08-12

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!