"Baik pak, saya mengerti" Balas ku sembari menjabat tangan kepala direktur itu dengan senyuman kebahagian yang terlukis di wajahku.
Sungguh bahagianya hari ini, sekian lama aku menunggu mendapatkan sebuah pekerjaan, kini tercapai sudah. Setelah bekerja disini, aku tidak lagi bergantung kepada paman dan bibi ku.
Setelah selesai dalam urusanku, aku dengan segera untuk pulang dan memberikan kabar bahagia ini kepada paman.
Aku pulang dengan menaiki angkutan umum. Karena jarak antara rumah paman dan juga hotel itu sedikit jauh, maka aku harus menyewa ojek atau menggunakan angkot untuk pergi ke hotel, tempat aku bekerja.
Sesampainya dirumah, aku sedikit berlari kecil dengan melambaikan tanganku kepada paman yang sedang asyik duduk dibangku depan rumah.
Ia menatapku dengan senyuman manisnya, "Ada apa, kamu sepertinya lagi bahagia" Tanya paman padaku, kala aku sudah berada didekatnya.
Aku sedikit menghela nafas, dan sedikit mengatur nafasku.
"Aku diterima bekerja paman" Ucapku dengan penuh rasa bahagia.
"Bagus dong, selamat ya akhirnya kamu mendapatkan pekerjaan" Balas paman dengan penuh kasih sayang.
"Kamu kerja dimana, palingan juga jadi pelayan" Ketus bibi yang baru keluar dengan menyuguhkan segelas kopi untuk paman.
"Buk gak boleh seperti itu, mau jadi apapun yang penting pekerjaan itu halal" Ucap paman menimpali.
"Bapak selalu saja membela anak ini, memangnya apa yang bapak harapkan dari dia" Ketus bibiku lagi.
Aku hanya diam, dengan wajah sedihku. Sepertinya bibi memang tidak pernah menyukai aku, dari caranya bicara ia selalu menyudutkan aku dan mencari-cari kesalahan ku.
"Paman aku masuk dulu ya" Pamitku pada mereka, karena tidak ingin menambah keributan, lebih baik aku meninggalkan mereka.
Aku berjalan gontai menuju kamarku, kamar kecil yang berukuran 3x3 m³. Walaupun kecil dan panas, namun aku selalu bersyukur karena masih diberikan tempat tinggal yang layak.
Ku letakan tas yang ada ditangan ku, dan ku pandangi sebuah foto kecil berukuran 5x6.
Sebuah foto ibuku yang sangat aku rindukan. Merantau di negeri orang, mengajarkan aku bahwa kebersamaan bersama keluarga adalah segalanya bagiku.
Namun apalah dayaku, aku harus bekerja demi membantu perekonomian ibuku dan membelikan obat untuknya setiap bulannya.
"Semoga ibu baik-baik saja disana" Ucapku dengan memeluk selembaran foto itu dengan erat.
Aku sedikit menyeka air mata ku, suara isakkan kian tidak tertahankan. Khawatir, itulah yang aku rasakan. Meninggalkanku ibu dalam keadaan sakit sangatlah sulit bagiku, aku hanya bisa berdoa demi kesembuhan ibu.
"Allahuakbar Allahuakbar" Suara azan ashar berkumandang.
Aku menyeka air mataku yang sempat tumpah.
Aku bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu setelah itu mengerjakan sholat Ashar.
"Ya Allah, lindungilah ibuku yang jauh disana. Hanya kepadamu lah hamba memohon perlindungan. Ya Allah, sembuhkan lah penyakit yang diderita ibu hamba, kuatkan lah bahunya untuk menerima kenyataan ini. Berikanlah kesabaran serta ketabahan kepada hamba yang lemah ini ya Allah, sesungguhnya hamba begitu merindukan ibu hamba. Semoga engkau memanjangkan umur ibu hamba, agar hamba bisa membahagiakan dirinya. Amin, amin ya rabbal alami. Rabb bana Atina fiddu ya Hasanah, wa fil Hariati Hasanah wa kina ajabannar" Doa Aria
Setelah mengerjakan sholat, Aria bergegas keluar dari kamar, pasalnya bibik sudah memanggilku sejak tadi.
Aku sedikit berlari menuju dapur, dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Kamu dari mana aja sih, dipanggil juga dari tadi. Kamu tuli ya"
Ya Allah, setiap mendengar perkataan bibik, aku selalu mengelus dadaku pelan sembari beristigfar.
"Astagfirullaha lazim, mulut pedas yang begitu menguji emosi" Batinku.
"Bengong aja disana, ini masakin semua sayuran ini. Yang enak ya, jika tidak enak awas kamu" Ucap bibik dengan penuh penekanan.
Aku hanya bisa mengangguk, "Iya bik" Balasku.
Wanita cempreng itu berlenggang pergi, meninggalkan aku sendiri di dapur dengan tugas memasak yang sudah ia berikan.
Aku langsung memasak, sebelum Maghrib tiba, aku sudah harus selesai memasak.
Setelah selesai aku menyiapkan semua makanan di atas meja makan, lalu setelah itu aku pergi ke kamar untuk membersihkan diri terlebih dahulu sebelum melaksanakan sholat Maghrib.
Keesokan harinya, aku bangun lebih awal. Segala persiapan sudah aku siapkan, bahkan sejak subuh aku sudah melaksanakan pekerjaan rumah sebelum pergi dari rumah.
Hari ini adalah hari pertama aku bekerja, aku selalu saja gugup setiap kali memikirkan pekerjaan itu. Bukan karena takut, melainkan karena ini pertama kalinya aku bekerja disebuah hotel yang besar, bahkan aku tidak pernah membayangkan akan bisa masuk bekerja di hotel ternama ini.
Karena ini adalah hari pertama, aku tidak ingin terlambat. Apalagi sampai membuat kesalahan.
Disebuah ruangan, dengan segala peralatan kebersihan yang lengkap.
Aku berdiri.
Ah, tidak. Lebih tepatnya, kami berbaris memanjang disana.
Disana ada sekitaran 5 orang yang mengikuti pelatihan sebelum benar-benar bekerja, biasa disebut sebagai work training ( Pelatihan Kerja).
Aku sudah siap dengan peralatan kebersihan yang ku bawa. Sebelum pergi, aku mendengarkan beberapa arahan dari atasan untuk mentaati beberapa peraturan serta menjelaskan bagaimana SOP (Standar Operasional Prosedur) disana.
Aku mulai menuju sebuah kamar, dengan nomor 197A-180A. Kami diberikan tugas satu orang satu kamar, jadi tidak akan ada teman yang akan di ajak bicara, dan kami hanya disuruh untuk fokus disaat bekerja.
Masa Training, kami hanya diberikan waktu istirahat satu jam, itupun hanya istirahat makan siang dan sholat, lalu setelah itu kami lanjut bekerja lagi.
Malam Harinya,
Aku kembali bekerja dengan membersihkan sebuah kamar VIP. Entah karena apa? Hanya aku sendiri karyawan Training disuruh membersihkan kamar VIP.
Biasanya, kamar VIP dibersihkan oleh karyawan yang benar-benar sudah berpengalaman.
Namun aku tidak perduli kan itu, aku kembali bekerja dan menuruti perintah, agar aku dipandang baik oleh atasan disana.
Didepan pintu kamar VIP,
Aku mulai mengeluarkan sebuah kunci kamar yang ada di saku ku.
Krekkk
Pintu kamar mulai terbuka, dan aku langsung membawa peralatan ku kedalam kamar itu.
Ku lihat tidak ada siapapun didalam sana, jadi ku putuskan untuk langsung membersihkan kamar saja.
Setelah beberapa saat aku membersihkan kamar, aku melihat sebuah minuman yang begitu menyegarkan.
Aku sedikit menelan Saliva ku, air yang begitu menyegarkan, yang tidak pernah aku minum.
Aku mendekati minuman itu yang terletak di nakas samping tempat tidur.
Ku lihat kanan kiri dan aku langsung mengambil air itu dan meminumnya. Namun baru beberapa teguk aku meminum air itu, suara pintu yang dibuka membuatku sangat terkejut.
Aku langsung meletakan air itu, dan masuk ke kamar mandi dengan membawa semua peralatan ku.
"Bereskan semua orang itu, jika perlu habisi nyawa nya. Aku tidak ingin ada penghianat diperusaan ku" Seorang pria berbicara begitu kejamnya.
"Baik tuan"
Aku menutup mulutku yang sempat ternganga karena terkejut mendengar percakapan para pria itu.
Aku sedikit mengintip keluar, nampak beberapa pria sudah pergi dari sana. Dan tinggal lah seorang pria bertubuh kekar disana.
"Ahh, aku begitu haus sekali" Pria itu langsung meminum air yang sempat aku minum tadi, tanpa memperhatikan air itu sudah berkurang.
.
.
.
.
.
.
Bersambung,,,,,,,,,
Jangan lupa dukung karya saya, dengan like, komen dan vote ya.
Baca juga novel Lainnya:
-Menikahi CEO Yang Kejam
-Menikah Karena Hutang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Siti Yatimatin
tulisan arab nya salah thor
2023-05-29
0
Suria Syahputra
Ponakan seorang perempuan sudah seperti pembantu aja, kasihaaaaan.,.
2021-11-30
1
Mohammad Zakki
nyimak
2021-11-21
1