Fano bersiap-siap untuk kuliah, ia memakai kemejanya lalu setelah itu ia melihat penampilannya di cermin ia membuat rambutnya klimis terus Fano menyisirnya ke samping setelah itu ia memakai kacamata nya tak lupa kawat gigi nya, ia benar-benar berubah menjadi sosok Fano yang lain.
Setelah itu Fano keluar dari kamar nya untuk sarapan pagi dan ternyata ada Samuel yang sedang menunggunya di sopa seperti biasa Fano mengabaikannya.
Samuel sebenarnya terpaksa pergi ke Apartemen Fano karena suruhan tante Mariska yaitu Mama nya Fano.
Samuel menghampiri Fano di meja makan sembari membawa ponselnya yang ternyata sedang menelepon Mariska.
Samuel menyodorkan ponsel itu ke telinga Fano dan yang selanjutnya terjadi kata-kata mutiara keluar dari ponsel itu. sampai-sampai Fano tersedak.
"Iya Ma iya..."ujar Fano yang sekarang sudah mengambil alih ponsel tersebut Fano melihat ke arah Samuel dengan tatapan tajam sambil menggerutu tidak jelas.
Tapi Samuel tidak peduli dia malah sedang memasak mie instan.
"Ngapain lo ngasih tahu nyokap gue.."kata Fano yang sudah selesai berbicara dengan Mariska.
"Gu-e ngggak ngomong pun nykkap lo paskti tahhu.."jawab Samuel belepotan karena mulutnya penuh dengan mie.
Fano memutar bola mata nya kesal setelah itu ia beranjak dari duduk nya mengambil tas nya.
"Ayo cepat anterin gue kuliah.."teriak Fano yang menyuruh Samuel untuk mengantar nya kuliah dan jelas saja Samuel menolaknya dan melanjutkan memakan mie nya.
"Sam..."
"Samuel..."
"OGAHHHHH...."tolak Samuel..
Brakkkk.....
Pintu Apartemen di tutup dengan keras oleh Fano. Punya sahabat tapi tidak pernah ada guna nya membuat Fano menyesal telah mengenal Samuel.
~o0o~
Mengambil jurusan komunikasi, Fano harus bisa pandai berbicara di kelas nya tapi saat ia berbicara dengan Vika ilmu komunikasi yang ia pelajari seketika lenyap.
Seperti sekarang Vika mengajak Fano untuk belajar bareng dan itu membuat Fano gugup tapi juga ini kesempatan untuk nya lebih dekat lagi dengan targetnya.
"Lo suka baca novel?"tanya Vika yang sudah selesai dengan tugas kuliahnya tapi ia berencana untuk meminjam sebuah novel di kampus ini itu sudah kebiasaan untuk nya.
"Ss-uka.."ucap Fano dengan gugup tapi yang sebenarnya ia berbohong Fano tidak pernah membaca buku selain buku kuliah ia juga tidak suka membaca tapi karena harus mendalami peran menjadi Fano yang lain ia berusaha untuk membaca buku selain buku pelajaran sekali-kali.
"Kita pinjem novel yuk..."ajak Vika yang sudah beranjak dan mulai memilih novel di rak buku .Fano pun mengikuti Vika dari arah belakang walaupun hanya melihat sampulnya saja setelah Fano mendapatkan sampul yang bagus ia mengambil novel tersebut.
Drettt drettt....
Ponsel Fano bergetar tertera itu dari Samuel.
"Mau ngapain sih si Sam kalo gue angkat sekarang nanti Vika curiga.."gumam Fano setelah itu ia mematikan panggilan dari Samuel dan langsung men-silent ponselnya.
"Udah?"tanya Fano,Vika pun mengangguk dan berjalan menuju tempat peminjaman buku begitu pun juga Fano ia mengikuti Vika dari belakang.
"Abis ini lo mau kemana?"tanya Vika. Mereka sekarang sedang berjalan di koridor kampus
"Pulang."jawab Fano
"Lo nggak pernah main gitu.."_
"Main?"Fano malah bertanya balik karena ia sedang berbohong jadi diri nya harus pura-pura tidak tahu tentang hal seperti itu tapi kalo ia adalah Fano Mahendra bermain adalah kebiasaan nya.
"Iya kayak nongkrong di kafe sama temen.."Vika menjelaskan
"Gue nggak punya temen.."lagi-lagi Fano menjadi pembohong yang ulung.
"Ya udah gimana kalo kita sekarang ke kafe.."ajak Vika
Fano yang semula berpikir tapi setelah itu mengiyakan.
~o0o~
Dan di sinilah mereka di sebuah Cafe, Cafe ini bernuansa klasik. Mereka memilih tempat dekat jendela.
Fano duduk di kursi nya sambil sesekali membenarkan letak kacamata nya, sedangkan Vika memesan makanan dan minuman yang ada di Cafe itu.
"Lo mau mesen apa?"
"Kopi aja.."jawab Fano
"Yakin.."ucap Vika dengan senyuman manis nya membuat Fano salah tingkah, Fano menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu menganggukkan kepalanya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama pesenan mereka pun sampai, Vika sibuk memakan roti yang ia pesan sedangkan Fano asik meminum kopi nya dan sesekali ia akan melirik Vika.
Vika makan seperti orang yang belum makan beberapa hari, bahkan ia tidak sadar kalo sekarang area bibirnya di penuhi oleh coklat.
Fano sebenarnya gemas dan ingin menyingkirkan noda-noda coklat itu tapi ia sadar sekarang ia sedang berperan sebagai siapa.
"Tahan Fan, tahan."batin Fano
"Khemm..."Fano tanpa sadar berdehem untuk menstabilkan otaknya. Vika yang mendengar deheman Fano menghentikan kunyahan nya lalu alis nya terangkat yang artinya 'Apa'.
Fano sembari membenarkan kacamata nya lalu berkata.
"It–u lo belepotan."Vika langsung saja mengambil tisu dan melihat dirinya di layar ponsel.
"Astaga banyak banget, kok lo baru bilang.."ujar Vika, Fano hanya bisa tersenyum canggung.
Tak lama datang sekelompok pemuda yang dateng ke cafe itu.
"Sial cafe yang biasa tutup lagi..."ucap laki-laki yang memakai ikat kepala
"Kita duduk disini aja nih cukup lah untuk delapan orang..."ujarnya
"Sam akhir-akhir ini gue nggak pernah liat si Fano.."
"Iya nih padahal besok malem ada balapan.."
Dan tanpa sadar orang yang mereka bicarakan sedang ada di dekat mereka hanya berjarak dua meja saja.
Fano yang tahu keberadaan mereka langsung mencari buku di tas nya dan berpura-pura membacanya, saat mereka melewati meja Fano dan Vika jantung Fano seakan ingin copot.
"Sial sial...kenapa mereka disini."Batin Fano
"Fan, lo kenapa?"tanya Vika yang bingung dengan tingkah Fano. Padahal kan mereka seharusnya mengobrol Fano malah asik dengan buku nya.
Fano menyembulkan kepalanya dan otomatis hanya mata nya saja yang terlihat.
"Gu–e mau ke toilet..."ucap Fano dan setelah itu langsung pergi ke toilet dan masih membawa buku di tangannya.
Fano langsung menuju toilet dan dibalik pintu toilet ia bernafas lega.
"Hufftsss untung si Samuel nggak liat gue,"Fano menyandarkan tubuhnya di pintu toilet.
"Balapan? Kenapa si Sam nggak ngasih tahu gue.." setelah itu Fano keluar sebelum itu ia membasuh wajahnya.
Tadi yang datang ke Cafe adalah teman Fano, mereka sudah berteman saat SMA tapi sampai sekarang mereka masih bersama yang kuliah di universitas Swasta hanya Fano dan Samuel dan selebihnya ada yang bekerja sebagai montir, ada juga yang kuliah di Universitas negeri.
Sedangkan Vika yang ditingal sendiri sedang di goda oleh salah satu teman Fano.
"Yaudah deh kalo gitu gue minta nomer ponsel lo aja?"pinta Beno, dia adalah satu-satunya teman Fano yang playboy kelakuannya suka sekali gonta-ganti cewek.
Vika terlihat risih ia tidak menanggapi Beno yang sedari tadi terus menggodanya.
"Udahlah Ben.."datang Samuel yang menarik Beno untuk kembali ke tempatnya.
"Tapi Sam..."Beno seperti tidak rela ia berusaha menahan tarika Sam.
"Sorry yah temen gue belum minum obat..."ucap Samuel sembari membawa Beno ke meja mereka.
Ting.......
**TBC**.
Sorry typo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments