Pagi subuh sehabis menjalankan saat teduh pribadinya, berdua Rommel Keke menyusuri pasar Jengki dekat pelabuhan Manado di kota tua, pasar tradisional terbesar di kota ini. Aktivitas rutin ini dilakoni setiap tiga hari sekali, belanja stok bumbu dan bahan makanan. Untuk sayuran mentah daging serta ikan dia sudah punya pemasok tetap yang mengantarkan ke rumah seminggu tiga kali.
Di pasar pun dia sudah punya langganan penjual yang menyiapkan bumbu yang sudah bersih seperti bawang merah-bawang putih serta cabe yang jika membersihkan sendiri membuang banyak waktu, sementara dia hanya punya tiga karyawan untuk menyiapkan 60 rantang makanan lengkap setiap harinya. Keke harus pandai-pandai mengatur waktu dan kerja yang efisien, agar tidak keteteran, mengusahakan semua makanan siap sebelum jam sebelas siang.
Untungnya Rommel sangat-sangat membantu, adik cowok semata wayang itu menjadi tangan kanannya. Jadinya mereka ada lima yang bekerja setiap hari dengan tugas masing-masing. Sebetulnya Keke menginginkan Rommel kuliah secara reguler di salah satu Universitas di kota ini selepas SMA setahun yang lalu, tapi adiknya menolak, dan memilih jalur kuliah di Universitas Terbuka supaya punya banyak waktu membantu Keke, begitu alasannya. Adik ganteng tersayang yang begitu pengertian. Dengan selisih usia yang cukup jauh, tujuh tahun, bagi Rommel Keke seperti mama untuknya, dia lebih dekat dengan Keke dari pada dengan mama Virda.
"Ety... pesanan saya sudah siap..."
"Eh... Keke... sudah say... tapi naik seribu sekilo kali ini..."
"Aduuh Ety... kenapa naik terus sih..."
"Tanya pak mentri kenapa naik say... jangan tanya padaku, 🎶 aku hanya orang tak punya..."
Penjual barito itu menyanyi saat menjawab Keke, sambil menyiapkan bahan belanjaan Keke.
"Suara kamu bagus kenapa jadi penjual barito..."
"Sama say... Keke itu cewek cantik, body aduhai, kulit putih bersih kenapa jadi tukang katering... 🎶 mengapa oh mengapa nasibku begini..."
"Ya ampun Ety..."
"Oh iya Keke, hari minggu nanti aku mau nikah, aku undang khusus ya... harus datang, 🎶 customer setiaku..."
"Kamu nikah lagi?"
Keke selalu terusik di kedalaman jiwanya jika bahas nikah lagi cerai lagi.
"Eh... bukan say... 🎶 Tulang rusuk yang aku nantikan, kini ku dapat mendampingimu... Ety gak nikah lagi say, suami Ety tetap Bombom tersayang... Pakgem Ety kasih nasihat jangan Samen Leven terus supaya hidup rumah tangga diberkati Tuhan. Malu juga kan sama anak-anak Ety sudah pada gede. Jadi sabtu Ety sama Bombom mau ikut Nikah Masal di kantor Capil, hari minggu Pemberkatan sama Resepsi, gitu say. 🎶 Kita berdua menjadi satu, dalam kasihNya menjadi satu..."
"Baik Ety. Rumah kamu di mana..."
"Nanti Ety share location, okay..."
"Idiiih... sok keren deh share location..."
Rommel yang tadi diam sambil menyusun beberapa kantong plastik bahan yang dari Ety nyeletuk.
"Eh... cogan... Ety gak kudet kali biarpun cuma penjual barito..."
"Hahaha... semoga tante Ety bahagia selalu sama om Bombom..."
"Iya makasih cogan... 🎶 cowok ganteng kekasih hatiku..."
"Dimarahin om Bombom loh, tante Ety punya cowok ganteng lain..."
"Om Bombom dong cogan di hati tante. Hehehe. Keke... Ety minta tolong boleh, anggap aja bonus buat Ety..."
"Apa... kalau saya bisa ya..."
"Ety mau pesan salad buah seperti yang Keke posting... Ety lihat kemaren di wallnya Keke... tapi buat Ety didiskon ya..."
"Hari minggu?"
"Iya... seratus cup aja... sesuai budget, hehehe..."
"Sebenernya saya minggu libur Ety, tapi buat Ety tak apa... baik. Tapi harga tetep gak diskon nanti saya kasih bonus 10 cup..."
"Wah... makasih banyak kalau gitu... Ini baritonya Keke cantik manis baik hatinya... hari minggu jangan lupa ya say..."
"Ety, pembayarannya saya potong langsung ya, ini sudah hari kamis kan setelah ini saya tidak datang pasar lagi... Saladnya saya antarkan hari minggu sekalian hadir resepsinya ya..."
"Boleh... boleh. Hitung aja Keke..."
Kalkulator di kepala langsung jalan, lagi pula dia punya prinsip ada uang ada barang, dia tidak mau berhutang dan dihutangi. Kapok dulu pernah berhutang pada tante Ros temannya mama awal-awal dia merintis usahanya, terlambat memang dia membayar dan rasa malu hutangnya diobral tante Ros sangat membekas. Cukup hutangnya di bank sama finance aja sekarang, jelas aturannya. Makanya dia juga tidak mau dihutangi, karena saat seseorang meminjam uang dia pasti gerak cepat giliran mengembalikan lambat dan bahkan suka dilupakan.
Itu juga mengapa usahanya bisa terus berkembang, si tukang katering sangat cermat kalau menghitung untung rugi, tidak pernah melayani jika pelanggannya coba-coba ngeles soal pembayaran. Jika ada yang tidak membayar sesuai tanggal maka layanan dihentikan. Tapi Keke mengimbangi dengan menjaga cita rasa dan kebersihan makanannya serta mengusahakan ketepatan waktu pengantaran. Dan sejauh ini dia bisa menjalankan usahanya minim complain dari pelanggan.
"Nah... ini Ety, kamu hitung lagi uangnya. Sudah saya potong dengan harga 100 cup salad..."
"Oke... oke. makaseh, Keke. Opo... Opo sayang... ini angkat akang jo (diangkat aja) bahannya Keke cantik..."
Ety teriak ke arah Opo, buruh angkat langganan Keke.
"Siap ci Ety... Oto diparkir di mana ko' Rommel..."
"Pas di pintu masuk Opo..."
"Oke oke ko'... tunggu di oto jo (di mobil aja)..."
Opo kemudian memuat di gerobaknya semua belanjaan Keke.
'"Ada 3 dus bahan di kios om Petu, mampir sana dulu..."
"Notanya?"
"Nanti bareng Rommel... Ety, makasih ya..."
"Iya Keke..."
"Ayo cepetan, Mel... Kasihan kalau Livia terlambat lagi, kemaren kakak dapat wa peringatan dari wali kelasnya..."
"Tante Wisye udah nyampe belum ya... Via terlambat pas kita ke pasar aja... karena si Dede gak mau ditinggal pas dia bangun, maunya minum susu di tempat tidur..."
"Kemaren udah kakak bilang sih datang lebih pagi hari ini karena kita mau ke pasar..."
"Telpon tante Wisye deh, sekarang tante banyak lupa loh..."
"Hp kakak di mobil..."
"Kakak ke mobil aja kalau gitu, telpon tante Wisyenya... ini kuncinya."
"Oke, buruan ya, Mel..."
Teriak Keke sambil berlari kecil ke gerbang pasar, tempat mobil mereka diparkir.
"Iya... iya... Opo sini saya bantu dorong, biar lebih cepet..."
"Oh iyo ko'... memang lumayan berat ini, belanjaannya lebih banyak ya dari biasanya..."
"Eh... gak tahu ya... biasa aja sih, ini kan yang memang rutin dibeli..."
"Ada beras gak?"
"Kali ini gak ada, di rumah masih ada stok..."
Di mobil...
📱
"Via... tante Wisye sudah dateng?"
"Belum mami Keke..."
"Waduh... tante Wis pasti lupa lagi deh, nanti mami Keke telpon tante biar ada yang temenin Dede supaya Via bisa sia-siap ke sekolah..."
"Via udah siap ke sekolah kok, tinggal tunggu om Rommel anterin..."
"Oh... baguslah... Dede udah bangun?"
"Udah... lagi mimi susu di tempat tidur..."
"Di bawa ke kamar mandi ya setelah susu habis, suruh pipis..."
"Udah, waktu Dede bangun Via bawa ke kamar mandi dulu baru Via buatin susu... tadi Via bangun cepet mami, Via langsung mandi biar gak terlambat lagi, Via malu dimarahin Mem Thika..."
"Iya Via... syukurlah Via pintar sekarang... Via udah ngerti. Tunggu sebentar ya... udah selesai belanja kok, bentar lagi mami Keke pulang."
"Iya mami Keke..."
Keke seperti seorang ibu bagi tiga orang anak, dan dia telah terbiasa dengan peran itu, tidak lagi mengeluh pada mama Virda atau komplain pada kakaknya Bonita. Bahkan saat kakaknya memperpanjang kontrak kerjanya di Singapura untuk dua tahun lagi dia tidak mempermasalahkan itu, toch dia sudah terbiasa mengurus anak-anak. Malahan si kecil Lisya tidak mengerti bahwa Bonita itulah mama kandungnya.
.
.
✴
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Putri Minwa
semangat terus ya thor.
2023-02-12
0
Putri Minwa
😊😊😊
2023-02-10
0
Emi Yuliana
bagus ceritanya.... semangat..
tp heran cerita gini dkit like nya klu yg gak msuk akal bnya drama" Ko banya yg baca..
2021-09-24
1