Keke menarik kursi di depannya, meletakkan di sana kedua kakinya yang pegal karena sejak pagi dia tidak pernah duduk. Keke hendak makan siang yang selalu terlambat karena menuntaskan dulu pekerjaannya.
"Keke, tante Wisye pulang ya..."
"Iya tante, jangan lupa ya besok lebih pagi, Keke mau ke pasar stok bumbu sudah habis..."
"Iya Keke... tante sudah catat sih apa aja yang perlu dibeli, catatannya tante tempel di kulkas..."
"Jangan lupa makanan untuk orang rumah, kemarin tante lupa bawa loh..."
"Iya... iya... tante jadi pelupa sekarang..."
"Titin sama Tole sudah pulang, tan?"
"Sudah... tante pamit ya..."
Renske Eunike Supit, seorang gadis 25 tahun, pernah tinggal di Jakarta dari umur 5 tahun sampai 18 tahun bersama orang tua angkatnya. Saat itu dia hidup nyaman dan sangat berkecukupan bersama mereka. Kedua kakak angkatnya lelaki, tak heran jika dia menerima limpahan kasih sayang dari mami Vosye dan papi Reinhart. Mami Vosye merupakan kakak kandung mamanya, karena hubungan keluarga yang dekat itulah mengapa dia diadopsi, di samping mami papi memang menginginkan anak perempuan.
Keke dipaksa menghadapi kenyataan pahit saat suatu sore dia pulang sekolah, di rumah hanya ada asisten rumah tangga yang tinggal di kamar belakang terpisah di bagian luar rumah, akses hanya dari garasi. Dia hampir dirusak kakak keduanya, Marlon, yang punya temperamen buruk dan suka minum minuman keras.
Di saat paling kritis saat tubuhnya melemah karena tenaganya hampir habis melawan tindakan bejat si kakak angkat yang juga sepupunya, papi pulang rumah dan langsung shock. Papi menarik tubuh Marlon dari Keke dan memberi tamparan keras pada anaknya, setelahnya papi ambruk seketika karena serangan jantung. Papi tidak tertolong.
Mami ikut shock dan tertekan, akhirnya menyusul sang papi tepat di hari ke-empat puluh, di saat yang sama Marlon masuk penjara dengan hukuman maksimal karena tertangkap tangan sebagai pemasok obat haram. Sementara kakak tertua, Dinand ikut hancur, depresi karena sekejab saja semua berubah. Keke tidak mungkin bergantung pada Dinand, mama Virda yang ikut menghadiri pemakaman kakaknya membawa Keke pulang. Dan di sinilah Keke sekarang, di kota asalnya, Manado.
Rommel masuk ruangan membawa beberapa rantang susun kosong.
"Mel... makan dulu..."
"Udah kak... udah makan tadi. Kak, bu Mitha besok gak ada di rumah katanya, jadi rantangnya minta dipindah hari minggu."
"Kamu gak bilang minggu kita libur?"
"Udah kak, bu Mitha bilang kalau didobel di hari biasa mubazir gak habis sayang katanya kalau buang makanan..."
"Gimana sih... kita aja minggu gak masak, kita beli makanan..."
"Lebihkan aja lauknya di hari sabtu, kak Keke tinggal masak sayur hari minggunya..."
"Tapi kak Keke malas kerja kalau hari minggu Mel... itu doang hari istirahat kak Keke..."
"Aku yang masak deh... cuma nasi sama sayur aku bisa..."
"Iya... lain kali jangan ditanggepin, udah ada perjanjiannya kan sebelum mulai berlangganan di kita. Kalau pelanggan lain tahu nanti pada ikutan, kita gak punya hari istirahat jadinya. Tegasin ke ibu Mitha ya... hanya sekali ini aja. Gak ada juga porsi dobel di hari lain, perjanjiannya rantangnya setiap hari... jangan dirubah, kalau 60 pelanggan kita begitu semua repot kita..."
"Iya kak, sorry ya gara-gara aku suka gak enak sih. Lain kali gak lagi. Aku turunin rantang dulu dari mobil..."
Selesai makan saatnya untuk membersihkan diri sendiri. Keke melangkah ke pintu belakang yang menjadi penghubung dengan rumah tinggal mereka.
Dengan sertipikat rumah sebagai jaminan, Keke meminjam uang di bank dan dipakai merenovasi rumah mama Virda, harta gono-gini dengan papa kandung Keke. Bagian depan rumah lama yaitu sebuah kamar dan ruang tamu serta teras dibongkar, ditambah halaman depan rumah dibangun semacam ruko dua lantai, walaupun lantai atas belum selesai.
Bangunan ruko dia partisi menjadi dua, sisi belakang dibuatkan dapur yang lumayan representatif untuk kemudahan persiapan dan proses memasak usaha kateringnya. Bagian depan digunakan untuk jualan beberapa makanan dan minuman ringan, juga gerai penjualan pulsa milik Rommel. Counter pulsa, dua lemari display untuk makanan, dan dua lemari pendingin minuman diletakkan di sana.
Sedangkan di belakang ruko masih ada sisa bangunan rumah lama terdiri dari dua kamar dan satu ruangan multi fungsi tempat nonton, tempat makan juga dan kadang-kadang jadi tempat tidur kalau mama Virda bermasalah dengan suaminya dan pulang ke sini.
Dua tahun pertama di sini, Keke hidup penuh kekurangan bersama mama Virda, Rommel, kakaknya Bonita. Tiga kakak-adik masing-masing beda papa. Bonita sudah menikah, punya seorang anak, sementara suaminya tidak bekerja. Hal yang tidak bisa dia banggakan dari sang mama, beberapa kali kawin cerai.
Sekarang mama bersama suami keempatnya yang menolak anak-anak ikut mereka. Setelah punya dua anak Bonita pisah dari suaminya. Saat jadi TKW dua tahun silam, Keke terpaksa menjaga dua keponakannya.
Untuk saat ini hidup sudah membaik bagi dirinya, adik lelakinya serta dua ponakannya. Usaha kerasnya selama lima tahun ini mulai bisa dinikmati, pendapatannya bisa meng-cover gaji 3 orang, membayar cicilan di bank dan cicilan mobil pick up, serta biaya hidup setiap hari. Belum ditambah kiriman kakaknya untuk biaya hidup dua ponakannya. Boleh dikata penghasilan sudah cukup stabil bahkan dia bisa saving juga setiap bulannya.
"Mami Thethe (Keke)... "
Suara serak ponakan terkecilnya yang baru 3 tahun menyapa saat dia masuk kamar.
"Dede udah bangun ya..."
"Yica (Lisya) mau pipic..."
"Ayo... cepat..."
Keke mengangkat tubuh gembul keponakannya dan membawa ke kamar mandi yang ada di luar dekat dapur.
"Dede nonton tv ya... mami Keke mau mandi.."
"Mau Tayo..."
Si gembul Lisya turun dan duduk di lantai depan tv di ruangan multi fungsi berukuran 4 x 3 itu. Keke menghidupkan tv dan mencari channel anak.
"Mel... kalau udah selesai temani Lisya ya... kakak mau mandi..."
Keke teriak ke arah dapur.
"Iya kak... sebentar lagi..."
Keke duduk di sofa sejenak mendampingi Lisya menunggu Rommel selesai. Tak lama Rommel masuk ruangan itu dan duduk di lantai di samping Lisya.
"Udah kak... "
"Oke..."
Keke masuk ke kamar mengambil baju kemudian menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuh
"Momemel (om Rommel), Yica mau Tayo..."
Lisya merengek dengan suara cadelnya ke Rommel saat melihat channel yang dipilihkan Keke bukan film kartun kesukaannya.
"Belum ada Yica... nanti sore itu, masih lama... yang itu aja ya... itu juga mobil kok kayak Tayo..."
"Butan (bukan) Tayo, Yica mau Tayo..."
"Ini... nonton di hp aja kalau gitu..."
Rommel merogoh kantong celananya mengambil ponselnya dan mencari apa yang diinginkan ponakannya.
"Yec yec (yes yes)... Yica ton ton Tayo..."
Teringat sesuatu Rommel teriak...
"Kak... jangan lama-lama, bentar lagi mau jemput Livia pulang sekolah..."
"Iya... iya..."
Keke menyahut dari kamar mandi.
Selesai mandi...
"Udah bisa jemput Livia sekarang, Mel. Sekalian mampir beli beras ya di toko Harapan. Satu karung aja... nanti minggu depan kita sudah mulai langganan lagi dengan ko Berty."
"Beras dianterin kan sama ko Berty?"
"Iya... Udah cepetan sana, uangnya di lemari... jangan lupa notanya..."
"Ok kak..."
"Dede... minum susu sekarang ya, sambil nonton, tadi Dede gak minum susu udah keburu bobo..."
"Iya. Yica mau matan (makan) tati boyeh?"
"Iya nanti malam mami Keke masak ayam goreng kentucky..."
"Butan... mau tati mol (mall)..."
"Mel... kapan terakhir Dede makan KF C ya?"
"Udah lama kak... sebulan lalu kayaknya..."
"Oh berarti boleh makan sekarang, sekalian beliin KF C deh buat Dede sama Livia..."
"Iya, kak... pergi dulu ya... pintu ruko udah aku buka kak, tolong dijagain dulu counternya..."
"Iya...
.
Seperti itulah rutinitas harian gadis dengan bentuk wajah asli Manado itu: mata agak sipit, pipi yang chubby, hidung standar tidak mancung tidak pesek, bibir sedikit bervolume dan alis yang tipis tapi bergaris sempurna. Jika diperhatikan parasnya cukup manis sebenarnya apalagi jika tersenyum, ada lesung pipit yang akan terbentuk.
Apa sudah punya pacar? Belum... masih sendiri bahkan belum pernah pacaran dan juga tidak tertarik justru takut menjalin hubungan khusus dengan pria. Luka masa lalu belum sepenuhnya menghilang, ditambah mama yang selalu membawa cerita pahit tentang suami dan mantan suaminya, bahkan sosok papa yang tidak peduli padanya, membuat Keke tak percaya adanya cinta lelaki yang tulus.
Keke membiarkan rumors tentang dirinya yang sudah janda beranak dua diceraikan suaminya. Itu menolong dirinya untuk menutup diri. Ada beberapa yang mendekati, saat tahu dia punya dua anak langsung mundur teratur, terlebih karena Keke bersikap dingin dan tak ingin disentuh. Dia juga enggan berdandan menghindari perhatian pria padanya.
Keke merasa puas dengan dirinya sekarang, tidak ingin seperti mama Virda yang begitu tergantung pada pria, dia ingin menjadi perempuan mandiri yang bisa hidup tanpa pria.
.
.
Hi... salam kenal dari Keke, semoga bisa menikmati kisahnya...
.
✴
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Henrita Henrita
sy mengikuti author karena ceritanya seputaran org Manado. ah...jd kangen Brill, kebetulan anakku msh kuliah di Tondano. ceritanya ringan, seru bab per bab tdk ada yg terlewat.
2023-09-23
1
Putri Minwa
apakah benar tuh gadis Manado cantik-cantik
2023-02-10
0
dite
gadis2 manado biasanya cantik2 putih2
dlu dosenku PAK pendeta anak manado, cantiiikkkk banget bgt..
2021-09-22
1