*Minggu*
Hari minggu ini sesuai rencana, aku akan pergi dengan FanFan. Suhu cukup dingin, jadi aku pake baju yang cukup tebal. Udara diluar dingin sekali, tidak seperti kemarin, sepertinya akan turun salju hari ini. Aku menelpon FanFan untuk bertanya apakah dia sudah siap atau belum.
Aku, "FanFan, aku udah siap nih, kau dimana? udah siap belum?"
"Aku udah di depan rumahmu, cepatlah turun. Kau lama sekali, dingin tau!" Gerutu FanFan di telpon.
Aku pun turun dari kamarku, aku berpamitan pada ayah dan ibu yang sedang asyik mengobrol, "Ma, pa, aku pergi sama FanFan dulu yah. Bye bye."
"Kau ada kencan dengan FanFan yah? kenapa kau selalu keluar bersamanya? Apa kau tak bosan menempel terus padanya seperti lintah? hah?" Ujar Ibuku.
Tidak di kampus, tidak di rumah, tidak Jing, tidak ibuku, semuanya memanggilku dengan sebutan "lintah" karena aku selalu bersama dengan FanFan.
"Ma, mana mungkin? aku dan FanFan itu best friend forever tau, jadi nggak mungkin lah. Aku pergi ya, bye bye." ujarku sambil berjalan keluar pintu rumah.
"Kalau sama FanFan pun nggak apa-apa kok, mama suka, dia pintar dan sopan. Eh Xiao Xi, pakai jaketmu, udara diluar dingin!" teriak ibuku.
Di luar aku tidak melihat FanFan. Aku pikir dia menipuku lagi, aku hanya melihat mobil ayahnya terparkir di luar pagar rumahku. Tapi ketika hendak menelponnya, seseorang tiba-tiba memanggilku.
"Eeh, apa yang kau lakukan? Ayo cepat masuk, apa kau akan berdiri di sana sampai besok?" teriak FanFan dari dalam mobil berwarna putih.
"Wah! apa kau mempersiapkan ini untukku? Kau memang terbaik FanFan." Ujarku sambil menepuk pundaknya.
"Jangan mimpi, ayahku menyuruhku membawa mobil ini karena udara sangat dingin, dia takut putra tampannya ini sakit." ujarnya dengan bangga.
Ayah dan Ibu FanFan memang sangat baik, mereka sangat sayang pada Yang gē dan FanFan. Begitu pula padaku , mereka bahkan pernah membelikanku kado di hari ulang tahunku. Mereka juga membelikanku gaun di hari kelulusanku.
"Paman memang baik. Eh ayo berangkat." kataku.
"eh, sabuk pengamanmu." ujar FanFan.
"Ah iya, ok udah. Let's go!"
"Let's go." Teriak FanFan.
*/
*Shanghai Mall*
Kami pergi ke mall besar di ShangHai, hari ini udara memang cukup dingin. Tapi salju belum turun, aku sungguh menantikan salju turun.
Kami berkeliling ke beberapa toko di mall, aku sibuk mencoba gaun dan sepatu baru, sementra FanFan sibuk bermain game di ponselnya. Hari ini kami free, tidak ada praktik lapangan, tugas dan laporan juga sudah selesai, jadi bisa santai.
Jarang sekali kami bisa free seperti ini, biasanya kami hanya bolak balik kampus, lab, rumah, atau rumah sakit untuk praktik lapangan. Mungkin karena ini menjelang tahun baru.
Aku mencoba beberapa gaun dan menanyakan pendapat FanFan, "Eeh FanFan, gimana? cocok nggak?"
"Cocok." Katanya.
"Yang ini?" tanyaku lagi.
"Cantik juga." katanya lagi.
"Yang merah atau yang Navy? bagusan mana?" tanyaku untuk kesekian kalinya.
Dan untuk kesekian kalinya juga FanFan bilang, "bagus semua, cocok kok."
Dan jawaban FanFan itu membuatku jengkel. Aku sengaja mengajaknya untuk meminta pendapat, eh dia malah asyik bermain game di ponselnya.
"Eh, kau dari tadi bilang ini cantik, itu cantik. Sebenarnya yang mana sih yang cocok untukku?" ketusku ke FanFan.
Seketika FanFan berdiri dan berkata, "semuanya cantik, kau terlihat cantik memakai semua gaun itu."
Sontak hal itu membuat pelayan toko tersenyum. Aku hanya bisa tertawa dan mencubit FanFan. FanFan sendiri berteriak kesakitan saat ku cubit.
"Apa kau gila?" bisikku ke FanFan sambil mencubitnya.
" Hah? Kau kan menanyakan pendapatku, jadi aku jawab. Gimana sih? aku jadi serba salah." katanya.
Aku hanya bisa menghela nafas mendengar jawaban FanFan itu. Hingga akhirnya aku selesai memilih baju dan sepatu. Setelah membayar tagihan, kami pun keluar dari toko itu. FanFan yang sedari tadi menggerutu dan terlihat bosan aku ajak ke games center, area bermain di mall. Aku pikir laki-laki akan suka ini. Dan benar saja, FanFan langsung bahagia, "Kau serius mengajakku bermain? Dari tadi dong! ayo main."
FanFan yang sedari tadi manyun nggak jelas akhirnya tersenyum ceria. Seperti anak kecil mau bermain dengan ibunya, dia menarik tanganku dan berlari menuju game center. Ini bukan pertama kalinya dia menarik tanganku, tapi entah kenapa aku merasakan hal lain.
"Ah, kenapa hatiku begini? eh aku kenapa? sadarlah Xiao Xi dia FanFan, sahabatmu dari kecil." gumamku dalam hati sambil berlari ke game center bersama FanFan.
"Ah, perasaan tadi mungkin karena aku terlalu lelah belanja. Hahhaha dan itu membuat detak jantungku meningkat. Aku terlalu bersemangat belanja. " gumamku lagi sambil menggeleng-gelengkan kepala, hingga tak sadar FanFan memanggilku.
"Eh! ayo kita main." Ujarnya.
Kami bermain di game center, kami main game tembak-tembakan kesukaan FanFan, capit boneka, bahkan FanFan memenangkan boneka singa untukku. Rasanya sudah lama aku melihat FanFan rileks seperti ini. Semenjak kuliah di jurusan yang dianggap susah oleh kebanyakan orang, kami sibuk sekali dan jarang bermain. Tugas dan praktik tak ada hentinya.
Setelah puas bermain game, kami merasa lapar dan memutuskan pergi ke restoran untuk makan. Kami pergi ke sebuah restoran China bergaya klasik.
*Di dalam restoran*
Belum sempat kami memesan makanan, aku melihat seseorang yang akan membawa wabah. Di restoran, kami tak sengaja bertemu dengan sosok perempuan familiar. Perempuan itu datang dan berjalan ke arah kami.
"FanFan, kau FanFan kan?" Sapa perempuan berambut panjang itu dengan senyum lebar sambil menepuk pundak FanFan.
"Bukankah dia Li Yu? dia mantan pacar FanFan. Perempuan bermata besar, hidung mancung, dan anggun. Bagaimana bisa dia tidak menua? apa dia oplas? Eh ngapain perempuan ular ini tiba-tiba muncul?" kataku dalam hati.
FanFan sendiri yang melihatnya hanya bisa diam membatu. Bagaimana tidak? dia orang yang sangat disukai FanFan ketika SMA, tapi Li Yu meninggalkan FanFan tanpa pamit dan hilang tanpa kabar. Dan sejak itu mereka putus hubungan. Tentu saja hal itu membuat FanFan kecewa.
"FanFan, bagaimana kabarmu? sudah lama ya? eh bukankah kau Crystal ,teman FanFan. Jadi kau masih bersama FanFan ya? kau benar benar seperti Lintah, hahhaa." katanya.
"Lintah" sudah 2 kali aku mendengarkan kata itu hari ini. Kalau di total sudah ada 10 orang yang mengataiku "lintah" selama sepekan ini. Li Yu berbicara seolah-olah aku dekat dengannya. Nada bicaranya humor sekali tapi kenapa rasanya menusuk sekali?
"Hahaha iya." sapaku dengan nada canggung.
FanFan masih saja terdiam sambil menatap Li Yu, lalu seketika dia bicara, "Kau tak berhak menyebut Crystal Lintah."
FanFan lalu menarikku dan mengajakku keluar dari restoran itu. Aku diam, tanpa banyak tanya aku mengikutinya. Aku sudah tau suasana hati sahabatku ini, moodnya yang tadi bagus, langsung berubah kelam.
*Di dalam mobil*
FanFan masih saja diam, di mobil terasa seperti di kuburan. Tidak ada suara, aku juga tak berani bertanya apa-apa padanya.
"Gimana caranya aku membuat mood FanFan kembali?" ujarku dalam hati.
Aku pun berusaha membuat FanFan lupa kejadian tadi, "FanFan, apa kau tak lapar? tadi kan kita belum sempat makan, aku lapar nih."
"Ah maafkan aku. Kau pasti lapar ya? kita makan dimana?" respon FanFan padaku.
"Bagaimana kalau kita makan Cake di Cherry Pepsi." kataku.
Aku pun merekomendasikan pet cafe ke FanFan, karena aku tau dia suka hewan. Apalagi kucing, dia bahkan pernah mengatakan kucing itu adalah wujudnya di dunia hewan. Menurut penelitian, kucing juga katanya bisa menghilangkan stres, jadi aku bawa dia kesana.
"Semoga saja dia suka, hehhe" kataku sambil senyum senyum sendiri.
"Eh, kau kenapa? kau sudah gila ya?" candanya.
Di saat-saat seperti ini aku tau dia masih bad mood, tapi dialah FanFan mood maker yang selalu bisa membuatku tertawa.
****
Jangan Lupa Rate star 5 ☆☆☆☆☆
Like dan Komen Juga
Mohon dukungannya 🥰
XìeXìe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Dsy_iiiii
udah kaya prengako thor bukan lintah hehe
2020-08-09
2
zndy_
xiaoxi ada hati nih sama fanfan heheheh
2020-08-02
0
Sept September
jempol
2020-07-28
0