Sabtu Pagi
Hari ini hari Sabtu, hari ini aku tak ada jadwal kuliah atau tugas praktik. Tapi aku bangun lebih awal. Rencananya aku mau pergi jogging, suhu tidak begitu dingin, jadi aku berencana olahraga diluar.
"Ma, aku keluar dulu yah, bye bye."
Setelah berpamitan, aku pergi menjemput FanFan. Aku tidak ada janji sih sama dia, hanya saja aku akan merasa bosan kalau harus jogging sendiri.
Aku mengetuk pintu rumahnya, tak lama berselang perempuan paruh baya yang cantik muncul dari balik pintu dengan senyuman keibuan di wajahnya.
"Selamat pagi bibi." sapaku pada ibu FanFan.
Ibu FanFan ramah, hanya saja sedikit cerewet, mungkin karena dia tidak punya anak perempuan, dia begitu perhatian kepadaku.
Ibu FanFan memelukku seolah-olah sudah setahun aku tak kerumahnya, padahal baru 3 hari yang lalu aku mengantarkan makanan untuknya. Aku kemudian masuk dan menyapa ayah FanFan yang sedang membaca koran.
" Apa kabar paman?"
"Ah Xiao Xi, ayo sini duduk dan minum teh. Apa kau mencari FanFan?" tanya paman Liu.
Paman Liu juga sangat baik, sama seperti ibu FanFan, dia juga memperlakukanku seperti putrinya. Di keluarga FanFan tidak ada anak perempuan. Itulah kenapa ibu FanFan sering bercerita padaku kalau dia sangat kesepian.
"Iya, aku akan mengajaknya Jogging paman" kataku.
Paman Liu menyuruhku naik ke lantai 2 rumahnya untuk memanggil FanFan. Aku berjalan menaiki tangga, rumah FanFan tak jauh berbeda dari rumahku, dindingnya di penuhi foto masa kecil FanFan dan Yang gē. Sebelum masuk ke kamar FanFan, langkah kakiku terhenti karena melihat foto tua yang terpajang di rak buku. Sejenak aku melihat foto-foto yang terpajang di lantai 2 rumah FanFan itu.
"Bukankah ini aku dan FanFan saat kami masih TK? rupanya fotonya masih ada yah? Dan ini Yang gē, dia imut sekali di foto ini." kataku.
Aku mengetuk pintu kamar FanFan, tapi tak ada suara. Lalu aku masuk dan melihat FanFan masih molor di atas tempat tidurnya.
"Hey, ayo bangun! ayo kita jogging. Dasar pemalas." Aku membangunkan FanFan sambil menarik selimutnya.
FanFan, "Eh hentikan, berhenti menarik selimutku, atau kau akan menyesal."
Apa yang bisa aku sesali? begitu pikirku. FanFan pasti hanya berusaha menghindari ajakanku. Aku menarik selimut FanFan dengan kuat dan melihat sesuatu yang seharusnya tidak aku lihat.
"kenapa kau tidak pakai baju?" teriakku.
"Ini kan kamarku, untuk apa aku harus pakai baju?" jawabnya.
FanFan yang santai, menarik kembali selimutnya. Sementara aku yang malu berjalan keluar dari kamarnya. Aku malu sekali saat melihatnya telanjang dada. Kami memang besar bersama, tapi kami kan sudah dewasa.
*/
* Sungai HuangPu*
"Kalau di pikir pikir FanFan memang sudah besar, dia laki-laki dewasa sekarang. Hah? Xiao Xi, ayo sadarlah, kau sudah gila ya?"
Aku berusaha untuk tidak memikirkan kejadian di kamar FanFan tadi dan melanjutkan joggingku. Aku memasang
airpodsku sambil mendengarkan lagu Diana Wang " i don't know". Seketika seseorang menepuk pundakku.
"Eh kau marah ya? atau kau terpesona dengan otot perutku?"
FanFan tiba-tiba datang dan pamer kepadaku. Tanpa rasa malu, dia terus memamerkan otor perutnya yang tidak sengaja aku lihat tadi pagi.
"Dasar gila! mana mungkin. Aku terpesona? hah? mimpi kau FanFan." kataku.
"Beneran nih? Eh kau beruntung tau, gadis-gadis lain mau melihatnya tapi tak bisa, dasar kau."
Mendengar jawaban FanFan, aku pun menendang kakinya hingga ia merintih kesakitan sambil berteriak "Apa kau pegulat?"
Pada akhirnya dia menemaniku jogging ditepi sungai HuangPu. Kami bercerita tentang masa kecil kami, tugas kuliah, dan lain-lain. Aku yang sedang berjalan tidak sengaja menemukan airpods seseorang.
"Tunggu sebentar, kau menjatuhkan airpods mu." teriakku pada laki-laki yang berjalan di depanku.
Aku memanggil laki-laki di depanku yang menjatuhkan airpodsnya itu. Dia pun berbalik ke arahku.
"Terima kasih." sahutnya.
Walau wajahnya terhalau sinar manatahari tapi suaranya terdengar familiar.
"bukankah kau Shangyan? Kau teman Jing kan? Kita pernah bertemu di ruang latihan musik." kataku.
Aku baru ingat, dia Shangyan laki-laki ber-alis tebal dan berahang runcing yang aku temui di ruang latihan musik kemarin. Dia menaikkan alisnya, lalu senyum terpancar dari bibirnya yang tipis.
"Ah kau temannya Jing yah?" sapanya dengan suara lembut.
"iya." kataku.
"Apa kau mengenalnya? dia temanmu yah?" Tanya FanFan.
Aku menceritakan pertemuanku dengan Shangyan pada FanFan. Kami pun berkenalan dan setelah itu Shangyan pergi. Sementara aku dan FanFan pergi ke minimarket untuk membeli makanan
*/
*Di Mini market*
FanFan pun mulai bersikap manis, aku mulai merasa tidak
nyaman dengan sikapnya. Dia hanya akan bersikap seperti ini ketika ada maunya saja.
"Kau tunggu disini, biar aku yang melayanimu." ujar FanFan.
Dengan wajah yang penuh dengan pertanyaan aku menunggu FanFan di depan mini market, sementara dia masuk ke dalam untuk membeli makanan. Tidak biasanya FanFan bersikap seperti ini, ini pasti ada maunya. Tak lama berselang, FanFan kembali dengan membawa ramen cup untukku.
"Hah? kau sakit ya?" tanyaku padanya sambil menempelkan tanganku ke jidatnya.
"Kau bagaimana sih? aku baik salah? jahat pun salah? Kau plin plan sekali. Aku hanya ingin meneraktirmu karena sudah membuatmu bad mood tadi pagi." katanya.
Aku, "Ah itu, wah betul banget. Kau memang sahabatku."
Aku memuji FanFan, tanpa sadar aku mengelus-elus kepalanya seperti anak anjing yang patuh pada majikannya.
"Wah gege itu romantis sekali. Mama kalau aku besar aku mau punya pacar seperti gege itu." ujar anak kecil itu ke ibunya sambil menunjuk-nunjuk FanFan.
Aku, FanFan, dan ibu anak itu hanya bisa ketawa melihat kelakuan anak kecil itu.
"Hah, kau lihat itu? anak kecil itu saja mengakui ketampananku. Seleramu memang tak biasa Xiao Xi." pamer FanFan padaku.
FanFan, seperti biasa dia akan besar kepala dan menjadi narsis seketika ada orang yang memujinya. Aku hanya terdiam mengiyakan celotehan FanFan itu.
"Baiklah,baiklah, kau memang tampan, baik, dan pintar. Kau adalah sahabatku yang paling sempurna. Nah sahabatku, bisa tidak sekarang kau belikan aku air, sebelum otakku kehabisan oksigen karena mendengar celotehanmu yang penuh dengan CO² itu." kataku.
Aku menyuruh FanFan bergegas membeli air minum. Kalau tidak, dia akan berceloteh sampai malam. Setelah beberapa saat, FanFan tidak kunjung keluar dari Mini Market. Aku yang penasaran pun masuk ke dalam mini market. Aku melihatnya sedang mengobrol dengan petugas kasir. Aku merasakan hawa-hawa tidak menyenangkan pada petugas kasir itu, dan benar saja, sesuatu telah terjadi.
"Kau tampan sekali, boleh minta id WeChat ?" tanya petugas kasir itu ke FanFan.
Aku berpura-pura tak mendengarnya, kalau tidak FanFan akan pamer lagi padaku. Tapi tiba-tiba FanFan mengatakan sesuatu yang membuatku ingin memukulinya.
"Maafkan aku, tapi aku sudah punya pacar." jawab FanFan sambil menarik dan merangkulku.
"Aku? " bisikku pada FanFan.
Sontak saja aku kaget, dan tentu saja jawaban FanFan itu membuat petugas kasir itu malu.
"Maafkan saya." ucap petugas kasir itu, sambil menunduk menahan malu.
Aku dan FanFan pun pergi dari mini market itu.
*/
*Jalan pulang*
"Kau memanfaatkan aku yah? dasar kau yah!" protesku ke FanFan.
"Hahahah nggak lah, bukankah tadi menarik?" Ujarnya sambil mengelus rambutku.
Apa maksudnya dia berkata begitu? Apanya yang menarik?
Dia tidak pernah se so sweet ini, apa mungkin hanya perasaanku saja. Aku hanya merasa ada yang berbeda dalam diri FanFan, dia benar-benar sudah menjadi laki-laki dewasa sekarang.
Anehnya aku merasa nyaman ketika bersamanya, mungkin karena dia selalu bersamaku sedari kami kecil. Aku bahagia
melihatnya tersenyum, dan aku juga sakit ketika melihatnya. Apa ini yang dinamakan sahabat sejati?
♡♡♡♡♡
Jangan lupa untuk Like + Rate ☆☆☆☆☆ +coment yah.
Saran dari readers sekalian akan sangat membantu 😉
XìeXìe 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Dsy_iiiii
gemesin banget sichhhhh.......
2020-08-09
1
1412
itu poto anak kecil yg berdua, potonya Ten nct ( chittaphon leechaiyapornkul ) sama adeknya bukan sih.
2020-08-06
1
Shquille5
orang Cina namax lucu-lucu yah
2020-07-31
0