.
.
.
.
.
Vano menatap langit-langit kantornya, bayangan Tasya selalu saja memenuhi otaknya.
"Tasya Kamila, siapa dia sebenarnya? dan sedang apa waktu itu dia berada di hotel?" gumam Vano.
Sebenarnya dia penasaran dengan sosok Tasya yang sudah menarik perhatiannya dari awal bertemu, tapi melihat waktu itu dia keluar dari sebuah hotel dengan penampilan **** dan tubuhnya penuh dengan jejak kissmark membuat Vano berpikiran negatif tentang Tasya.
Tapi setelah Vano bertemu dengan Tasya, dia jadi ragu kalau Tasya adalah wanita nakal, buktinya Tasya begitu sangat gemetaran saat mendengar harus tinggal di rumahnya, seperti wanita yang baru saja kenal dengan seorang pria.
"Pram..."
"Iya Bos."
"Kamu cari tahu semua yang berhubungan dengan Tasya, asal-usulnya, dan bagaimana dia bersosialisasi."
"Baik Bos, kalau begitu saya permisi."
Pram pun segera meninggalkan ruangan Vano.
Tidak terasa waktu pun berjalan dengan cepat, hari ini Vano pulang ke rumahnya bersama Alvian.
"Malam Ma, Pa," sapa Vano.
"Malam anak-anak Mama yang tampan."
"Bagaimana hari pertama kamu di kantor, apa ada kesulitan?" tanya Papa Bakrie.
"Tidak ada Pa, biasa saja," sahut Alvian.
"Syukurlah, kalau begitu kalian mandi dulu sana habis itu kita makan malam bersama."
"Baik Pa," sahut Vano dan Alvian bersamaan.
Setelah selesai mandi, mereka pun makan malam bersama, tidak ada pembicaraan diantara mereka karena Papa Bakrie paling tidak suka ada yang berbicara saat makan.
Tibalah saatnya mereka berbincang-bincang di ruangan keluarga.
"Ma, Pa, ada yang mau Vano bicarakan sama Mama dan Papa."
"Kamu mau bicara apa, Nak?" tanya Mama Elis dengan lembut.
"Vano mau mempekerjakan seorang asisten pribadi untuk mengurus semua keperluan Vano."
"Dia wanita apa pria?"
"Wanita Ma."
"Yaelah Bang, kalau mau ada yang ngurus cepat nikahlah bukannya malah cari asisten," celetuk Alvian.
"Iya Nak, apa yang dikatakan adikmu Al ada benarnya, usia kamu sudah tidak muda lagi bahkan sudah kepala tiga tapi kamu belum juga memperkenalkan seorang wanita kepada Mama dan Papa," seru Papa Bakrie.
"Pa, memangnya Papa pikir mencari calon istri itu semudah seperti mencari gorengan, sabar dong Pa suatu saat juga Vano pasti akan menikah, tapi untuk saat ini ada seorang wanita yang Vano percaya dan Vano ingin menjadikan dia asisten pribadi Vano," sahut Vano.
"Baiklah, terserah kamu saja dilarang pun kamu tidak akan menurut," seru Mama Elis.
"Terima kasih Ma, besok pagi-pagi dia kesini namanya Tasya."
Mama Elis menganggukkan kepalanya, sedangkan Alvian mengangkat kedua bahunya tanda tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh Abangnya itu, begitu juga dengan Papa Bakrie, dia sangat tahu watak anak sulungnya itu dan Vano tidak akan melakukan hal yang bisa mempermalukan keluarga.
"Kamu sendiri bagaimana dengan Prili, bukannya kamu sudah cukup lama pacaran dengannya? kenapa kamu tidak menikah saja dengan Prili, kasihan anak orang jangan digantung terus," goda Vano.
"Kalau aku sudah jelas mau menikah dengannya, tapi Prilinya suka menghindar kalau membicarakan soal pernikahan, katanya dia belum siap menikah masih ingin bebas," sahut Alvian.
"Berarti si Prili tidak serius denganmu Al, jangan-jangan dia punya selingkuhan lagi," seru Vano.
"Enak saja, jangan sampai kaya gitu. Sudah ah, aku mau tidur dulu ngantuk."
Alvian pun meninggalkan semuanya menuju kamarnya.
"Pa, sebenarnya Mama itu kurang setuju loh Al menikah dengan Prili," seru Mama Elis.
"Kenapa Ma?"
"Ya soalnya dari dulu, setiap Al ngajak nikah dia selalu saja menghindar sepertinya dia memang tidak mau menikah dengan Al."
"Jangan berpikiran yang macam-macam Ma."
"Bukannya berpikir yang macam-macam, kalau memang Prili mencintai Al harusnya disaat Al mengajaknya nenikah, dia mau dong tapi ini dia malah menghindar terus," kesal Mama Elis.
"Ya sudahlah, kita lihat saja ke depannya seperti apa," sahut Papa Bakrie.
"Maaf Ma, Pa, Vano ke kamar dulu ada telpon dari Pram."
"Iya Nak."
Vano pun segera naik ke kamarnya dan mengangkat telpon dari Pram sekertarisnya di kantor.
"Hallo Pram, bagaimana?" tanya Vano.
"Semuanya sudah saya kirim lewat email Bos, semua biodata Tasya ada disana," sahut Pram.
"Bagus, terima kasih Pram."
"Sama-sama Bos."
Vano pun mengakhiri sambungan telponnya dan dengan cepat membuka laptop dan membuka email yang sudah Pram kirim kepadanya.
Vano membacanya secara detail jangan sampai ada yang terlewatkan.
"Apa, jadi dia dikeluarkan dari kampusnya karena dia ketahuan mabuk disebuah club dan sedang di gendong oleh seorang pria," gumam Vano.
Vano kembali melihatnya...
"Apa jangan-jangan, kejadian beberapa hari ke belakang yang aku bertemu dengannya di hotel bougenville," Vano lagi-lagi bergumam.
Vano menyandarkan tubuhnya ke sandaran ranjangnya.
"Siapa sebenarnya Tasya? kenapa aku sangat penasaran dengannya, aku yakin kalau Tasya bukan wanita seperti itu," gumam Vano.
***
Sementara itu di rumah Tasya, saat ini dia sedang membereskan barang-barang yang akan dia bawa besok.
"Tuan Vano tampan sekali, bisa tidak ya kalau aku mendapatkan suami seperti Tuan Vano," gumam Tasya.
Tapi sedetik kemudian Tasya memukul-mukul kepalanya..
"Sadar Tasya sadar, mana mungkin kamu bisa mendapatkan suami seperti Tuan Vano sedangkan didalam dirimu saja sudah tidak ada yang harus dibanggakan, bahkan satu-satunya hal yang berharga di diri kamu pun sudah di renggut oleh pria brengsek," gumam Tasya yang merutuki kebodohannya.
Tasya sangat menyesal sudah mau tergoda bujukkan Lina dan Fani yang mengaku sebagai teman itu. Sampai kapan pun Tasya tidak akan pernah memaafkan mereka berdua karena akibat jebakkan mereka, sekarang hidup Tasya menjadi hancur.
***
Keesokkan harinya...
Pagi-pagi sekali Tasya sudah bangun, setelah dia mempersiapkan diri, dia pun mengunci rumahnya dan segera mengendarai motor kesayangannya menuju rumah Vano.
Selama dalam perjalanan, tidak tahu kenapa tiba-tiba saja jantungnya berdetak sangat kencang bahkan perasaannya merasa tidak enak.
"Ya Alloh, apa yang akan terjadi? lindungi aku Ya Alloh, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa," gumam Tasya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Tasya pun sampai di sebuah rumah yang sangat mewah dan megah. Tanpa sadar, Tasya sampai menganga melihat rumah Vano.
"Maaf Nona, anda mau cari siapa?" tanya seorang sequrity.
"Maaf Pak, apa benar ini dengan rumahnya Tuan Vano?"
"Iya benar, anda siapa?"
"Saya Tasya Pak, kemarin saya disuruh Tuan Vano untuk kesini," sahut Tasya.
"Tunggu sebentar, saya lapor dulu kepada Nyonya besar."
Sequrity itu pun segera berlari ke dalam rumah, dan tidak lama kemudian dia pun sudah keluar kembali.
"Nona Tasya disuruh langsung masuk saja kata Nyonya besar."
"Oh iya, terima kasih Pak."
Tasya pun memarkirkan motornya di halaman rumah yang sangat luas.
"Gila, rumahnya besar sekali," batin Tasya.
Perlahan Tasya pun melangkahkan kakinya, jantung Tasya semakin berdebar tak karuan membuat dirinya merasa tak tenang.
.
.
.
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Siti Amanah
masuk kekandang singa kamu sya
2024-09-18
1
Wirda Lubis
Tasya jumpa sama alvian
2022-01-05
2
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Tasya pasti ketemu sama Alvian nih
2021-12-23
1