.
.
.
.
.
Pagi ini Tasya sudah rapi memakai rok hitam dan kemeja putih, Tasya ingin mencari pekerjaan untuk dirinya menyambung hidup. Tasya masih beruntung karena orangtuanya meninggalkan rumah untuk dirinya, walaupun rumaj sederhana setidaknya Tasya tidak pusing memikirkan tempat tinggal.
"Bismillah, mudah-mudahan hari ini aku dapat pekerjaan," gumam Tasya sembari menyalakan motor kesayangannya.
Tasya mulai membelah jalanan untuk mencari pekerjaan, Tasya mendatangi berbagai macam perusahaan dan menitipkan surat lamarannya disana, berharap ada salah satu perusahaan yang akan menerima dia bekerja.
Tasya tidak peduli walaupun dia harus bekerja sebagai Cleaning servise ataupun OB, yang penting dia mendapatkan pekerjaan untuk membiayai dia makan dan keperluan sehari-hari.
Tasya menepikan motornya di sebuah Taman, dia duduk dengan air mineral dan roti di tangannya yang barusan dia beli di minimarket.
"Astaga sungguh melelahkan sekali hari ini," gumam Tasya.
Tasya memakan rotinya sampai habis, hingga dia pun beranjak dari duduknya dan mulai mencari perusahaan lagi, soalnya surat lamaran dia masih banyak. Tasya kembali melajukan motornya dan memarkirkan motornya di sebuah perusahaan besar dan gedungnya pun menjulang tinggi.
"Wah, gedungnya tinggi banget," gumam Tasya yang merasa terpana akan kemegahan gedung perusahaan itu.
Perlahan Tasya melangkahkan kakinya menuju meja resepsionis.
"Pagi Mbak," sapa Tasya.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?"
"Mbak, saya mau melamar pekerjaan disini, apa ada lowongan?" tanya Tasya.
"Maaf Mbak lulusan apa?"
"Sa--saya cuma lulusan SMA."
"Maaf Nona, perusahaan kami menerima karyawan minimal lulusan S1 jadi kalau hanya lulusan SMA sepertinya tidak bisa."
"Saya tidak apa-apa jika kalau harus menjadi cleaning servise ataupun OB, yang peting saya mendapatkan pekerjaan," seru Tasya dengan sedikit memohon.
"Maaf Nona tidak bisa."
"Ya sudah kalau begitu, terima kasih ya Mbak."
"Sama-sama."
Dengan langkah gontai, Tasya pun meninggalkan perusahaan itu.
Bruuuukkkk....
Tasya menabrak seseorang sehingga membuatnya terduduk di lantai dengan surat lamaran yang berserakan dilantai.
"Maaf..maaf..saya tidak sengaja," seru Tasya dengan segera memungut surat lamarannya yang berserakan dilantai.
Orang itu memperhatikan Tasya dengan seksama, dan dengan cepat mengambil satu amplop coklat yang berada di bawah kakinya.
"Apa kamu sedang mencari pekerjaan?" tanya pria itu dengan suara baritonnya.
Tasya mendongakkan kepalanya, sesaat Tasya merasa terpesona akan pria yang saat ini ada di hadapannya, pria tampan, gagah, dan sangat berwibawa itu.
"Hallo maaf Nona, Bos saya sedang bertanya kepada anda," seru seseorang yang berada disamping pria itu dengan melambaikan tangannya dihadapan wajah Tasya.
"Ah iya, maaf."
"Apa kamu sedang mencari pekerjaan?" tanya pria itu kembali.
"Iya Tuan, tapi sepertinya perusahaan ini tidak meneriman karyawan yang hanya lulusan SMA seperti saya," sahut Tasya.
"Kamu ikut saya."
"Hah."
Tasya diam mematung, dia masih mencerna ucapan pria tersebut. Sedangkan pria yang ternyata dia adalah Vano sudah berjalan jauh dan hendak masuk ke dalam lift.
"Katanya kamu butuh pekerjaan, kok malah diam," seru Vano dengan suara baritonnya.
"Ah iya."
Tasya segera berlari menyusul Vano dan sang sekertaris masuk ke dalam lift. Tidak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di sebuah ruangan yang sangat elegan bernuansa abu muda dan hitam itu.
"Silakan duduk."
"Terima kasih, Tuan."
"Apa kamu tidak merasa ingat kepada saya?" tanya Vano.
Tasya mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh pria tampan yang berada dihadapannya itu.
"Maksud Tuan apa?"
"Kita pernah bertemu beberapa hari yang lalu dan kamu menabrak saya sama seperti barusan."
"Bertemu? beberapa hari yang lalu?"
Tasya mengulang ucapan Vano, dia memang benar-benar lupa sudah bertemu dengan pria tampan itu.
"Hotel Bougenville," ucap Vano.
Degggg....
Tasya ingat sekarang, pria ini pernah bertabrakan dengan Tasya saat di lobi hotel. Tiba-tiba wajah Tasya memucat dan bibirnya kelu, Tasya benar-benar tidak ingin mengingat hal menjijikan itu.
Vano melihat wajah Tasya yang tiba-tiba berubah menjadi sedih.
"Ehmm...maaf, apa kamu benar-benar ingin bekerja disini?" tanya Vano mengalihkan pembicaraan.
"Iya Tuan, saya tidak peduli meskipun harus menjadi cleaning servise ataupun OB yang penting saya dapat pekerjaan," sahut Tasya.
Tasya memang sadar diri dia hanya punya ijazas SMA, sementara kuliahnya harus berakhir di tengah jalan.
"Apa kamu keahlian?" tanya Vano.
"Saya bisa komputer, saya juga fasih bahasa Inggris, China, dan Jerman."
"Apa? kamu belajar darimana?" tanya Vano merasa terkejut dengan ucapan Tasya.
"Sa--saya, sebenarnya kuliah Bisnis juga tapi karena sesuatu hal saya dikeluarkan dari kampus."
Vano mengangkat satu alisnya dengan jawaban Tasya.
"Dikeluarkan?"
"Iya Tuan."
"Ok, kalau begitu kamu bekerja jadi asisten pribadi saya."
"Apa Tuan? asisten pribadi?"
"Iya, kamu harus menyiapkan segala sesuatu yang saya butuhkan dan kamu juga akan tinggal di rumah saya."
"Apa?"
Lagi-lagi Tasya terkejut dengan ucapan Vano..
"Apa tidak bisa, saya tinggal di rumah saya saja Tuan?"
"Kamu ini bagaimana sih, aku itu butuh asisten pribadi dan yang namanya asisten pribadi harus menyiapkan semua keperluan saya dari pakaian, apa saja yang akan saya bawa ke kantor, pokoknya segala sesuatu yang berhubungan dengan saya, otomatis kamu harus tinggal di rumah saya, dan satu lagi saya suka bekerja sampai larut malam jadi saya suka sekali minum kopi, masa iya saya harus menghunungi kamu malam-malam suruh ke rumah saya hanya untuk membuatkan kopi, itu juga kalau kamu mau sih, kalau kamu merasa keberatan ya sudah tidak apa-apa," jelas Vano panjang lebar.
Tasya tampak berpikir, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, disatu sisi Tasya sangat membutuhkan pekerjaan tapi disisi lain dia takut kalau harus tinggal di rumah pria yang sama sekali dia tidak kenal, apalagi kejadian itu membuat dirinya sedikit trauma.
Vano tahu kalau saat ini, Tasya sedang ketakutan karena Vano bisa lihat keringat di wajah cantik Tasya dan tangannya yang mulai bergetar.
"Kamu tidak usah takut, saya bukan orang jahat dan saya juga masih tinggal bersama kedua orangtua saya dan juga adik saya, jadi kamu jangan berpikir kalau kita cuma tinggal berdua," jelas Vano.
Tasya tampak bernafas dengan lega, dia pikir dia akan tinggal hanya berdua dengan pria dihadapannya ini tapi ternyata dugaannya salah, Tasya terlalu berpikiran jauh.
"Dan saya juga akan menggaji kamu dua kali lipat."
Tasya membelalakan matanya..
"Anda serius Tuan?"
"Iya, saya tidak pernah main-main dengan ucapan saya."
"Kalau begitu, saya mau Tuan bekerja dengan anda," sahut Tasya dengan mantap.
"Baiklah, ini kartu nama saya disana ada alamat rumah saya, besok pagi-pagi saya tunggu kamu di rumah saya dan sekalian kamu bawa barang-barang kamu."
"Baik Tuan, terima kasih kalau begitu saya permisi dulu."
Tasya pun pamit dan keluar dari ruangan Vano, setelah kepergian Tasya, Vano menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya, senyumannya terukir di wajah tampannya.
"Cantik," gumam Vano.
.
.
.
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Leni Ani
tp udah di perawani sm adek mu vano
2022-09-16
2
Wirda Lubis
lanjut
2022-01-05
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
pasti bakal ketemu Al
2021-12-23
0