.
.
.
.
.
Tasya sampai di kelasnya, dan ternyata semua orang belum juga berhenti menghina dan menggunjing Tasya.
"Hai guys, simpanan om-om sudah datang tuh."
"Ya ampun, aku malu banget bisa sekelas dengan wanita murahan."
"Iya, bisa-bisa fakultas bisnis kita tercemar gara-gara wanita murahan itu."
Begitulah, sindiran demi sindiran Tasya terima dia hanya bisa menangis mendengar sindiran itu. Tidak lama kemudian, Lina dan Fani pun datang dengan santainya.
"Hai Lina, Fani, apa kalian tidak malu berteman dengan wanita murahan itu?" tanya salah satu Mahasiswi.
"Siapa yang temenan, kita tidak pernah berteman dengan dia," sahut Lina dengan santainya.
"Apa kalian tidak tahu kalau, dia suka ke club malam?" tanya Mahasiswi itu lagi.
"Mana kita tahu, kita dekat cuma di kampus saja kalau diluar kampus kita tidak tahu apa yang dilakukan Tasya," sahut Fani dengan tidak punya perasaan.
Tasya yang mendengar kedua temannya itu merasa marah dan emosi, Tasya menghampiri Lina dan Fani.
Plaaakkk...plaaakkk...
Tasya menampar Lina dan Fani secara bergantian.
"Kalian memang tidak punya perasaan, sudah jelas-jelas tadi malam kalian yang mengajak aku ke tempat itu dan memaksa aku minum sampai aku mabuk, dan dengan santainya kalian meninggalkan aku disana, tapi sekarang kalian bilang kalian tidak tahu apa-apa, kalian benar-benar tidak punya perasaan," bentak Tasya.
"Berani sekali kamu menampar kita," seru Lina.
Lina hendak melayangkan tangannya ingin membalas tamparan Tasya, tapi tiba-tiba seorang Dosen datang.
"Tasya Kamila, kamu di panggil Dokan ke ruangannya sekarang," seru salah satu teman sekelasnya itu.
Tasya sangat terkejut dengan ucapan temannya itu. Perlahan Tasya keluar dari kelasnya dan menuju ruangan Dosen.
Tok..tok..tok..
"Masuk."
"Selamat pagi Pak, apa Bapak memanggil saya?"
"Pagi, silakan duduk Tasya."
"Terima kasih, Pak."
Dengan ragu-ragu Tasya pun duduk berhadapan dengan Dosen yang selama ini sangat di segani.
"Tasya Kamila, mungkin kamu sudah tahu apa maksud dari saya memanggil kamu."
Tasya menundukkan kepalanya dengan perasaan campur aduk.
"Jujur, selama ini saya bangga sama kamu karena kamu adalah Mahasiswi kebanggan kampus ini, tapi berita diluaran sana dengan sekejap menghapus rasa bangga saya terhadap dirimu, Tasya."
"Maafkan saya Pak, tapi jujur saya di jebak Pak," sahut Tasya dengan berlinangan airmata.
"Dijebak? siapa yang sudah menjebak kamu dan alasannya apa?"
"Lina dan Fani, dia memaksa saya untuk meminum itu dan setelah saya mabuk mereka meninggalkan saya disana, Pak."
Dosen yang bernama Ramlan itu mengusap wajahnya kasar.
"Tasya, jujur saya sudah menganggap kamu seperti anak saya sendiri dan saya ingin sekali mempercayai kamu tapi sayangnya pihak kampus tidak menerima alasan apapun, mereka sudah memutuskan untuk mengeluarkan kamu dari kampus ini dan mencabut beasiswa kamu, maafkan saya yang tidak bisa memperjuangkan kamu."
Tasya benar-benar terkejut dengan ucapan Dosennya itu. Tasya beranjak dari duduknya dan bersujud di kaki Pak Ramlan dengan menangkupkan kedua tangannya dan deraian airmata yang terus mengalir di pipinya.
"Pak, saya mohon jangan keluarkan saya dari kampus ini, ini adalah impian saya bisa mendapatkan gelar sarjana, hanya ini satu-satunya harapan saya untuk masa depan saya."
"Maafkan saya Tasya, saya tidak punya wewenang untuk membela kamu."
"Pak, saya mohon Pak," ucap Tasya dengan bibir yang bergetar.
Pak Ramlan pun beranjak dari duduknya dan memegang pundak Tasya dan membantunya untuk berdiri.
"Maaf Tasya, tapi Bapak yakin kamu akan lebih sukses lagi diluaran sana, tetap semangat kejar impian kamu."
Hati Tasya benar-benar sudah sakit, ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga.
"Kalau begitu, saya pamit Pak terima kasih karena selama ini Bapak sudah banyak memberikan saya ilmu."
"Iya Tasya."
Dengan langkah gontai, Tasya pun melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Dosennya.
Pluuukkk...
Satu lemparan telur mengenai kepala Tasya.
Pluuukkk...
Kali ini giliran tomat busuk yang terlempar ke badan Tasya.
"Bikin malu saja, sudah sana keluar dari sini jangan injakkan lagi kaki kamu di kampus ini."
"Kamu hanya mencemarkan nama baik kampus kita."
Itulah teriakkan-teriakkan yang Tasya dengar saat dia keluar dari ruangan Dosen. Tasya segera berlari meninggalkan kampus itu, tapi sebelum Tasya benar-benar pergi, dia melirik ke arah Lina dan Fani yang saat ini sedang menertawakannya.
"Awas kalian, suatu saat nanti aku pasti akan membalas rasa sakit ini," batin Tasya.
Tasya cepat-cepat menuju parkiran dan mengendarai motor matiknya untuk pulang ke rumahnya.
***
Sementara itu di perusahaan BAKRIE GROUP, Vano dan Alvian sedang mengadakan meeting, Vano saat ini mengumumkan kalau posisinya sekarang diganti oleh adik kandungnya Alvian Bastian Bakrie, sedangkan dirinya sekarang naik jabatan menjadi seorang Komisaris.
"Baiklah, rapat dicukupkan sampai disini, silakan kalian kembali belerja ke ruangan masing-masing," seru Vano.
Semua karyawan pun meninggalkan ruangan rapat, Vano mengantarkan Alvian ke ruangannya.
"Ini ruangan kamu, Al."
"Ok, lumayan besar dan cukup nyaman."
"Ingat, kamu harus bekerja dengan baik dan benar jangan main-main karena kesuksesan perusahaan ini sekarang ada di pundak kita berdua," seru Vano.
"Siap Bang, kamu tenang saja karena aku akan bekerja sekeras mungkin dan menjadikan perusahaan ini lebih maju dan sukses lagi," sahut Alvian.
"Bagus, kalau begitu Abang ke ruangan Abang dulu kamu bisa pelajari dulu berkas-berkas itu, nanti kalau ada yang tidak dimengerti kamu bisa tanya sama Abang," seru Vano.
"Baik Bang."
Vano pun segera meninggalkan ruangan Alvian, tapi tidak lama kemudian, pintu ruangan Alvian kembali terbuka membuat Al menoleh.
"Sayang, kamu pulang kok tidak bilang-bilang sih?" seru Prili dengan wajah yang di tekuk.
"Maaf sayang, aku lupa," sahut Al menghampiri Prili dan memeluknya.
"Jahat, aku kan sudah sangat rindu sama kamu Al."
"Iya maaf, terus sebagai permintaan maafku, aku harus melakukan apa?" tanya Alvian.
"Bagaimana kalau sekarang kita ke Mall dan kamu harus belanjain aku."
"Aduh sayang, kalau sekarang aku tidak bisa. Kamu tahu sendiri kan kalau aku baru saja diangkat jadi seorang CEO jadi aku harus mempelajari semuanya, lain kali saja ya aku janji," sahut Alvian.
"Ya sudah kalau begitu, aku pulang dulu soalnya butik tidak ada yang jaga."
"Maaf ya aku tidak bisa mengantar kamu pulang, kamu hati-hati di jalan kalau sudah sampai butik, kamu hubungi aku ya."
"Ok, aku pergi dulu, bye."
Prili pun mencium pipi Alvian sebelum dia pergi dari ruangan Alvian, Alvian tersenyum dan mulai kembali bekerja. Alvian menarik nafasnya dan menghembuskannya secara kasar karena melihat semua berkas-berkas yang saat ini harus dia pelajari.
.
.
.
Jangan lupa
like
gift
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Siti Amanah
cerita yg bagus ,AQ tuh suka cerita novel laki 2 yg gak celap celup.
2024-09-18
1
Goesmalla Thee_wii 🐈💕
Dekan✔️ Dokan❌
2023-01-05
3
perjuangan ✅
sudah sekian purnama aku kembali lagi membaca cerita ini
2022-05-12
1