Awal kehancuran

.

.

.

.

.

Tasya keluar dari hotel itu dengan perasaan yang sangat hancur, Tasya berjalan dengan menundukkan kepalanya hingga tidak sadar Tasya menabrak seseorang dan hampir saja terjatuh tapi orang itu dengan sigap menangkap tubuh Tasya sehingga Tasya jatuh dipelukkan orang itu.

Sesaat mereka saling tatap satu sama lain, hingga orang itu berdehem dan membuat kesadaran Tasya kembali, Tasya segera membenarkan posisinya kembali.

"Ma--af Tuan, saya tidak sengaja," ucap Tasya dengan menundukkan kepalanya.

"Iya, tidak apa-apa," sahut pria itu dengan dinginnya dan langsung meninggalkan Tasya yang masih terdiam mematung.

Tasya kembali melangkahkan kakinya dan menyetop taxi. Selama dalam perjalanan, Tasya kembali menangis dia sangat menyesal ikut dengan kedua temannya yang seolah-olah menjebaknya.

Tidak membutuhkan waktu lama, taxi itu pun sampai di sebuah rumah sederhana dengan halaman rumah penuh dengan tanaman bunga, Tasya segera turun dari taxi itu dan tidak lupa dia membayar ongkos taxinya terlebih dahulu.

Tasya segera masuk dan menjatuhkan tubuhnyanke atas tempat tidur, lagi-lagi Tasya menangis tersedu-sedu.

Sementara itu, pria yang tadi ditabrak oleh Tasya saat ini sedang menuju ke sebuah kamar. Sesampainya di kamar itu, dia geleng-geleng kepala melihat adiknya satu-satunya masih terlelap dengan ranjang yang sudah acak-acakkan dan terlihat bercak darah disana.

"Bangun, Alvian bangun kamu," teriak Vano dengan lantangnya sehingga membuat Alvian langsung bangun dan mendudukkan tubuhnya.

"Bang Vano, darimana Abang tahu aku ada disini?" tanya Alvian terkejut.

"Tidak penting aku tahu dari siapa, yang jelas sekarang apa yang sudah kamu lakukan semalam?" teriak Vano dengan dada yang sudah naik turun.

"Ak--aku..ak--aku.."

"Apa kamu sudah meniduri seorang wanita?" tanya Vano dengan penuh emosi.

Seketika Alvian menoleh ke samping dan wanita itu sudah tidak ada, Alvian ingat kalau tadi malam dia memang sudah melakukan sesuatu yang sangat fatal.

"Maaf Bang, aku khilaf."

"Khilaf kamu bilang? dasar kurang ajar, kalau media sampai tahu kamu sudah meniduri seorang perempuan, habis karir keluarga kita," bentak Vano.

"Kenapa Abang marah-marah sih? sudahlah jangan khawatir palingan aku tadi malam tidur dengan seorang j*****, lagipula tidak ada yang tahu kalau aku adalah anak dari keuarga Bakrie," sahut Alvian dengan santainya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

"Alvian, lihat seprei itu," seru Vano.

Alvian langsung membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah seprei, betapa terkejutnya Alvian saat melihat ada bercak darah disana, kemudian Alvian menoleh ke arah Abangnya.

"Berarti wanita semalam---"

"Ya, wanita itu masih suci dan kamu yang sudah merenggutnya," bentak Vano.

Vano memang tahu dari awal karena anak buah yang ditugaskan mengikuti Alvian melaporkan kalau Alvian membawa seorang wanita yang tengah mabuk di sebuah club malam.

"Ta--tapi, aku menemukan wanita itu di club malam dalam kondisi yang sudah mabuk berat, kalau dia wanita baik-baik, tidak mungkin dia berada di sebuah club malam dan mabuk-mabukkan," bela Alvian.

"Tapi kenyataannya kamu lihat sendiri kan? pokoknya Abang tidak mau tahu, kamu harus mencari wanita itu dan kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu."

"Tidak bisa Bang, kalau aku cari wanita itu bagaimana dengan nasib hubunganku dengan Prili, aku sangat mencintai Prili," sahut Alvian.

Buuggghhh...

"Dasar bajingan, aku tidak pernah mengajarkanmu menjadi manusia yang tidak bertanggung jawab," bentak Vano.

"Ya sudah kalau begitu, Abang saja yang cari wanita itu dan nikahi dia," seru Alvian.

"Dasar tidak tahu diri kamu, sudah merusak masa depan seorang gadis sekarang malah melimpahkan semua kesalahan kamu ke Abang, ditaruh dimana otak kamu," bentak Vano.

"Sudahlah Bang, Al pusing mau mandi dulu."

Alvian langsung masuk ke dalam kamar mandi dan merendam tubuhnya di dalam bathup. Sekilas bayangan semalam terlintas di otaknya.

"Wanita itu sungguh sangat ****, bodynya sangat luar biasa indah sekali, baru pertama kali ini aku tidur dengan seorang gadis dan itu sungguh membuatku merasa candu," gumam Alvian dengan senyumannya.

Sedangkan Vano yang saat ini sedang duduk di sofa sembari menunggu Alvian keluar, membayangkan wanita yang tadi menabraknya di lobi.

"Siapa dia? wanita yang sangat cantik," gumam Vano dengan senyumannya.

Setelah selesai mandi, Vano pun membawa Alvian pulang. Alvian baru sampai dari Kanada tadi malam tapi Alvian bukannya pulang ke rumah malah mampir ke club malam dan memancing keributan dan sekarang menimbulkan masalah pula.

***

Keesokkan harinya...

Tasya berangkat ke kampus dengan tidak bersemangat, Tasya benar-benar sudah tidak punya harapan lagi sekarang, hal yang sangat berharga dalam dirinya sekarang sudah hilang di renggut oleh seseorang yang sama sekali tidak Tasya kenal.

Tasya segera melajukan motor matic kesayangannya menuju kampus tempat dimana dia menimba ilmu. Tidak membutuhkan waktu lama, Tasya sudah sampai di kampus.

Ada yang aneh yang Tasya rasakan, semenjak dia sampai di kampus semua orang melihat ke arahnya dengan tatapan jijik.

"Oh jadi ini, wanita yang sok polos dan ternyata tongkrongannya club malam mana mabuk lagi," cibir salah satu Mahasiswa.

"Astaga, lihatlah tampang polosnya sudah menipu semua pria di kampus ini," sambung yang satunya lagi.

Tasya begitu sakit dengan cibiran para Mahasiswi itu, hingga dia melangkahkan kaki pun menuju kelasnya, mereka tidak henti-hentinya mencibir dan menghina Tasya.

Tasya sudah tidak kuat lagi sampai dia meneteskan airmata, tidak sampai disitu sekarang sekelompok Mahasiswa menghalangi jalannya.

"Ya ampun, kita tidak menyangka kalau Tasya si bunga kampus adalah seorang wanita murahan, kenapa kamu sok jual mahal kepada kita kalau diluaran sana kamu menjual tubuh kamu ke semua orang," ucap salah satu Mahasiswa dengan mengelus pipi Tasya.

Plaaakkk...

Tasya menampar Mahasiswa itu dengan kerasnya..

"Jangan sembarangan kalau ngomong, aku bukan wanita murahan," bentak Tasya dengan deraian airmata.

"Sialan, kamu berani menamparku," bentak Mahasiswa itu.

"Ayo ikut kita," seru salah satu Mahasiswa dengan menarik paksa tangan Tasya.

"Lepaskan, kalian mau apa," teriak Tasya dengan meronta-ronta.

Mahasiswa itu menghempaskan tubuh Tasya hingga membentur papan pengumuman.

"Lihatlah, itu siapa? apa kamu masih mau membela diri kamu sendiri?" teriak salah satu Mahasiswa.

Perlahan Tasya melihat ke arah papan pengumuman itu, seketikan Tasya membelalakkan matanya melihat foto-foto dirinya di club malam dari dia sedang minum, sampai dia dibawa oleh seseorang yang sudah merenggut kesuciannya tapi sayang pria itu tidak terlihat wajahnya.

"Siapa yang sudah melakukan semua ini?" gumam Tasya.

Dengan deraian airmata serta rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya, Tasya melepaskan semua foto dirinya yang terpampang di papan pengumuman itu kemudian Tasya berlari menuju kelasnya dengan deraian airmata.

Sedangkan dari kejauhan, Lina dan Fani tampak tertawa dan bertos ria melihat Tasya menjadi bahan hinaan semua Mahasiswa.

.

.

.

Jangan lupa

like

gift

vote n

komen

TERIMA KASIH

LOVE YOU

Terpopuler

Comments

juliya

juliya

👍👍👍

2022-09-16

0

Sulfia

Sulfia

kalau iri hati jg dengki, gk peduli dg gender yg penting puas bs menghancurkan teman asal senang, titisan iblis bin dajjal😡😡😡

2022-02-06

0

Wirda Lubis

Wirda Lubis

kawan kurang ajar nama nya

2022-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!