“I–ini terasa ... sangat panas!!” Liu Chang berteriak sangat keras, beberapa detik yang lalu rasa panas itu mulai muncul dan terus bertambah hingga saat ini.
“Kuhh ... sebenarnya buah apa yang kumakan tadi.” Liu Chang merasakan tubuhnya seperti menelan lava gunung api. Rasa panas itu awalnya memang terasa hangat namun semakin lama buah itu tertelan efeknya seperti membakar tubuh dari dalam.
Selama lima belas menit berikutnya Liu Chang terus merasakan rasa panas itu, bahkan pada detik-detik terakhir Liu Chang merasa seperti melewati ujian yang sangat menyakitkan bagi manusia biasa sepertinya.
Efek buahnya tidak selesai begitu saja, setelah berhasil melewati rasa panas itu, mulut Liu Chang mengeluarkan kabut tipis namun secara terus-menerus keluar dalam jumlah yang sama. Tubuh Liu Chang terasa seperti tungku pembakaran yang sedang menempa pedang.
Di sisi lain, Feng San tersenyum puas melihat efek buah itu bekerja dengan baik pada tubuh Liu Chang. Sejak pertama kali mengumpulkan buah-buahan seperti itu, Feng San sudah membayangkan efeknya akan berhasil pada tubuh Liu Chang.
“Dengan ini meridianmu berhasil terbuka sebanyak tiga puluh titik. Apa kau merasakan sensasi berbeda?” Feng San tersenyum kecil, sejak tadi saat melihat Liu Chang meronta-ronta kesakitan, ia menahan diri untuk tidak membantu Liu Chang meredamnya.
Liu Chang mengangkat alisnya, dia tidak mengetahui apa yang dimaksud meridian selain itu sebagian perhatiannya masih terfokus pada penyerapan khasiat buah yang beberapa saat lalu ia konsumsi. Walaupun hanya satu gigitan Liu Chang sudah merasakan bagaimana efek buah itu ke tubuhnya.
Hingga saat ini, Liu Chang masih tidak mengetahui untuk apa buah itu diberikan Feng San padanya.
“Huh ... huh, satu gigitan ini benar-benar membuat seluruh tubuhku terasa panas.” batin Liu Chang pelan, lima menit sebelumnya adalah saat-saat Liu Chang merasakan kesakitan luar biasa.
“Chang'er, bagaimana rasanya? Kau mau mencoba satu gigitan lagi?” Feng San tersenyum tipis. Melihat tingkah muridnya itu Feng San selalu ingin tersenyum kecil.
“Aku belum menemukan khasiatnya ke tubuhku namun untuk tawaran gigitan itu, tidak ingin kucoba lagi saat ini.” Liu Chang menggelengkan kepalanya pelan. Beberapa jam ke depan, mentalnya belum cukup siap merasakan rasa buah yang seperti lava itu.
Feng San tersenyum tipis, dia memaklumi kekhawatiran Liu Chang mengenai efek buah itu meskipun di sisi lain jika mencoba gigitan kedua rasanya akan jauh berbeda dari yang pertama sebab tubuh Liu Chang bisa lebih menyesuaikan dengan efek buah itu nantinya.
Feng San lalu menjelaskan bahwa buah yang dibawanya berasal dari Hutan Siluman. Buah yang baru saja ditelan Liu Chang satu gigitan bernama Buah Darah Siluman, sesuatu yang terkumpul dari darah para siluman.
Setelah darah para siluman dari berbagai ras terkumpul, darah-darah itu akan disatukan menjadi sebuah bola. Selanjutnya untuk membentuk buahnya agar mirip seperti tekstur apel, Feng San akan meredamnya di aliran sungai Es Abadi di dimensi ini.
Beberapa bulan kemudian barulah, buah yang menurut Liu Chang seperti apel itu, akan terbentuk dan mirip seperti tekstur apel yang sesungguhnya.
“Jadi yang baru saja kutelan ... adalah da–darah?” Liu Chang mengernyitkan keningnya, dia tidak percaya dengan penjelasan Feng San.
“Ya, sesuatu yang baru saja masuk ke dalam mulutmu adalah darah para siluman. Namun jangan kau remehkan khasiatnya, hal itu sebanding dengan efek yang diterima tubuhmu.
Sepertinya kau sudah mengerti, mari masuk ke dalam. Rasanya cukup lama tidak merasakan masakanmu.” Feng San tersenyum lembut, dia lalu mengelus kepala Liu Chang seperti biasa. Dan masuk ke dalam gubuknya sambil membawa buntalan berisi Buah Darah Siluman.
Liu Chang mengganguk pelan, sebelum akhirnya mengikuti Feng San masuk ke dalam gubuk.
Malamnya, Liu Chang memasak untuk Feng San dan dirinya. Dengan bahan yang melimpah di dimensi ini, Liu Chang tidak perlu bingung memikirkan masakan apa yang disukai Feng San, sebab menurut Feng San semua masakan Liu Chang selama ini terasa lezat.
Di sisi lain Feng San sebenarnya tidak membutuhkan makanan. Namun menurutnya makanan adalah hal yang bisa menghibur diri saat keadaan sedih maupun senang, karena itu sering kali Feng San ikut menyantap masakan Liu Chang.
°°°°
Selepas mengetahui khasiatnya begitu penting untuk fisik, Liu Chang akhirnya sering memakan Buah Darah Siluman setiap hari, walaupun yang sanggup ia konsumsi jumlahnya hanya satu per harinya.
Dengan jumlah minim itu Liu Chang merasakan tubuhnya seolah lebih kuat dari manusia biasa. Beberapa kali Liu Chang mencobanya khasiatnya dengan mengelilingi Dimensi Kematian dan berhasil kembali ke gubuk Feng San hanya dalam waktu tiga hari.
Menurut Feng San hal itu adalah suatu pencapaian mengingat diameter Dimensi Kematian juga sangat besar, bahkan jika dibandingkan dengan bumi bisa dikatakan Dimensi Kematian adalah ukuran seperempat dari diameter bumi.
“Chang'er, kau menghabiskan terlalu banyak hari ini. Ambil kembali di Sungai Es Abadi!” Entah mengapa hari itu, Liu Chang sangat bersemangat hingga menghabiskan tiga buah dalam satu hari.
Feng San yang hanya membawa persediaan buah dengan jumlah tidak seberapa akhirnya meminta Liu Chang untuk mengambilnya sendiri.
Liu Chang mengganguk pelan, sebelum kemudian masuk ke dalam gubuk dan mengganti bajunya dengan pakaian yang lebih tipis sebab tubuhnya akan sangat kedinginan saat menyelam di sungai es nanti.
“Buah itu, sepertinya cukup banyak di dasar sana,” batin Liu Chang saat melihat tumpukan buah yang terseret arus bawah sungai, ia melihat puluhan buah dengan warna berbeda-beda.
Menurut Feng San buah yang memiliki warna semakin gelap akan memberikan khasiat yang lebih baik dari warna yang lebih cerah.
Liu Chang mencoba menyentuh permukaan Sungai Es Abadi, rasa dingin tidak lama segera menjalar ke otaknya seolah sedang meminum airnya langsung.
“Ini bahkan lebih dingin dari es yang sering dikonsumsi. Apa yang harus kulakukan .... ” Liu Chang menopang dagunya, dia memikirkan sesuatu untuk mengatasi rasa dingin ini.
Setelah melihat ke sekelilingnya, Liu Chang melihat satu hal menarik, ia menemukan tanaman Lidah Kucing yang diselimuti oleh api. Setelah memperhatikannya sejenak dan melihat api itu tidak juga padam, Liu Chang segera mengambilnya untuk ia gunakan saat menyelam.
“Jika orang-orang memakai air untuk masuk ke dalam kobaran api, mungkin saja api abadi efektif untuk meredam hawa dingin dari sungai ini ....” batin Liu Chang saat memikirkan semua kemungkinan yang akan terjadi jika memakai tanaman di tangannya.
Setelah berpikir sejenak, Liu Chang lalu mengambil kembali beberapa tangkai Lidah Kucing tersebut. Liu Chang berharap saat menyelimuti tubuhnya dengan tanaman ini, rasa panasnya tidak akan kalah oleh rasa dingin Sungai Es Abadi.
“Ini cukup aneh, tubuhku tidak terbakar karenanya. Mungkin karena api ini memiliki semacam pelindung ... mungkin saja.”
Liu Chang mulai melompat ke dalam aliran sungai Es Abadi, saat memasukinya terdengar suara seperti api yang dipadamkan namun tidak lama kemudian tanaman di tubuh Liu Chang saat ini berhasil mengejutkannya.
••••
Sampai jumpa di Chapter selanjutnya.
Ibnu R
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Tanaman Lidah kucing 🤔🤔
2024-02-09
0
Harman LokeST
melatih 🚆 diri
2022-06-01
0
3 jagoan
👍👍👍👍👍👍👍🤚🤚🤚👌👌👌👍👍👍👋👍
2021-03-08
1