KOIN BERDARAH

Tidak semua keluarga calon pejabat perwakilan pemerintahan Belanda. Suka cita mau ditempatkan di Nusantara.

Mereka yang masih punya hati nurani , tahu pasti dibalik kerjasama perdagangan rempah rempah...ada tujuan kejam akan mereka wujudkan dalam menjajah bumi pertiwi.

Dalam keadaan terpaksa. Keluarga Nonny Wilhelmina mau ikut juga didalam perjalanan laut menuju Nusantara.

Nonny Wilhelmina adalah gadis yang harus berpisah dengan William. Kekasihnya yang bukan golongan pejabat pemerintah.

Rakyat biasa.

****

Dapat dipastikan jarak jauh itu, membunuh paksa bunga bunga cinta yang mekar.

Dalam perjalanan panjang, dengan kapal laut itu.

Willhelmina menyendiri.

Menjauh dari kumpulan penumpang lain.

Papah dan Mamahnya sudah membujuk dengan lembut.

Surat surat untuk Wiliam akan dititipkan apabila ada pejabat yang akan pulang ke Belanda.

Atau kalau sudah lulus sekolah Wiliam bisa bekerja di pemerintahan lalu meminta untuk ditugaskan menyusul ke Indonesia.

Bujukan itu, hanya sampai telinga gadis bule itu.

Hatinya tetap tinggal di Belanda.

Hatinya hancur.

Hatinya marah...

Ingin rasanya membuang badan , menelankan raga kedalam laut yang luas dan dalam.

Cinta pertama menjelma menjadi dendam.

Dendam yang haus untuk dipuaskan.

Dalam diam gadis itu, menyusun rencana sendiri.

Tujuannya adalah dia bisa dipulangkan sendiri ke Belanda dan menikah denga William hidup tenang dan damai.

Walau harus menjadi rakyat biasa.

Walau turun kasta , demi cinta dia rela.

Perjalanan Belanda ke Indonesia dengan kapal laut sungguh lama.

Wilhelmina membunuh waktunya dengan berbagai kegiatan yang ia sukai.

Menyulam dan melukis.

Sulaman inisil nama kekasihnya disulam dengan benang emas.

Akhirnya menjelma sebuah syal yang elok.

Dan lukisan yang dibuatnya merupakan lukisan abstrak misterius.

Butuh pendalaman yang penuh untuk dapat mengungkap arti lukisan itu.

Beberapa lukisan yang sudah rampung digulung.

Malam itu, udara laut menggigit seklali.

Tapi panas di jiwa sang Nonny.

Membawa gadis itu menuju dek melawan hawa dengan memakai mantel tebal.

Sebuah koin tanda cinta dari kekasih hati.

Koin itu diberikan oleh William sebagai kenang kenangan yang bisa kapan saja dibawa oleh Wilhelmina. Tanpa terlihat oleh orang tuanya.

Papahnya yang kurang menyetujui apabila William menikahi putrinya.

Karena berbeda kasta.

Mamahnya yang lembut hati, tahu pasti perasaan anak gadisnya.

Walau tak bisa berkutik dengan keputusan suaminya.

Suaminya yang tegas dan sangat loyal kepada atasanya itu.

Koin itu dikecup kecil.

Air mata Wilhelmina menetes.

Sementara lautan bagai hamparan permadani yang nyaris tanpa riak.

Dilangit bintang bertaburan Indah.

Tapi hati yang patah tetap muram, walau seluruh bintang dipindahkan kedalam hati gadis itu.

Entah setan apa yang berbisik. Jahat.

Sesampainya di Nusantara.

Wilhelmina akan membuat Papahnya malu, sehingga harapannya segera terwujud.

Dia bisa dipulangkan.

Walau tanpa harga diri.

Kembali koin itu digenggam.

Erat kuat..sangat kuat.

Saking kuatnya genggam itu.

Dari sela sela Jari jemari gadis itu keluar darah segar.

Dan air matanya tidak keluar lagi.

Hanya dendam yang membara.

Yang menggelora bagai bara api yang siap membuat air laut mendidih

Sampailah rombongan di Batavia.

Mereka langsung di tempatkan dibeberapa wilayah.

Setiap keluarga pejabat itu langsung ditempatkan dirumah dinas yang sudah disediakan.

Lengkap dengan berbagai fasilitas dan pembantu dari kalangan bangsa kita.

Rumah dinas Belanda yang gaya arsitekturnya khas.

Ada serem seremnya juga.

Tak membuat hati Wilhelmina betah.

Dia terlihat tak bergairah banyak melamun dan murung.

Mamahnya melihat keadaan ini.

Dan langsung memberikan saran agar dicarikan teman sebaya untuk Wilhelmina.

Yang bisa menemani jalan jalan atau kegiatan apa saja yang cocok untuk anak gadis di zaman itu.

Pilihan jatuh kepada Ningsih anak gadis seusia Wilhelmina. Ningsih putri wedana yang pandai berbahasa Belanda.

Sehingga dapat berkomunikasi dengan baik dengan Wilhelmina.

Putri Wedana dan ningrat masih beruntung dapat menikmati bangku sekolah.

Dan bisa belajar bahasa Belanda.

Walau Ningsih menahan rasa pemberontakan dijiwanya, apabila melihat kurang beruntungnya teman sebayanya yang rakyat jelata. Bodoh dan miskin.

Kedua hati remaja putri itu penuh rasa rindu dendam.

Darah muda yang menggelegak.

Dipaksa manut oleh situasi dan kondisi yang kurang berpihak.

Papah Wilhelmina, mempunyai rencana.

Agar anak gadisnya melupakan kekasihnya.

Kenapa tidak mungkin gadisnya dijodohkan saja dengan Raden Bayu. Anak dari wedana juga. Darah biru.

Bukannya apabila keluarga Bayu setuju akan semakin mudah pekerjaanya dalam memikat hati pemerintahan pribumi.

Dan ikatan pernikahan akan mengekang langkah kaki putrinya agar lupa pulang.

Apakah semudah itu kisah terkutuk ini akan berakhir?

Koin itu, selalu menemani Wilhelmina.

Koin itu dibungkus kain dijahit tepiannya.

Agar tidak terlihat koin itu dijadikan bros yang di tutup benang renda dan peniti.

Bulan berganti, akhirnya setahun sudah.

Surat surat tak terbalaskan.

Penantian semakin memuakkan.

Tahukah kamu.

Bahwa kekasihmu telah meninggal kecelakaan yang tragis. 3 Bulan lalu.

Kecelakaan maut yang didalangi ayahmu.

Dan surat surat itu hanya sampai meja Ayahmu dibaca lalu menjadi abu.

Ayah yang kejam.

Dan tidak ada kejahatan yang sempurna.

Arwah William datang dalam mimpi gadis nonny Belanda itu.

Dalam keadaan mengenaskan.

Wajah tampan itu berlumuran darah dan rusak.

Bola matanya memerah.

Dan menceritakan apa yang menimpanya.

Menceritakan kesengsaraanya menanggung beban rindu.

William menunggu kematian kekasihnya.

Menunggu pengantin wanitanya.

Wilhelmina terbangun dan menjerit jerit.

Memanggil nama kekasihnya.

Memukul mukul dadanya dengan tanganya.

Serta mengacak ngacak rambutnya sendiri.

Malam itu...

Begitu mencekam lolongan tangisan mengiris hati.

Membelah malam.

Lalu mulut sang gadis menceracau memaki maki Ayah kandungnya sendiri.

Dan anak gadis manisnya berubah berantakan.

Ketika sang Ayah datang ingin menenangkankan.

Willhelmina menyerang ayahnya.

Membabi buta.

Lalu ayahnya gelap mata.

Diambilnya sepucuk senjata api.

Dan menembak dada anak kandungnya.

Tetapi peluru itu memantul karena mengenai koin yang ada didalam bros yang disematkan didada kiri Willhelmina.

Secepat kilat,

Peluru itu bagai mencari dan lalu...

Kepala itu berlumuran darah segar.

Van de tsaar pejabat bertangan besi itu ambruk. Mati dan dengan mata melotot seram.

Mamah sang gadis, pingsan dan tak sadarkan diri.

Koma sampai menemui ajalnya beberapa waktu kemudian.

Willhelmina yang selamat jantungnya terlindung koin itu.

Koin itu menyerap semua energi buruk sang gadis.

Koin itu ada disana.

Tetap di tangan gadis yang berdarah.

Bedanya.

Gadis itu gila, hidup dalam pasungan.

Karena sewaktu waktu akan mengamuk.

Ningsih merawat baik sahabatnya.

Sampai sembuh.

Tapi mungkin tidak akan pernah sembuh.

Disuatu pagi.

Ketika Ningsih mengantarkan makanan.

Ningsih dikejutkan.

Willhelmina meninggal dipasungan.

Dengan nadi leher tersayat koin terkutuk itu.

Ternyata..dalam pasungan.

Koin itu digosok setiap hari , berbulan lamanya.

Sehingga pinggirannya menjadi tajam. Setajam silet.

Dan..satu keluarga itu dikuburkan dibelakang rumah dinas itu.

Rumah yang akhirnya angker dan tak berpenghuni.

Koin tahun 1868 itu...akan terdengar menggelinding... lalu mengeluarkan bunyi seolah olah sedang di gosok gosok diatas lantai.

Di setiap malam kematian Wilhelmina, selalu terdengar bunyi itu.....

Tamat

Karawang, Sabtu 20/5/17

21:25

Mak EHA

Terpopuler

Comments

Wijaya Putra

Wijaya Putra

auhh attuttt

2020-06-02

1

Nununa07

Nununa07

kutinggalkan jejak smapai sini dulu thor

2020-05-31

1

Dwight

Dwight

Mantapppp!!!!
Jejak dulu, Thor!

Salam NT Indo

2020-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!