Ny. Kalea memasangkan pita pink berbahan satin di rambut panjang Wilona.
"Nah, Sayang, kamu sudah siap. Coba lihat dirimu di cermin. Dress ini cocok sekali denganmu. Kamu terlihat cantik," kata Ny. Kalea memuji putrinya.
Wilona memandang penampilannya sendiri di cermin. Ia memang menyukai dress berwarna pink yang dibelikan mamanya untuk acara makan malam hari ini. Tapi entah mengapa hatinya justru merasa gundah. Hanya satu yang terlintas di pikirannya saat ini yaitu tanggal berapa mamanya akan menikah.
Ponsel milik Ny. Kalea yang berdering tiga kali, menandakan Adrian Sanjaya sudah tiba untuk menjemput mereka.
"Wilo, Om Adrian sudah datang. Ayo kita ke depan," ajak Ny. Kalea menggandeng tangan Wilona.
Adrian Sanjaya dengan ciri khas senyuman manisnya, sudah menunggu mereka di depan pintu.
"Lea, Wilona, kita berangkat sekarang," ucapnya sembari membukakan pintu mobil.
"Wilo, ayo masuk, Sayang."
"Iya, Ma."
Saat berada di dalam mobil, Wilona baru merasakan kenyamanan berkendara dengan mobil mewah. Kursi yang begitu empuk dan lembut, ditambah fasilitas multimedia yang canggih, membuat penumpang maupun pengendaranya akan betah berlama-lama di dalam mobil itu.
Sepanjang perjalanan, Wilona memilih duduk diam di kursinya. Sementara ia melihat Tuan Adrian sesekali berbicara pada mamanya dengan suara mesra.
"Sebentar lagi kita sampai, Wilona. Itu rumah Om," kata Tuan Adrian menunjukkan sebuah rumah besar bergaya romawi, yang terletak di blok paling ujung.
Supir pribadi Adrian Sanjaya, mengarahkan mobilnya masuk ke gerbang tinggi berwarna hitam keemasan yang menutupi rumah itu. Tak lama kemudian, pintu gerbang itu terbuka sendiri. Wilona menebak jika gerbang rumah mewah itu dilengkapi dengan remote control otomatis.
Dua orang security yang bertugas menjaga keamanan rumah, menganggukkan kepalanya dan memberi hormat kepada Tuan mereka.
Dari dalam rumah, seorang wanita berseragam hitam, tergesa-gesa menghampiri mobil mewah yang ditumpangi Wilona.
"Tuan, Anda sudah datang? Tuan Muda tidak sabar menunggu Anda di ruang makan. Sejak tadi Tuan Muda marah," kata wanita itu dengan nafas tersengal.
"Biarkan saja, Bi Rani. Aku akan segera menemuinya," ucap Adrian Sanjaya menenangkan pembantunya.
Ny. Kalea memperhatikan ekspresi wajah Wilona yang tampak ragu-ragu sekaligus cemas. Ia merangkul bahu Wilona untuk membuatnya tenang.
"Wilo, tenanglah. Mama ada disini bersamamu," bisik Ny. Kalea.
"Selamat datang Nyonya dan Nona muda," kata Bi Rani memberikan salam.
"Terima kasih, Bi."
Adrian Sanjaya menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Ny. Kalea dan Wilona.
"Lea, Wilona, ayo kita masuk. Ikuti saja aku, kita akan langsung ke ruang makan."
"Iya, Adrian."
Wilona merasa takjub ketika melihat ruangan demi ruangan yang ada di rumah itu. Lantai berbahan marmer yang mengkilap, lampu hias gantung dari kristal serta berbagai perabotan elegan berwarna putih keemasan, membuat Wilona seakan berada di dalam istana seorang sultan.
Om Adrian ini benar-benar orang kaya,
batin Wilona terkagum-kagum.
Mereka terus berjalan hingga tiba di ruangan tengah yang sangat luas. Di sebelah kanan ruangan itu, terdapat meja makan panjang dengan sejumlah kursi yang tersusun rapi. Dari kejauhan, Wilona melihat ada seseorang yang sedang duduk di salah satu kursi itu.
"Wilona, itu anak Om. Dia juga ada di kelas sembilan sama sepertimu."
Wilona mengikuti sang pemilik rumah dari belakang. Ia melihat seorang anak laki-laki dengan kemeja biru sedang menundukkan kepalanya sambil asyik memainkan ponsel. Wajah anak itu rasanya tidak asing bagi Wilona.
"Wil, Tante Kalea dan anaknya sudah datang. Ayo Papa kenalkan dengan mereka," bujuk Tuan Adrian mendekati anaknya.
Dengan enggan, anak laki-laki itu berdiri dari kursinya. Ia mendongakkan kepala untuk melihat wajah tamu penting yang dimaksud oleh papanya.
Namun beberapa detik kemudian, matanya terbelalak lebar saat mengetahui siapa yang berkunjung ke rumahnya.
"Lea, Wilona, ini Wildan, putraku."
"Halo, Wildan," sapa Ny. Kalea mengulurkan tangannya.
Wilona dan Wildan sama-sama terpaku di tempatnya. Wilona sampai mengusap-usap matanya untuk memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi.
"Kamu?" pekik Wilona tidak percaya melihat Wildan adalah calon saudara tirinya.
"Apa nasibku seburuk ini sampai harus bersaudara dengan kamu?" balas Wildan tidak kalah sengitnya.
"Tunggu, apa kalian berdua sudah saling kenal?" tanya Tuan Adrian melihat ekspresi wajah Wildan dan Wilona.
"Iya, Pa, dia adalah si Nona Juara, teman sekelasku," jawab Wildan sinis.
"Jadi kalian berdua teman sekelas? Papa baru menyadarinya. Bagus, kalian pasti sudah akrab."
Adrian Sanjaya tersenyum senang dan mengarahkan pandangannya kepada Ny. Kalea.
"Lea, kita tidak perlu repot-repot lagi membuat mereka saling mengenal."
"Iya, Adrian."
"Kalau begitu kita makan saja sekarang."
Wilona duduk dengan lemas di kursinya. Dia tidak menyangka keadaan akan bertambah buruk. Ia sudah berusaha keras menerima pernikahan mamanya. Akan tetapi, ia tidak yakin akan sanggup menerima Wildan sebagai saudaranya. Apalagi persaudaraan itu harus berlangsung seumur hidupnya.
Pandangan Wilona tampak kosong ketika mengambil hidangan di atas meja. Walaupun menu makan malamnya lezat dan disajikan khusus oleh juru masak keluarga Sanjaya, namun selera makannya seolah hilang begitu saja.
Wilona melirik sekilas ke arah Wildan. Wajah Wildan pun tampak lesu dan tidak bersemangat. Ia hanya mengambil sedikit makanan lalu menghabiskannya dengan cepat.
"Wildan, Wilona, kalian pasti sudah tau kalau kami berdua akan segera menikah. Sebentar lagi kita akan menjadi satu keluarga. Malam ini kami ingin mengumumkan kepada kalian, kalau kami akan menikah Sabtu depan," tutur Tuan Adrian memecah keheningan.
"Apa, Pa? Sabtu depan? Kenapa mendadak sekali?" tanya Wildan tidak suka.
"Kami akan menikah secara sederhana, Wil. Makanya kami tidak membutuhkan persiapan yang lama. Seharusnya kamu senang karena tidak lama lagi akan punya Mama dan saudara perempuan. Kamu tidak akan kesepian lagi di rumah ini," kata Tuan Adrian memberikan penjelasan.
Wildan tidak menanggapi perkataan papanya. Namun wajahnya yang muram menunjukkan bahwa sebenarnya ia tidak setuju dengan rencana itu.
"Wilona, bagaimana dengan kamu? Apakah kamu setuju kalau mamamu menikah dengan Om Sabtu depan?"
"Saya terserah Mama dan Om saja," jawab Wilona singkat.
"Bagus, kita semua sudah sepakat. Setelah kami menikah, kami akan jadi orang tua kalian berdua. Om sangat berharap kalian juga belajar saling menjaga dan menyayangi satu sama lain sebagai saudara."
Wilona tersenyum kecut mendengar harapan dari calon papa tirinya itu. Mustahil baginya bisa menganggap Wildan sebagai saudaranya sendiri. Tapi paling tidak ia akan berusaha untuk tidak membenci anak itu.
...****************...
Waktu terasa berlalu begitu cepat bagi Wilona. Selama lima hari, ia menjalani kehidupan sekolahnya seperti biasa. Wilona pun bersikap senormal mungkin terhadap Wildan, seolah tidak terjadi apa-apa di antara orang tua mereka. Sayangnya, saat ini ia tidak bisa berpura-pura lagi.
Hari ini adalah hari pernikahan mamanya dengan Om Adrian. Wilona menyaksikan betapa cantiknya mamanya dalam balutan gaun pengantin berwarna putih. Om Adrian juga terlihat tampan dan gagah dalam setelan tuxedonya.
Wajah sepasang pengantin itu berseri-seri dan memancarkan rona kebahagiaan. Sangat kontras dengan ekspresi kedua anak mereka, Wilona dan Wildan. Mereka berdiri mendampingi papa dan mamanya di atas pelaminan dengan wajah datar.
"Sayang, penampilanmu sudah cantik seperti princess. Tersenyumlah sedikit kepada tamu undangan," ucap Ny. Kalea setengah berbisik.
"Iya, Ma," jawab Wilona memenuhi permintaan mamanya.
Tuan Adrian juga membisikkan sesuatu di telinga Wildan. Dalam setelan jas hitamnya, penampilan Wildan sangat berbeda dari biasanya. Jika dilihat lebih dekat, sepasang ayah dan anaknya itu memang sama-sama tampan dan mempesona.
"Wilona, apa kamu lelah? Kalau iya duduk saja dulu di meja bersama Wildan," kata Tuan Adrian memperhatikan Wilona.
"Gak, Om."
"Mulai sekarang panggil Papa, jangan Om lagi," ucap Tuan Adrian mengingatkan Wilona.
"Wil, temani Wilona duduk. Kalian berdua bisa istirahat sambil makan. Ayo cepat," pinta Tuan Adrian tanpa menunggu jawaban dari Wildan.
Meskipun dengan berat hati, mereka berdua menuruti permintaan orang tuanya. Wildan turun lebih dahulu dari pelaminan. Ia menuju ke meja khusus pengantin disusul oleh Wilona.
"Apa kamu mau aku ambilkan makanan atau minuman? Basanya kamu suka merepotkan orang lain," tanya Wildan menyindir Wilona.
"Aku bisa mengambilnya sendiri."
"Aku lihat mamamu sangat bahagia bisa menikah dengan papaku. Pasti dia senang berhasil menjadi istri CEO. Akhirnya dia mendapatkan banyak harta kekayaan tanpa perlu bersusah payah," ucap Wildan sinis.
Mendengar tuduhan Wildan yang kejam, Wilona naik pitam. Namun, ia tetap berusaha menguasai diri, agar tidak membuat malu di pesta pernikahan mamanya.
Wilona mengepalkan tangannya dengan erat sambil mendekatkan wajahnya kepada Wildan.
"Dengar, kalau kamu mengatakan hal yang buruk lagi tentang mamaku, aku gak akan segan untuk memukulmu. Apa gak ada yang mengajarimu supaya bicara sopan tentang orang tua?"
"Hah, coba saja pukul aku kalau kamu berani. Mamamu itu hanya mengincar harta papaku. Aku yakin kamu juga sama. Sekarang tujuan kalian sudah tercapai."
"Terserah kamu bicara apa. Aku gak perlu berdebat dengan anak yang picik dan angkuh sepertimu. Justru kamu yang sudah dibutakan oleh kekayaan papamu. Kata-katamu yang kasar menunjukkan sifat burukmu itu," hardik Wilona.
"Ingat, di sekolah jangan pernah mengatakan kalau kita bersaudara."
"Siapa juga yang mau bersaudara denganmu? Aku tidak akan membiarkan teman-teman tau."
"Deal, kita sepakat."
Wilona beranjak dari kursinya untuk mengambil minuman. Ia tidak ingin berbicara lebih lama dengan saudara tirinya itu, atau ia tidak akan bisa menahan amarahnya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Bintang kejora
Kelak, rasa benci akan menumbuhkan benih² cinta di hati Wildan.
Liat saja, keangkuhan itu akan runtuh dg kasih syg mamanya Wilona.
Lanjuuuuut Thor...
2021-08-04
2
Dena
Karakter Wildan sdh terlihat, pas jd penerus papanya, CEO yg sombong dan angkuh🤣🤣🤣
2021-08-03
1