"Wilo, Mama ingin mengatakan sesuatu yang penting."
"Apa ini tentang Om Adrian?" tanya Wilona menebak dari ekspresi wajah mamanya.
Ny. Kalea mencoba berhati-hati untuk melanjutkan perkataannya. Ia tidak ingin melukai hati putri semata wayangnya itu.
"Sayang, apa kamu setuju kalau Mama menikah lagi? Sebenarnya kemarin saat makan malam, Om Adrian melamar Mama. Tapi Mama belum memberikan jawaban. Mama ingin tau pendapatmu dulu."
Wilona tidak terlalu terkejut mendengar apa yang disampaikan mamanya. Ia sudah menebak bahwa cepat atau lambat, Om Adrian pasti akan menikahi mamanya. Tapi Wilona tidak menduga hal ini akan terjadi lebih cepat daripada perkiraannya.
Wilona menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan yang sulit itu.
"Ma, apa Mama suka pada Om Adrian seperti Mama menyukai Papa?"
Pertanyaan Wilona membuat Ny. Kalea bingung harus menjawab apa. Mustahil baginya untuk mengakui kepada Wilona bahwa Adrian Sanjaya adalah cinta pertamanya. Di masa mudanya, mereka berdua merupakan sepasang kekasih yang saling mencintai. Sayangnya takdir berkata lain. Adrian yang menjadi pewaris kekayaan keluarga Sanjaya, sudah dijodohkan dengan gadis dari keluarga terpandang. Karena itu, Kalea muda memilih untuk mundur.
Butuh waktu cukup lama baginya untuk bisa melupakan Adrian. Untung saja ada Calvin, sahabat Adrian, yang selalu siap menghiburnya. Karena kesabaran Calvin, Kalea lambat laun sembuh dari patah hatinya. Hingga akhirnya mereka menikah dan memiliki seorang putri kecil bernama Wilona.
"Wilo, di usiamu sekarang kamu belum paham perbedaan antara rasa suka dengan cinta. Pernikahan antara orang dewasa bukan hanya didasari rasa suka, tapi juga tanggung jawab. Selain itu harus bisa saling memahami satu sama lain."
Mama tidak menjawab pertanyaanku secara langsung. Aku yakin Mama suka pada Om Adrian, tapi dia tidak mau mengakuinya.
"Aku terserah Mama saja. Asalkan Mama bahagia, aku tidak keberatan. Tapi, Mama jangan minta Wilo menganggap Om Adrian sebagai pengganti Papa," kata Wilona memalingkan wajahnya.
Ny. Kalea membelai rambut Wilona untuk menenangkan perasaannya.
"Papamu tidak akan tergantikan oleh siapapun, Wilo. Mama bersedia menikah lagi karena memikirkan masa depanmu. Om Adrian itu pria yang baik, dia bisa melindungi kita. Nanti kamu juga bisa kuliah di universitas yang terbaik. Bukankah kamu ingin menjadi seorang guru?"
"Iya, Ma. Lalu kapan Mama akan menikah?"
"Mama belum tau, Sayang. Besok Minggu Om Adrian mengundang kita makan malam di rumahnya. Sekaligus kita akan berkenalan dengan anaknya Om Adrian. Anaknya itu laki-laki dan sebaya dengan kamu. Mama yakin kalian akan lebih mudah berteman karena seumuran. Setelah kalian berdua bertemu, kami baru akan mengumumkan tanggal pernikahan."
Wilona menganggukkan kepalanya walaupun hatinya masih bergejolak.
"Kalau Mama sudah menikah, apakah Mama masih bisa tidur sekamar dengan Wilo?" tanya Wilona dengan polos.
"Sayang, kita pikirkan itu nanti. Tidurlah, besok kamu harus bangun pagi. Jangan sampai terlambat ke sekolah."
"Iya, Ma," jawab Wilona memejamkan matanya di pelukan mamanya.
Seandainya Mama tau, aku tidak rela Mama menikah lagi. Tapi aku pura-pura setuju demi kebahagiaan Mama,
batin Wilona menahan kesedihan.
...****************...
"Oiiii...Wilo," seru Gabby menepuk bahu Wilona.
"Eh, ada apa?" tanya Wilona tersadar dari lamunannya.
Wilona masih memikirkan rencana pernikahan mamanya yang terkesan begitu tiba-tiba.
"Ada apa gimana? Kamu ketua kelompok Wilo. Tugasmu membawa tanaman kita ke depan lab supaya kena udara luar. Dari tadi kamu bengong aja memegangi pot tanaman."
"I..iya, tunggu..."
"Buruan, nanti Bu Erna marah. Kelompok lain udah kumpulin tanamannya lho."
"Iya nih, si Wilo dari tadi nglamun aja. Aku pengen cepat selesai supaya bisa pulang ke rumah. Perutku udah teriak minta makan," sahut Ovi yang selalu ingin makan hingga tubuhnya semakin gempal.
"Iya, iya, aku keluar sekarang."
Wilona tergesa-gesa bangkit dari kursinya agar tidak mendengar omelan dari teman sekelompoknya.
Karena berjalan terlalu cepat, ia tidak sadar telah menabrak seseorang yang masuk ke dalam lab.
"Uupss, sorry..." pekik Wilona melihat sebagian tanah di dalam potnya terpercik ke seragam anak itu.
"Aduh, kamu jalan pakai mata gak? Lihat celanaku jadi kotor kena tanah."
Wilona mendongakkan kepalanya ke atas dan terkejut ketika mengetahui siapa yang ditabraknya.
Astaga, Wildan!
Wildan memandang Wilona dengan tatapan penuh kemarahan.
"Maaf, maaf, aku akan membantumu membersihkannya nanti. Aku letakkan dulu tanamanku di depan," ucap Wilona merasa malu dengan kecerobohannya.
Setengah berlari, Wilona menuju ke halaman lalu meletakkan tanamannya di tempat yang masih kosong. Ia buru-buru kembali ke lab untuk memperbaiki kesalahannya pada Wildan.
"Ovi, kamu bawa tissue gak di sakumu? Tolong beri aku beberapa lembar. Aku tadi gak sengaja menumpahkan tanah di seragam Wildan."
Ovi mengambil tissue dari dalam sakunya. Anak itu sengaja membawa tissue kemana-mana karena tubuhnya mudah sekali berkeringat.
"Makanya jangan melamun terus, Wilo. Ini tissuenya."
"Makasih, Ovi."
"Kasihan Wildan, cakep-cakep bajunya jadi kotor gara-gara Wilona," ujar Gabby menimpali.
Wilona tidak menghiraukan kata-kata kedua temannya. Ia menghampiri Wildan yang masih sibuk menepuk noda tanah dari celananya.
"Biar aku yang membersihkannya," kata Wilona menawarkan bantuan.
"Kamu mau menyentuh celanaku? Apa kamu tidak malu?" tanya Wildan yang diiringi gelak tawa teman-teman cowok sekelompoknya.
"Wah wah, Wilo mau pegang celana Wildan, ini bahaya," ledek Thomas.
Thomas adalah cowok tinggi berambut keriting, yang gemar membuat lelucon dan menyebarkan gosip di dalam kelas.
Wajah Wilona memerah karena merasa dipermalukan di hadapan teman-temannya. Tapi ia tetap berusaha menenangkan diri untuk meredakan rasa malunya.
"Kalau begitu coba bersihkan dengan tissue ini," ucap Wilona menyerahkan tissue yang dipegangnya.
Dengan enggan, Wildan menerima tissue dari tangan Wilona dan mengusap kotoran di celananya.
"Hah, tissue seperti ini mana bisa membersihkan noda tanah. Ini semua salahmu," gerutu Wildan kesal.
"Wil, jangan marah-marah. Wilona khan gak sengaja. Nanti tinggal suruh pembantumu mencucinya. Ini sudah jam pelajaran terakhir, sebentar lagi kita juga akan pulang," kata Nelson mencoba membela Wilona.
Thomas langsung bereaksi mendengar ucapan Nelson. Dia memang paling suka menghebohkan situasi di dalam kelasnya.
"Cieee... Nelson belain Wilona. Jangan-jangan naksir."
"Ada apa ini, kenapa kalian semua ribut di dalam lab? Baru saya tinggal beberapa menit, tapi kalian sudah tidak bisa menjaga sikap," seru Bu Erna memarahi murid-muridnya yang sedang berkerumun.
Bu Erna membetulkan letak kacamatanya lalu mengarahkan pandangannya kepada Thomas.
"Thomas, kamu mengatakan apa tadi? Apa ini ulahmu?"
"Eee.., maaf Bu, bukan saya. Itu Wilona gak sengaja menumpahkan tanah di celana Wildan."
Bu Erna mendekati Wildan dan memicingkan matanya.
"Nodanya tidak terlalu banyak. Nanti kamu cuci bersih saja di rumah."
"Maafkan saya, Bu," ucap Wilona menundukkan kepalanya.
Ia benar-benar merasa bersalah atas situasi yang terjadi saat ini.
Bu Erna tidak menanggapi permintaan maaf Wilona. Ia justru memandangi muridnya satu per satu.
"Apa tugas kalian semua sudah selesai?"
"Sudah Bu," jawab mereka serempak.
"Kalau begitu bereskan meja, lalu kembali ke kelas. Jam pelajaran Sains sudah selesai. Lain kali saya tidak akan mentolerir keributan apapun selama pelajaran Sains. Mengerti semuanya?"
"Mengerti, Bu."
"Tunggu! Hari ini yang bertugas membersihkan lab dan mengunci pintu adalah pasangan double U, Wildan dan Wilona. Kalian berdua sudah menyebabkan keributan. Jadi, saya serahkan tugas piket pada kalian berdua."
"Iya, Bu. Sekali lagi saya minta maaf," jawab Wilona menyesal.
Tanpa menunggu lama, teman-teman sekelas Wilona kabur secepat kilat untuk meninggalkan lab. Mereka tidak ingin menjadi sasaran kemarahan Bu Erna yang terkenal galak itu.
"Karena nilai Sains kalian berdua bagus, bukan berarti saya akan mengabaikan kesalahan kalian. Sekarang selesaikan tugas kalian dengan baik lalu kalian bisa pulang. Saya akan kembali ke ruang guru."
"Iya, Bu," jawab Wilona dan Wildan bersamaan.
Setelah Bu Erna meninggalkan lab, Wilona segera mengembalikan peralatan ke raknya. Sementara Wildan merapikan dan mengumpulkan kotoran dari atas meja.
"Biar aku yang membersihkan sisa kotorannya," kata Wilona sembari mengelap meja.
"Kamu tau ini semua salahmu dan aku yang terkena getahnya. Seharusnya kamu sendiri yang melakukan semua ini," jawab Wildan sinis.
"Kalau kamu keberatan, kamu boleh pulang. Aku bisa membereskan lab sendiri. Aku tau ini memang salahku, tidak perlu diungkit lagi," bantah Wilona merasa dipojokkan.
"Kamu pikir Bu Erna akan diam saja kalau melihatku pulang? Selesaikan saja tugasmu dengan cepat. Merepotkan aku saja," gerutu Wildan.
Dia ini benar-benar pemarah dan pendendam. Semoga aku tidak berurusan lagi dengannya,
batin Wilona melirik ke arah Wildan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Rini Sarmilah
Ok dah like dan favorite jangan lupa saling mendukung ya
2021-09-21
0
Bintang kejora
Jgn² Wildan, anaknya Om Andrian. Kl bnr bgtu berarti akan jd saudara tiri Wilona.
Makin seru deh.
Lanjuuuut Thor....
2021-08-01
0
Dena
lanjutttt🥰🥰🥰
2021-08-01
0