Bara yang tengah kesal semakin kesal karena mendengar tangisan seorang bayi yang ada di hadapannya. Sungguh hidup nya begitu membuat nya muak.
"Aaaah. Bi... bibi." panggil bibi pembantu nya dengan berteriak.
"Iya tuan." jawab nya dengan tergopoh-gopoh menghampiri tuanya.
"Bawa bayi ini dan urus semua kebutuhan nya, aku tidak mengerti urusan bayi." kesal Bara seraya pergi menaiki tangga.
"Baik tuan." ucapnya mengerti dan membawa bayi malang itu untuk ia berikan susu formula agar tangisan nya bisa berhentilah.
"Si alan! Ah berengsek!" kesal Bara pun marah-marah di dalam kamarnya.
"Aku bingung harus bagaimana sekarang, aku akan mengetes DNA bayi itu, karena aku tidak akan percaya begitu saja, apa bayi itu anak ku atau bukan." gumamnya kesal.
Sedangkan Tari kini dia sudah berada di luar negeri, tepatnya di negara X. Negara X kenapa Tari pilih, karena di sanalah saudara omah Mayang berada. Tadinya Tari akan tinggal di tempat sahabatnya, namun karena sahabat nya pun sudah pulang ke Indonesia Tari jadi tidak jadi, dan akhirnya omah Mayang ya menawarkan untuk tinggal di negara X bersama saudara perempuan nya.
Tari merasa bersyukur memiliki omah Mayang yang baik mau membantu dan menyayangi nya seperti anak kandung nya sendiri.
"Omah Mayang apa omah benar tidak mau tinggal di sini?" tanya Tari merasa sedih bila meninggalkan omah Mayang sendirian di Indonesia padahal selama ini mereka berdua selalu bersama.
"Tidak apa-apa nak omah bisa menjaga diri omah di sana, tidak usah khawatir, kalau ada apa-apa omah akan beri tahu kamu." ujarnya menenangkan.
"Aku sedih omah karena kita akan berjauhan, apa aku kembali saja ke Indonesia, kita tinggal di sana bersama." Tari menawarkan untuk tinggal bersama lagi.
"Nak kamu harus menjaga anak mu, apa kamu mau bertemu dengan laki-laki ayah kandung mereka, kamu ingin melupakan semua nya kan? Jadi bertahan lah omah yakin kamu bisa melewati ini semua, bukalah usaha di sini, tempat ini kesempatan untuk kamu berkembang untuk menghidupi kedua bayimu ini." ujar Omah Mayang seraya menatap kedua bayi yang tertidur di dekatnya.
Tari menatap wajah Omah Mayang dengan tatapan sendu lalu ia pun memeluk omah Mayang dengan sayang. "Jaga kesehatan omah di sana ya, aku akan selalu memberi kabar padamu, aku janji." ucapnya.
"Ya kamu juga jaga kedua bayimu dengan baik, jaga kesehatan kamu selama di sini." tutur omah dengan lembut.
Pada akhirnya Tari tinggal di negara X, ia membuka kembali usaha toko kue seperti sebelum-sebelumnya. Ini kesempatan untuk dirinya membuka usaha lagi, siapa tahu di sini toko kue nya berjalan dengan lancar.
Hari-hari Tari lewati, menjalankan segala aktivitasnya bersama adik perempuan dari omah Mayang, Tari memanggil nya dengan sebutan grand mom, dia juga hidup sendiri namun bedanya dia memiliki anak tapi sudah menikah sedangkan suaminya ia sudah lama bercerai jadi omah Mayang menyuruh Tari untuk tinggal bersamanya.
Grand mom baik seperti Omah Mayang, dan dia juga selalu bilang merasa bahagia sejak bertemu dengan Tari dan kedua anaknya.
Usaha Tari berkembang, orang-orang menyukai kue buatan Tari, dia selalu kreatif dalam membuat kue, banyak kue baru yang ia buat dan orang yang tinggal di sana menyukainya.
*
*
*
Tujuh tahun kemudian, Tari yang tengah sibuk membuat kue-kue nya pun terkejut saat anak keduanya yang bernama Bintang itu mengagetkan nya.
"Ibu..." teriaknya.
Tari mengajarkan kedua anaknya berbahasa Indonesia karena Tari tidak mau jika anaknya sampai melupakan tanah kelahirannya dan kedua anaknya itu pun memanggil padanya pun ibu agar terasa seperti tinggal di Indonesia.
"Sayang jangan seperti itu, bagaimana jika ibu memiliki riwayat penyakit jantung." omel Tari pada Bintang yang mengagetkan nya.
"Hehehe maaf ibu, aku kan hanya bercanda, aku bosan ibu diam di rumah terus." gerutu nya.
"Sayang kakak Langit kemana?" tanya Tari.
"Kakak pergi Bu, ibu lupa kalau kak Langit di panggil pihak kepolisian untuk penyelidikan kasus yang sedang mereka jalani." terang Bintang menjelaskan.
Tari menepuk jidatnya. "Ya ampun ibu lupa. Ya sudah lebih baik kamu bantu ibu saja agar kamu tidak bosan." tawar Tari pada Bintang.
Tari memang selalu membuat adonan kue oleh dirinya sendiri, karena rasa nya selalu berbeda jika bukan Tari yang membuat mereka selalu tahu saja, ada konsumen yang bilang rasanya berbeda. Ntah apa yang membuat berbeda padahal semua bahan sama.
Tak lama sebuah deringan telepon membuat Tari dan Bintang menoleh pada handphone yang tergeletak di dekat nya.
"Sayang boleh ibu meminta tolong, coba kamu angkat telepon nya, tangan ibu kotor." pinta Tari lembut.
"Ok." jawab Bintang cepat seraya meraih handphone ibunya tergelatak itu.
"Hallo." ucap Bintang.
"Oh ok." sahut nya setelah menutup panggilan itu.
"Siapa sayang?" tanya Mentari tanpa menatap putri cantik nya.
"Aku di panggil oleh pihak kepolisian Bu." jawab nya.
"Kepolisian?" tanya Tari terkejut.
"Untuk apa? Ah mungkin penelepon itu salah sambung." terang Tari tidak percaya.
"Hehehe ibu belum tahu ya, aku kan memang sering di panggil polisi untuk membantu anggota kepolisian seperti kak langit, hanya saja aku membantu sebagai menggambarkan sketsa wajah si pelaku. Kata mereka sih sketsa hasil gambar aku selalu ok." ucap nya dengan bangga.
"Oh ya serius kamu nak?" tanyanya meyakinkan.
"Yes, serius Bu... antarkan aku ya Bu." pintanya.
"Ok sebentar ya, ibu selesai kan dulu adonan nya. Hanya adonannya kok." ya bentuk kue nya sih para karyawan nya yang membuat Tari hanya mengadoni nya saja.
"Ok, aku siap-siap dahulu." ijin Bintang seraya pergi ke kamarnya.
Tidak lama Tari dan juga bintang pun pergi ke kantor polisi untuk memenuhi panggilan pihak kepolisian kepada Bintang untuk menggambarkan sketsa wajah si pelaku kejahatan.
Berbagai kasus kepolisian selalu bisa di tangani oleh Langit dan juga Bintang. Mungkin jika Langit, Tari sudah mengetahui selalu membantu pihak kepolisian namun Bintang ia baru saja mengetahui nya.
"Ibu pulang saja, nanti aku pulang bersama kak Langit." ucap Bintang.
"Kamu benar bisa pulang berdua hanya dengan kakak kamu?" tanya Tari meyakinkan.
"Iya Bu, tenang saja." ucapnya penuh yakin.
"Ok kalau begitu ibu pulang ya, kalau ada apa-apa langsung telepon ibu." titah nya.
"Ya ibu ku sayang." ucapnya lembut.
Tari tersenyum melihat tumbuh kembang anak-anaknya. Sehat, pintar dan cerdas malah sering di sebut jenius. Ia jadi mengingat anak kembar nya yang di berikan kepada laki-laki yang sangat ia benci dan sangat ia hindari.
"Hah." Tari mendesah. "Apa kabar kamu nak, apa kamu baik-baik saja di sana? Apa ayah kandung mu disana memperlakukan mu dengan baik." batin Tari ia jadi merindukan Angkasa anak kembar nya itu. Tari menutup kedua matanya ia merasa bersalah karena memisahkan anak kembarnya.
Delapan tahun sudah Tari melewati hari-hari nya di luar negeri dan tujuh tahun sudah ia berpisah dengan Angkasa putra kembar keduanya.
Di saat Tari tengah melamun sendirian, ia di kejutkan dengan suara handphone nya yang berdering.
"Omah?" gumamnya.
"Ya hallo omah."
"Apa?"
"Aku tidak mendapatkan kabar apapun dari mereka. Sungguh keterlaluan!"
"Terima kasih omah." Tut panggilan itu terputus.
Tari benar-benar merasa kesal karena ia tidak tahu kabar tentang ayahnya yang sakit keras, kalau saja Omah Mayang tidak memberi tahukan kepadanya mungkin sampai kapanpun Tari tidak akan pernah tahu bagaimana keadaan ayahnya itu.
"Mereka sungguh sangat menyebalkan!" geram Tari kesal.
"Aku harus pulang ke Indonesia, aku khawatir dengan keadaan ayah di sana." gumamnya.
Tari menghela nafasnya berat. "Tapi aku takut bertemu dengan laki-laki itu." batin nya takut.
"Tapi kan Indonesia luas, kalau hanya satu Minggu dua Minggu aku rasa aku dan anak-anak ku tidak akan bertemu dengan dia." pikir Tari.
"Ya aku harus ke Indonesia." ucapnya mantap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Alya Yuni
Kau jdi pelcur aja Tari prmpuan bodoh
novel gni pantas gk ada yg trtarik bca
2022-12-27
0
Kar Genjreng
ohhh Anak genius ya bisa membantu Kepolisian...cuma kasian yang di pisah Angkasa hanya mendapatkan kasih sayang pengasuh..😭😭😭😭
2022-12-21
0
Aira💕
thor kenapa buat Tari memisahkan anak2nya..harusnya ikatan seorang ibu lebih kuat. karena anak adalah rejeki dari sang pencipta, walau krn alasan finansial.
2022-06-18
0