...BAB 4...
...Curhat Dengan Sahabat...
Keesokan harinya, di sebuah kota besar di negara Singapura. Kiara sudah bersiap pergi ke kampus dengan naik mobil merahnya. Mesin mobil dinyalakan dan sebelum melajukannya dia kembali mengecek ponselnya dan sudah ada beberapa pesan masuk untuknya, tentu dia sudah tahu siapa yang sering mengirimnya pesan beruntun itu setiap pagi dan malam hari tak lain adalah.
"Didit lagi...Didit lagi..." pekiknya. "Haah tidak bisakah seharian ini saja dia tidak menggangguku!" gerutunya.
Kiara mematikan lagi ponselnya dengan jengkel dan menjalankan mobilnya menuju kampus.
"Huh, aku tak habis pikir dengannya, padahal aku sengaja menjauhinya, lalu aku sudah ganti nomor ponselku...tapi dia masih tetap bisa menghubungiku! ini semua gara-gara mama! pasti mama yang sudah berikan nomer baruku...haaah, mama! kenapa sih aku mesti di jodohin sama cowo seperti diaa? udah cupu ga ada keren-kerennya juga lagi!" gerutunya sendiri sambil menggertakan giginya.
Sejenak Kiara terdiam dan pandangannya melihat ke gantungan boneka kucing yang tertempel di kaca mobilnya.
"Sorry Dit, aku kuliah di Singapura karena ingin menyusul Kak Angga, dia adalah pria satu-satunya yang aku sukai.." gumamnya sambil menyentuh boneka kucing kecil yang bergoyang-goyang itu. "Ini adalah benda pertama kalinya yang dia berikan untukku...hem..Kak Angga..." riuhnya.
Seketika itu Kiara teringat pada sahabat baiknya. "Reva?! sekarang dia kabarnya bagaimana yah? sudah hampir satu bulan lebih ini aku belum sempat menghubunginya karena terlalu sibuk dengan kuliahku."
Kiara kembali mengambil handphonenya dan mulai mengetik pesan lalu mengirimnya pada Reva.
"Disaat aku ingin curhat begini hanya kamu saja tempat yang paling nyaman bagiku..." celotehnya terkekeh. Lama sekali pesan itu belum juga dibalasnya hingga setelah 15 menit kemudian akhirnya dia sampai tempat tujuan. Kiara memarkirkan mobilnya segera di area parkir kampus, dan kedatangannya juga sudah di tunggu oleh teman-temannya satu Negara dari tadi.
"Kiara hey..." panggil salah satu dari mereka.
"Hey..." serunya sambil berlari-lari kecil menghampiri mereka.
"Kupikir kamu tidak akan masuk hari ini!" sindir teman A.
"Siapa bilang Kiara ga bakalan masuk? hari ini kan ada kelasnya Pak Angga!" celetuk teman B. Mereka lalu saling melirik ke arah Kiara yang sudah memerah karena malu. "Cieee..." seru mereka serentak.
"Apaan sih kalian ini? sudah-sudah nanti kita telat tahu, ini sudah pukul 8, ayo cepat kita ke kelas!" teriaknya mengalihkan pembicaraan lalu dia pergi melenggang duluan.
"Semangat sekali sihh!" oceh teman C. Mereka pun ikut mengekor di belakang Kiara dengan langkah tergesa-gesa.
☘️
☘️
☘️
Reva telah sampai di Restorant. Dia turun dari motor Mira tetangganya. Setiap berangkat Reva memang selalu ikut nebeng dengan Mira, yang kebetulan kampus Mira searah dengan tempat kerjanya. Karena dia memang tidak punya kendaraan sendiri.
"Ya sudah ya mbak, Mira berangkat dulu..."
"Iya...makasih yaa Mir! hati-hati di jalan jangan ngebut..."
"Oke mbak!" serunya kembali melajukan motor maticnya.
Reva melangkah pelan ke tempat matapencahariannya. Dimana dia sendiri harus bekerja jadi tulang punggung keluarga. Karena Bang Toni kakak Reva belum bisa diandalkan. Entah kapan Toni bisa diajak kerjasama dengannya.
"Hah, hanya ini saja uang gajiku yang tersisa..." lirihnya melihat isi dompet hanya 100ribu rupiah saja. "Semalam bang Toni sama sekali tidak pulang ke rumah, aah seandainya Kiara ada disini mungkin aku bisa pinjam dulu kepadanya. Buat bayar tagihan listrik dan air itulah yang lebih utama..." gumamnya lagi, tersedu-sedu.
Setelah sampai di dapur Restorant Reva menyimpan tasnya dan mulai mengganti pakaiannya di kamar mandi dengan pakaian khusus untuk pelayan Restorant. Dia kembali menaruh baju biasanya di tasnya. Reva mengecek ponselnya terlebih dahulu terlihat ada satu pesan whatsapp masuk dengan nomer baru untuknya dia terkejut senang dan ternyata itu dari Kiara. Lekas dia membalas pesan dari sahabatnya itu.
"Kenapa nomermu gonta-ganti terus sih?" gerutunya mengetik dengan kesal. "Kalau ganti nomer seharusnya cepat-cepat beritahu aku! sekarang aku sedang bekerja, kau bisa hubungi aku sewaktu jam istirahat nanti pukul 12 siang!" ketiknya.
Reva menghembus nafas dengan kencang dan dia kembali menaruh ponselnya di dalam tasnya, lalu di simpannya tas itu ke rak khusus miliknya, dan dia menyusul bekerja dengan yang lainnya di dapur.
Waktu pun berlalu dan hari sudah menunjukkan pukul 12 siang. Reva bergegas mengambil ponselnya dan mengambil jatah makan siangnya lalu pergi ke lantai atas, guna menghubungi kembali Kiara yang sempat tadi terpotong karena harus bekerja.
Di seberang suara getaran handphone Kiara terasa bergemuruh di dalam tasnya yang dia simpan di meja perpustakaan, yang saat itu Kiara sedang asyik berbincang dengan seniornya dahulu sekaligus Asdos di kampusnya.
"Sepertinya ponselmu bergetar!" sahut Angga.
"Ah benarkah?" Kiara terkejut lalu mengambil dan merogoh benda pipih itu di dalam tasnya.
"Ini dari Reva!" gumamnya senang. "Emm...Kak Angga aku keluar sebentar yah, ini telepon dari Reva..."
"Iya..." jawabnya memanggut dan tersenyum pada Kiara lalu dia mencatat lagi sesuatu di buku tulisnya. Kiara lalu melenggang pergi keluar perpustakaan, dan mencari tempat sepi. Reva yang saat itu ingin menghubungi dirinya lewat VC.
"Hey kok lama sekali sih angkat teleponnya?" gerutu Reva yang sudah siap dari tadi. Sambil mengunyah nasi dan sayur di mulutnya.
"Sorry aku tadi lagi ngobrol sama Kak Angga!" girangnya berseri-seri.
"Apa, benarkah itu? berarti kau sudah bertemu dengannya!" sahut Reva ikut senang.
Kiara memanggutkan kepalanya sambil alis diangkat naik turun bangga. "Dia ternyata Asistennya dosenku...aaah kau tidak tahu betapa senangnya hatiku saat ini..."
"Syukurlah aku ikut senang mendengarnya..." Reva pun ikut tersenyum senang melihat sahabatnya di negara seberang sana dalam keadaan bahagia. "Nah ngomong-ngomong kenapa sih nomermu sering ganti, aku kan jadi kesulitan menghubungi kamu!" lanjutnya lagi.
Seketika raut wajah Kiara kesal. "Sorry aku emang sengaja mengganti nomerku, karena Didit selalu saja menggangguku!"
"Didit? Didit siapa sih?" tanya Reva.
"Emm...Rev, maaf aku menyembunyikan ini sama kamu...Sebenarnya aku sudah bertunangan. Setelah satu bulan lulus SMA dulu aku dipaksa dijodohkan oleh orangtuaku...dan Didit yang kumaksud adalah tunanganku..."
"A-apa? haha apa kau sedang bercanda denganku?" sahut Reva mengernyit belum percaya, Kiara menggelengkan kepalanya.
"Tidak Rev aku serius...aku memang sudah bertunangan, disini aku sedang bimbang sebenarnya...di sisi lain aku kasihan sama Didit yang terlalu berharap padaku dan juga permintaan orangtuaku, tapi aku juga tidak mau kehilangan kak Angga..." lirihnya yang tiba-tiba menangis.
Reva tertegun mendengarnya, "Ra...kalau begini terus lebih baik kamu terus terang saja pada Didit kalau kamu mencintai pria lain...dan bicarakan juga baik-baik dengan keluargamu kalau kamu ingin mengakhiri hubungan pertunangan kalian..."
"Aku sih maunya gitu, tapi...itu akan kulakukan setelah aku benar-benar menjalin hubungan dengan Kak Angga makanya aku minta saranmu, bagaimana supaya Kak Angga jatuh hati padaku!"
"Kok harus sampai nunggu Kak Angga sih?"
"Supaya nanti aku bisa kenalin Kak Angga sama orangtuaku Rev..."
"Emm begitu yaa, Aku sarankan kamu, sebaiknya jangan terlalu agresif dengan pria, biasanya pria bertipe dingin seperti kak Angga akan menjauhi gadis centil seperti kamu, hi hi kamu mengerti?"
"Huu enak aja aku dibilang centil! terus gimana dong caraku agar bisa semakin dekat dengan dia?"
"Cari-cari kesempatanlah supaya dia bisa terkagum sama kamu...cari sesuatu yang dia sukai dan kamu pun juga menyukai hobinya itu.." saran Reva.
"Yaah idemu boleh juga" menyunggingkan senyum di sudut bibirnya. "Eh by the way...kamu sekarang kerja dimana?"
"Aku bekerja di Restorant Jepang, dan sebagai waiter. Emm Ra...sebenarnya aku punya masalah..."
"Masalah apa?"
"Aku perlu uang, mau pinjam padamu untuk bayar tagihan listrik dan air...soalnya upah pertamaku raib semuanya diambil oleh abangku.."
"Yaa Tuhan... eh, bang Toni itu keterlaluan banget sih Rev,.ya sudah berapa yang kamu perlukan?"
"Aku pinjam 500ribu saja, bulan depan aku pasti akan kembalikan lagi..."
Kiara tersenyum pahit melihat kondisi Reva, keadaannya tidak berubah seperti dulu yang selalu saja di tindas oleh abangnya sendiri.
"Baiklah kirim no rekeningnya sekarang, akan ku kirim uangnya nanti sore..." sahut Kiara. Reva seketika itu tersenyum terharu dan tidak berhenti mengucapkan terimakasih.
"Terimakasih ya Ra...kamu memang sahabat terbaikku..." riuhnya sambil meneteskan air matanya. Kiara pun terlihat ikut menangis di layar ponsel itu.
bersambung...
...***...
jangan lupa like dan komentarnya ya readers..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
koq memanggut, thor ?
bukannya mengangguk ya? 🤔
2023-01-11
1
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
asa aneh, thor .... nama temennya pake abjad ... 🤭😁
2023-01-11
1
Fiah msi probolinggo
sulit wes jika cinta harus berkecimplung dengan perasahabayan
2022-01-11
0