...BAB 2...
...Pria Baik Hati...
"Tunggu, mbaknya mau kemana?" tanyanya menghentikan langkah Reva.
"Saya mau ke apotek sana!" ketusnya.
"Dengan berhujan-hujanan seperti itu?"
"Memangnya kenapa? lagipula saya sudah terlanjur basah!"
"Em kita menyebrang bersama saja. Saya juga hendak ke apotek..." sahutnya lalu mendekatkan dirinya dengan Reva dan memayungi kepala gadis itu.
Reva terkesiap kaget ketika pria itu mendekat berdiri di depannya. Sekejap mereka saling beradu pandang.
"Em...Te-terimakasih, tidak perlu repot-repot..." jawabnya tergugup memundurkan sedikit langkahnya, karena baru pertama kali itu dia begitu berdekatan kontak dengan seorang Pria selain ayah dan kakaknya saja. Pria itu tersenyum pada Reva dan memanggutkan kepalanya.
"Tidak apa-apa kok mbak, ayo..." sahutnya memayungi kepalanya lagi, namun Reva pun akhirnya menurutinya juga.
Setelah jalan raya sepi kendaraan. Mereka melangkah bersama menyebrangi jalan, lalu masuk ke dalam apotek melewati pintu kaca yang di dorong pelan pria itu. Reva mengibas-ngibaskan lengan bajunya sendiri dengan tubuh yang sudah menggigil kedinginan karena terguyur air hujan tadi.
Pria itu segera menutup payungnya dan menyimpannya di pojok ruangan apotek. Lalu dia segera membeli pesanan ibunya tadi di telepon.
Reva pun sama-sama akan membeli obat. Setelah Reva tahu ternyata uang yang dipegangnya tidaklah cukup, dia sangat kebingungan, dan terpaksa hari itu pun, dia tak jadi lagi membelikan obat untuk ayahnya.
"Em...maaf mbak saya tidak jadi membelinya..." ucapnya. Si mbak pelayan apotek itu memanggut. 'Ah...bagaimana ini, harga obat untuk bapak ternyata mahal sekali...' pikirnya, mendengus, sedih untuk memikirkannya.
Reva lalu kembali keluar apotek itu sedangkan pria tadi melihatnya, terheran dan bertanya-tanya dengannya, setelah ia pun selesai membeli pesanan untuk ibunya. Dia pun mengikutinya dari belakang.
"Ada apa? mbak ga jadi beli obatnya?" tanyanya. Reva menoleh ke arahnya sambil menggelengkan kepalanya.
"Emm...uangku tidak cukup.." jawabnya tersenyum pahit ke arahnya. "Ah maaf, saya harus segera pulang...permisi..." sahutnya merengkuhkan kepalanya pada pria tersebut. Hendak pergi meninggalkan si pria itu. Tapi lagi-lagi langkahnya di hentikan olehnya.
"Tunggu sebentar mbak, apa nama obat yang ingin kamu beli barusan?" tanyanya tiba-tiba. Reva kembali menengok ke arahnya dan mengernyitkan dahinya kaget.
"Eng...memangnya, kenapa mas?"
"Biar saya yang belikan obatmu..." tawarnya. "Karena saya yang telah membuat pakaian mbak jadi kotor, jadi sebagai gantinya biar saya yang belikan obat itu buat mbak..." sahutnya lagi.
"Tidak perlu repot-repot mas!" sahutnya sungkan, menolak kebaikan si pria tersebut.
"Tidak apa-apa kok mbak...saya malah senang bisa membantumu.."
Reva memanggut malu, yang pada akhirnya dia pun menerima pemberiannya, melihat pria asing yang baru saja bertemu dengannya ternyata adalah seorang pria yang baik hati. Kapan lagi kesempatan ini dia dapatkan, bisa membelikan obat untuk sang ayah adalah sebuah harapannya dari dulu, agar ayahnya bisa kembali sehat lagi.
"Nama obatnya Cordepro Bharata" sahutnya yang lekas menundukkan pandangannya dari pria tersebut sebab ia serasa malu karena ditatapinya terus. Namun pria itu tetap saja tersenyum ke arahnya.
"Em..Baiklah kalau begitu mbak tunggu disini dulu ya..." sahutnya lembut, lalu dia kembali masuk ke dalam apotek dan membelinya.
Dari luar kaca toko obat itu, Reva terus memperhatikan punggung lebar dan gerak-gerik si pria tersebut. Dia pun tersenyum memandangi pria yang baik hati itu, karena tak hanya suka menolong namun dia pun memiliki sikap yang ramah pada setiap orang dia temui.
Pria itu keluar lagi setelah membeli obat Reva, lalu memberikannya pada gadis itu.
"Ini mbak.." Reva jadi terharu, matanya berkaca-kaca karena bahagia, dan mulutnya tidak berhenti mengucapkan terimakasih kepadanya.
"Terimakasih ya mas...terimakasih banyak..." ucapnya lirih setelah menerima kantung plastik obat tersebut darinya.
"Sama-sama...eng kalau boleh tahu, untuk siapa obat itu mbak? apa mbaknya punya sakit ginjal?" tanyanya dengan raut muka penasaran, Reva menggelengkan kepalanya.
"Ini untuk Bapak saya mas..."
Pria itu mengernyit kaget dan memanggutkan kepalanya. "Oh...jadi ayahnya mbak mengalami sakit ginjal, sudah berapa lama itu mbak?"
"Sudah, dua tahun lebih mas...sejak saya lulus SMA, bapak bekerja keras menghidupi keluarga, dan sangking semangatnya bekerja beliau jadi lupa diri dengan kondisi tubuhnya, dia sering kurang minum air hingga akhirnya ginjalnya meradang dan semakin parah.." ujarnya dengan wajah sendu.
"Emm..." gumamnya memanggutkan kepalanya ikut prihatin mendengar cerita Reva.
Reva kembali menggigil dengan pakaian basahnya sambil mendekapkan kedua tangannya erat-erat, dan terlihat oleh pria itu. Dia pun langsung membuka jaket tebalnya lalu memberikannya pada Reva.
"Mbak sepertinya kedinginan, ini pakailah..!" tiba-tiba. Reva terkejut ke arahnya.
"Te-terima kasih tidak perlu mas..."sahutnya malu-malu.
"Sudahlah, mbak jangan menolak niat baik saya...pakailah ini, nanti mbak bisa masuk angin.."
Lagi-lagi Reva di buat terkejut olehnya. Kebaikan pria ini telah membuat Reva terkagum padanya. Di pakaikannya jaketnya itu ke punggung Reva perlahan.
Terbesit dalam hati pria itu pun menaruh iba dengan mendengar cerita Reva tadi. Setelah lama mereka berbincang di depan apotek, tak terasa hujan akhirnya berhenti dan mereka pun hendak berniat pulang karena waktu itupun sudah menunjukkan pukul 22.30 malam.
"Sudah sangat larut sekali, tidak baik bila seorang gadis pulang sendirian. Mari biar saya antar mbak sampai rumahnya.." tawarnya tiba-tiba.
"Em...tidak perlu mas rumah saya dekat kok cuma satu kilometer disini..."
"Tidak apa-apa...biar saya antarkan mbak sampai rumah, ayoo..." tawarnya lagi sambil membukakan pintu mobil untuk Reva. Reva merasa tidak enak dengan kebaikan yang dia berikan terus padanya.
Tapi karena memang malam itu sudah tidak ada kendaraan lagi akhirnya Reva pun menuruti tawarannya, ikut menumpang di mobilnya.
Di perjalanan Reva sedikit canggung dengan pria baik dan lumayan tampan itu, membuat hatinya sedikit gugup dan mereka terdiam cukup lama hingga akhirnya Pria itu yang bertanya duluan kepadanya.
"Emm...kalau boleh tahu mbak nya tadi habis darimana? kenapa membeli obat tengah malam begini?"
"Saya habis pulang bekerja mas..."
"Oh bekerja dimana, sampai larut malam begini?"
"Saya bekerja di Restoran Amuz..." ucapnya, pria itu sontak kaget menoleh ke arah Reva dan menelan salivanya cepat.
"Apa, Restorant Am? uhukk-uhuuk!" terbatuk karena tersedak ludah. "Bukankah Restoran itu tutup sampai pukul 21.00 malam ya?"
"Iya...tapi karena tadi begitu banyak sekali pekerjaan, jadi saya terpaksa harus lembur dahulu..." sahutnya menghela nafas panjangnya dan menghembuskannya secara perlahan. Sesekali pria itu melirik ke arah gadis yang duduk di samping kemudinya, terlihat sekali kalau wajah gadis itu memang sedang kelelahan.
Selang beberapa menit kemudian, telah sampai di sebuah perkampungan Reva.
"Sampai disini saja mas, karena mobil mas ga bisa masuk jalan kecil ini, jadi dari sini saya harus berjalan kaki.." ujarnya terkekeh kecil, sambil menunjuk ke arah gang di samping kanannya pria itu.
"Ooh...ya- ya..he he" gumamnya ikut terkekeh, pria itu pun langsung menghentikan laju mobilnya.
Reva membuka sabuk pengamannya lalu lekas membuka pintu mobilnya.
"Sekali lagi saya mengucapkan banyak terimakasih ya mas, sudah belikan obat buat bapak saya dan mengantarkan saya pulang sampai rumah..." ucap Reva dengan menyunggingkan senyuman ke arahnya. Pria itu sekilas terpukau dengan senyuman Reva yang manis, dan tidak sadar telah mengucapkannya.
"Manis" ucapnya pelan.
"A-apa?" sahut Reva kaget mengerungkan dahinya.
"Ah ti-tidak iya...maksudku sama-sama mbak..." tergugup, sambil menggaruk kepala belakangnya dan tertawa-tawa kecil. Reva tersenyum tipis padanya dengan pipi yang sudah merah merona. Lalu lekas dia beranjak keluar dari mobil pria tersebut.
"Ehm...Tunggu mbak,...em...bo-boleh saya tahu, siapa namanya?" tanyanya tiba-tiba. Reva menoleh kearahnya lagi dan jadi terhenti niatan untuk keluar dari dalam mobilnya
"Em..saya Revalina Maulida panggil saja saya Reva..."
Pria itu lalu mengulurkan tangannya ke arah Reva. "Namanya cantik sama seperti orangnya, perkenalkan saya Radith, Radithiya Alvaro..." sahutnya membalas senyuman juga pada gadis itu. Reva sedikit tersanjung dengan pujiannya, mereka saling berjabat tangan dan berkenalan.
"Terimakasih..." ucapnya tersipu-sipu.
Setelah mereka berkenalan, Reva kali itu benar-benar turun dari mobil pria itu. Lalu Radith pun berpamitan pulang kepadanya dan memutarkan arah mobilnya dan melajukannya kembali.
"Hem...ternyata gadis itu bekerja di Restoran Mamaku..." gumamnya terkekeh-kekeh kecil mengusap mulutnya sendiri. " Kalau dilihat-lihat dia manis juga ya, seperti Yaya...Selintas aku jadi merindukan kekasihku di Singapura dia pasti tengah giat belajar disana..." pikirnya lagi.
Dari sana Reva terus menatap ke arah mobil milik pria tersebut yang sudah terlihat jauh pergi darinya.
"Radith? Radithiya Alvaro" gumamnya tersipu lagi sambil menggelengkan kepalanya. Saat akan melangkah masuk gang dia baru tersadar kalau jaket Radith ternyata masih menutupi punggungnya
"Hah! jaketnya, yaa ampun aku lupa mengembalikannya lagi!" sahutnya terbelalak kaget.
bersambung...
...***...
Jangan lupa like dan komentarnya ya readers ..insyaAllah diusahakan up/satu episode setiap harinya...karena aktivitas mengasuh anak-anakku yang sekolah juga...
terimakasih readers yang sudah favorit and dukung novel ini...🤭🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Uswatun Hasanah
sepertinya ceritanya akan seru lanjut....
2023-11-03
0
Neneng cinta
mampir ahh.....
2022-04-01
0
Taurus Garangan
nitip kak mau baca dulu
2022-01-06
0