Pagi ini Marisa menggendor pintu Roman, untuk menanyakan pernyataan bapaknya yang kemarin. Benarkah dia menuju rumah Morrin.
Pantas saja dia lama tidak pulang dan kemana dia begitu keluar dari bandara. Kalau saja Restu tidak menanyakannya. Maka, tentu dia tidak tahu tentang kepulangannya. Jadi selama dia kuliah di chicago menurut dugaan Marisa putranya tetap berhubungan dengan Morrin.
"Romaaan bangun! Ini sudah siang. Jangan biasakan diri bangun terlambat!" gedor Marisa berulang ulang.
"Rom....Rom, bangun!" gedor Marisa lagi. Tapi yang digedor tak ada jawaban.
Suaminya Marisa muncul.
"Kamu ngapain...Gedor gedor pintu Roman!" tanya pak Rifky.
"Matahari mau terbit, ngapain dia belum keluar dari kamarnya!" gerutu Marisa.
"Eeei Roman, tu... belum pulang ... tadi dia dimasjid bersamaku sholat berjamaah!" ucap pak Rifky sama Marisa.
"lha...terus, kenapa bapak datangnya sendirian!" tanya Marisa.
"Dia masih di masjid! Kamu lupa ya... Roman itu? Kemasjid datang pagi pulang paling akhir!" kata pak Rifky kemudian melewati Marisa menuju bilik kamarnya, di susul Marisa istrinya sambil terus ngomel ngomel.
"Roman itu pandai menghindar dari aku...alasan saja lama lama dimasjid!" Marisa terus kesal.
"Lha...Roman kan, sejak kecil seperti itu. bukan sekarang saja!" jelas pak Rifky mengingatkan Marisa.
Sebelum adzan di kumandangkan Roman melantunkan sholawat Huwannur dengan manis dan khusu' masjid. Yang tadinya sepi Tiba tiba ramai. Para jamaah datang berbondong bondong laki dan perempuan memenuhi masjid.
Setiap jamaah yang masuk kedalam masjid, baik tua maupun muda, laki dan perempuan menyempatkan diri untuk menengok, malah tidak sedikit yang ngintip. Terutama perempuan yang saf nya beda dengan laki laki.
Setelah tahu siapa yang melantunkan sholawat Huwannur ternyata seorang pemuda tampan yang elok rupanya, dan semua terkagum kagum.
Lebih lebih pak Rifky sendiri, malah sampai meneteskan air mata betapa indah dan merdunya putranya melantun sholawat ini.
Ketika sholat subuh dimulai, imam yang bertugas hari ini meminta Roman untuk jadi imam. Pada awalnya Roman menolak demi menghormati imam masjid. Tapi, imam tetap memohon sama Roman.
Akhirnya Roman kembali menyihir jamaah subuh dengan lantunan ayat ayat indah dan merdu memimpin sholat subuh dengan tetesan air mata jamaah.
Bulu kudu' jamaah merinding semua. Terhipnotis, khusu menyembah sang illahi sampai salam mengakhiri sholat subuh berjamaah mereka.
Sedang Roman masih i'tikaf dimasjid. Menunggu sholat sunat pajar, kadang dia terus i'tikaf sampai menjelang sholat sunat duha, barulah dia keluar dari masjid.
Pagi ini tak ada ceramah subuh. Sebab, tak di jadwalkan. Karena yang mengisi acara kebetulan kosong. untuk mengisi kekosongan Romanpun mengalunkan ayat ayat suci al qur'an.
Sebenarnya semua jamaah subuh ingin berlama lama dimasjid. Terutama gadis gadis, tetapi karena kesibukan kerja dan sekolah, merekapun pada akhirnya satu persatu meninggalkan masjid tinggal merebot saja.
Saat Roman turun dari masjid, Roman melihat sosok wanita yang rupanya masih dimasjid duduk dengan tenang menadahkan tangannya berdoa.
Ketika Roman mau melangkah. Roman, tertegun sejenak saat perempuan itu membuka mukenannya.
Morrin.....
memang benar, dia adalah Morrin.Tapi Roman masih belum percaya. Romanpun berusaha untuk memastikan kalau perempuan ini adalah Morrin.
Usai melipat mukenanya, morripun bangun dan mengintip kearah depan masjid. Didepan madjid sudah sepi, Morrin bergegas hendak buru buru keluar.
Begitu Morrin membalikan badannya. Maka, terjadilah empat bola indah beradu pandang. Masing masing dua bola mata itu sama sama memantulkan cahaya.... cahaya kerinduan.
"Kau itu benar Morrin kan... " sapa Roman tidak percaya. Morrin nyamperin Roman
"Coba kucubit apakah kamu mimpi atau tidak!" Morrin mencubit lengan Roman. Namun, Roman tidak bergeming sedikit.
"Aaaa...kamu pura pura... " Morrin kesel karena cubitannya tidak dirasakan oleh Roman.
"Memang tidak terasa, yang terasa debaran dadaku!" goda Roman.
"Yang antar siapa....tempat ini kan jauh dari rumahmu?!" tanya Roman.
"Aku minta sama bapak agar sholat berjamaah disini!" timbal Morrin.
"Bapak mana?" cari Roman melihat semua tempat.Tapi tak ada siapa siapa.
"Sudah pulang duluan...diakan kekantor!" jawab Morrin.
"Rom!"
"Hh ah!"
"Kita ketempat itu yok...!" tunjuk Morrin pada sebuah bangku yang terletak ditengah tengah halaman taman masjid.
"Ayok...!" Roman melangkah bersama Morrin.
Suasana dihalaman masjid cukup nyaman, selain dihiasi tamannya dengan tanaman bunga, juga ditempatkan beberapa bangku tempat duduk.
"Rom...!" bisik Morrin dengan tatapan bola mata yang bening.
"Matamu sangat indah sekali!" bisik Roman juga tak mau menyia nyiakan waktu dengan tatapan yang berbinar binar.
"Tadi Bapak saya lihat!" tanya Morrin.
"Ya dia datang bersamaku!" sahut Roman.
"Itulah sebabnya usai salam bapakku langsung pulang karena dia melihat bapakmu!" kata Morrin menjelaskan.
"Morrin...!" dua tatapan mata Roman sudah seperti tak bisa dipisahkan lagi.
"Aku ingin meminangmu...!" sedikit serak suara Roman menyampaikan keinginannya. Tidak seindah sholawat dan ayat ayat suci yang dilantunkan saat dia jadi imam.
"Ini masjid, sebaiknya kita cari tempat lain untuk diskusikan ini..." pinta Morrin.
"Menurutmu dimana?!!" tanya Roman .
"Aku ikut kamu saja!"
"Baiklah yok ikut aku...!"
Roman membawa Morrin kesuatu tempat yang nyaman, untuk merundingkan pertungan mereka. Dengan menggunakan mobil mewahnya berwarna merah.
Sementara itu disebuah mall, Toni ditemani Yayan sedang duduk santai menunggu seseorang sambil menikmati hidangan makanan.
Diluar mall muncul dari sebuah mobil, seorang laki laki tegak perkasa yang bernama Ghazan menggandeng wanita cantik yang tidak lain adalah Winda.
Ghazan membawa enam orang buahnya, yang datang bersamaan dengan menggunakan mobil lain.
Bersamaan dengan itu pula, parkir mobinya Hadi yang juga baru tiba disamping mobil Ghazan datang menjemput seorang gadis.
"Hay, Toni... pagi ton!" sapa Ghazan sama Toni yang sudah lama menunggunya.
"Pagi, Zan itu siapa...?" tanya Toni melirik Winda.
"O, iya kenalkan pacarku namanya Winda!" jawab Ghazan.
"Winda...!" kata Winda menjabat tangan Toni.
"Toni!" balas Toni.
"Ada perlu apa kamu memanggilku!" tanya Ghazan setelah duduk nyaman disamping Winda.
"Kamu lihat wanita itu?" tunjuk Toni pada sosok seorang gadis yang sedang meeting dengan clientnya.
Ghazan memperhatikan Nadira, gadis yang ditujuk Toni dengan seksama. Dalam hati Ghazan berpikir, tugas apa yang diberikan Toni padanya. Wanita ini sepertinya tidak ada apa apanya bagi Ghazan.
"Ada apa dengan perempuan itu!" tanya Ghazan penasaran.
"Ada dua anak manusia menghalangi jalan hidupku, untuk mendekati seorang wanita yang sangat kucintai, salah satunya perempuan itu. Kuminta hilangkan dia!" pinta Toni sama Ghazan.
"Baik, kamu bayar administrasinya. Setengah dulu baru eksekusi kita kerjakan!" pinta Ghazan tanpa pikir panjang karena Ghazan sudah paham Toni mesti bayar berapa.
Toni mentrasfer pembayaran kepada nomor rekeningnya Ghazan.
"Sudah kukirim!" kata Toni.
"Usai kamu membereskan pekerjaan ini masih ada satu tugas lagi yang akan kamu selesaikan!" lanjut toni.
"Kenapa tidak sekalian saja saya bereskan bos!" pinta Ghazan.
"Yang ini saja tidak tidak segampang kamu meremas kerupuk!" sindir Toni.
"O...berarti kamu meremehkan kempuanku!" kata Ghazan tersinggung.
"Buktikan, kalau kamu berhasil aku akan bayar kamu dengan bayaran berapa yang kamu minta!" tantang toni.
Nah,gays mari kita lanjutkan ke episode
berikutnya trimakasih.
Berikan like dan share oke....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Santoso Zha
ikut
2022-07-07
0
Bunda Hira
salam dari Tak hanya sebatas bayangan.😘
2022-01-16
0
triana 13
nyicil ya kak
2022-01-06
0