Malam ini Roman hanya mampu menarik napas panjang. Pikirannya kacau dengan kehadiran seorang wanita yang memiliki tabiat tidak begitu bagus dimatanya.
Roman kadang gelengkan kepalanya lalu menatap sekeliling ruangan tempat dia duduk. Pandangan matanya terpaku kosong. Duduk bersama dengan wanita setengah gila bersandar dibahu kanannya.
Dia bingung dengan tindakan aneh yang dilakukan oleh mamanya, mendatangkan seorang wanita yang tidak akan mungkin dilakukan wanita lain untuk putranya.
Bagaimana mungkin perempuan seperti ini akan melindungi kesuciannya, sementara dia sendiri tidak merasa malu dan canggung melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan.
Lelaki manapun tak akan bisa menahan hawa nafsunya dengan tingkah perempuan seperti ini kalau dia bukan lelaki yang punya iman yang kuat.
"Winda..., sebentar lagi bapak pulang. Kumohon kamu lepas pelukanmu dan aku tidak mau lihat perempuan yang asal peluk begitu saja!" pinta Roman pada Winda yang memeluk dirinya penuh hawa nafsu.
"Mas! Kamu bisa lihat, begitu aku melihatmu aku langsung jatuh cinta! " peluk Winda semakin erat.
"Orang jatuh cinta itu bukan seperti ini winda, malah aku jijik kamu perlakukan seperti ini!"kata Roman makin muak.
"Mas...kenapa aku berani melakukan ini, karena sebentar lagi kita suami istri! " ucap Winda tambah mesra.
Sontak Roman mendorong tubuh Winda setelah mendengar perkataan Winda sebentar lagi kita akan jadi suami istri.
Bersamaan dengan itu terdengar pula suara pak Rifky memanggil manggil mamanya Marisa.
"Marisa... ! Marisa. Roman udah pulang! " tanya pak Rifky sama istrinya.
"Iya...ada tuh, sama pacarnya didalam! "
kata Marisa dikit anggukan kepala sangat senang.
Pak Rifky langsung menuju ruang tengah yang ditunjuk istrinya.
"Roman...! kamu baru saja menyelesaikan magister hukum di Amerika.Tetapi perlakuanmu bawa masuk sembarang permpuan bapak tidak suka! " Roman mendapat bentakan yang dia tidak duga dari bapaknya.
Bukan sambutan gembira yang dia dapatkan pulang dari Amerika. Tetapi kemarahan yang luar biasa.
"Pak! kenapa bapak pulang-pulang memarahi anak, bukan menyambut kedatangannya yang baru pulang dari Amerika!" tanya Marisa menahan suaminya.
"Bagaimana aku tidak marah ma... pulang dari Amerika bukannya kerumah, malah kerumah Morrin, dan sekarang... dirumah dia sama perempuan lain! "kata Rifky pada Marisa jengkel.
"Pak....! dari mana bapak tahu?!" tanya Marisa tidak percaya.
"Itu...dari rekan kerja saya. sekarang mencabut kerja samanya dengan saya karena anaknya dikeroyok oleh Roman dan kawan kawanya!" ucap pak Rifky satria.
Keringat dingin bercucuran membasahi tubuh Roman. Sudah tak ada alasan lagi yang harus disampaikan kepada kedua orang tuanya.
Hubungannya dengan Morrin tidak bisa dirahasiakan lagi. Cinta yang mereka bina semenjak pertemuan pertama kalinya di trotoar jalan yang terletak dibawah jembatan casablanca tidak jauh dari mall ambasador.
Roman melihat seorang wanita cantik masih dengan seragam baju sekolahnya duduk ditempat yang memang telah disediakan ditaman trotoar itu.
Tanpa dia sadari matanya memandang tak berkedip dan terus memandang Morrin. Morrinpun jadi tersenyum kemudian tertawa sampai membuat Morrin menegurnya.
"Mas...ada yang aneh ya!" tegur Morrin hingga membuat Roman tersadar.
"Akh...endak...cantik!" Roman tersentak kaget lalu tersenyum malu.
"Kalau memang aku cantik rayu dong...!" goda Morrin.
"Malu, banyak orang!" Roman asal jawab sambil tunjuk orang orang yang lewat. Dan orang orang lewat yang kena tunjuk tangannya kebetulan cewek. Cewek-cewek itu semua mengetawain Roman.
"wuu...malu tapi mau!" kata Morrin sambil pergi meninggalkan Roman.
Roman yang di tinggal pergi sendirian jadi tertawa.
"Eh...kenapa kamu tertawain bapakmu!" bentak mamanya membuyarkan lamunannya.
Roman tersentak kaget dan tersadar dari lamunannya.
"Pak...! coba pakai logika pak...seorang Roman putra bapak yang telah enam kali menjurai karate tingkat dunia belum lagi juara nasionalnya...apa mungkin mengeroyok satu manusia model putra teman bapak!" jawab Roman menepis kemarahan bapaknya.
Pak Rifky satria bos besar
perusahaan satria corp yang ada didalam dan luar negeri terdiam mendengar jawaban putranya.
"Terus itu siapa!" tunjuk pak Rifky kearah Winda.
"Tanya saja mama!" ucap Roman mengarahkan wajahnya ke mamanya.
Marisa merasa tidak enak dengan pertanyaan suaminya, lebih-lebih sama Winda, sebab dia sendiri yang menyuruh Winda datang kerumahnya untuk mendekati Roman.
"Oo...ini pak, namanya Winda! putri teman mama, sengaja saya suruh datang kemari, untuk berkenalan dengan Roman dan dia cocok, kok!" jawab Marisa sedikit berdebar dan siap siap perang urat saraf dengan suaminya kalau dia menolaknya.
Pak Rifky memandang Winda sebentar, kemudian melirik kearah istrinya. Dan mengalihkan tatapan kearah Roman.
"Owe...memangnya kamu tidak bisa cari cewek sendiri!" tanya ketus pak Rifky kepada Roman.
"Siapa mau dengan cewek murahan seperti itu!" jawab Roman tegas.
"E e e jangan ngomong begitu Roman...!" teriak Marisa malu.
"Ya, udah! Sebaiknya kamu pulang malam ini. Aku tak mau nanti orang tuamu kepikiran kamu!" usir tegas pak Rifky sama Winda.
Winda merupakan wanita yang sudah terbiasa mendengar kalimat senada. Dan sedikitpun tidak tersinggung dengan ucapan pak Rizky.
"Ma...aku pulang dulu!" pinta Winda mohon pamit minta pergi sama Marisa lalu memohon sama Roman dengan senyum menggoda kemudian kepada pak Rifky.
"Saya pergi pak!" salam Winda merendahkan kepalanya didepan pak Rifky.
Dengan pulangnya Winda Roman cepat-cepat masuk kedalam biliknya walaupun dicegah oleh Marisa namun Roman tak merisaukannya.
Sampai didalam biliknya kembali dia mengenang semua pertemuannya dengan Morrin, hingga ketika dia menembaknya. Sebuah kejutan yang tak mungkin dilupakan oleh Morrin.
Sedang diluar biliknya, Marisa tetap meminta Roman untuk keluar memberi penjelasan. Benarkah sepulang dari bandara dia langsung kerumah Morrin.Tetapi Roman tetap tidak mau keluar.
Kembali Roman teringat masa indah, kenangan manis di masa lalu, masa yang pertama kali jantungnya bergetar hebat. Jantung yang merupakan harapan bagi setiap insan untuk menikmatinya yaitu cinta.
Tak sengaja ketika keluar jalan jalan dari rumah, mobilnya melintas di bundara hotel Indonesia lalu mobilnya diparkirkan disebuah tempat parkir plaza Indonesia.
Roman keluar jalan jalan menuju air mancur bundaran hotel Indonesia. Roman menatap patung selamat datang Indonesia yang terletak ditengah tengah bundaran air mancur.
Roman meneruskan langkahnya menelusuri jalan jalan trotoar, husni thamrin kawasan sudirman. kota metropolitan jakarta yang merupakan ikonnya kota jakarta.
Tanpa dia sadari kakinya telah melangkah cukup jauh dari parkiran mobilnya sampai terowongan kendal dukuh atas.
Ketika dia hendak berbalik memutar badannya, tanpa sengaja matanya melihat seorang gadis yang merasa dia kenali. Gadis itu tersenyum dengan tatapan mata yang tidak bisa dilupakan sampai sekarang.
Morrin berjalan indah didampingi adik-adiknya dan kedua orang tuanya ada belakang Morrin.
Kedua orang tua Morrin yang melihat putrinya ditatap oleh seorang pemuda tampan tinggi tegak tubuh atletis berbisik kepada adik-adik Morrin.
Satu keluarga menjauhi Morrin dan membiarkannya sendirian karena mereka sadar rupanya putrinya Morrin mengenali pria tampan ini.
Menyadari pengertian dari keluarganya. Morrin menghampiri Roman karena dia tahu Roman masih jernih dan bening pada perempuan.
Ini menandakan kalau Roman adalah sosok pria yang baru pertama kali jatuh cinta sama perempuan.
"Hay...kenapa bengong! mari sini...!" Morrin menarik tangan Roman dan membawanya ketempat yang nyaman.
"Ini kedua kalinya Allah mempertemukan kita, dan kita belum saling mengenal...
Sekarang kamu sebagai pria yang memperkenalkan diri terlebih dahulu bukan aku!" kata Morrin tatap Roman yang masih kaku.
"Roman maulana satria orang orang, tetangga, teman, sanak pamili dan kedua orang tuaku memanggilku Roman!" kata Roman lancar tidak kaku.
Morrin tertawa kecil tapi geli bagi Morrin karena pria ini lancar berucap seperti pertama kali dia bertemu dulu.
"Kenapa tertawa cantik!" ucap Roman membuat Morrin tambah tertawa.
"Aku terpaku dengan suaramu...disaat kamu memandangku, kamu seperti patung. Tetapi disaat berbicara lancar bagai arus air gelombang dilautan!" kata Morrin.
"Owah...kamu juga bicaramu puitis!" timbal Roman
Ini adalah khayalan Roman ketika pertemuan kedua kalinya dengan Morrin. Karena lelah melamun tapi asik dan menyenangkan bagi Roman. Romanpun tertidur pulas dengan mimpi indah bertemu kembali dengan morrin.
Trimakasih gays telah membaca. Jangan lupa like share apalagi ada hadiah dari pemirsa.
Baik ikuti epode selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Santoso Zha
yok
2022-07-07
0
auliasiamatir
winda gak mempan di katain yah Thor
2022-01-23
0
triana 13
like
2022-01-06
0