Episode 4

Dua orang lelaki bertubuh besar memegangi kedua tangan menghalangi Randall untuk pergi,

"Terburu-buru sekali Tuan, duduk lah nikmati malam ini bersama kami," Max tersenyum lebar meregangkan kedua tangan nya.

Tanpa banyak bicara Randall membenturkan kepalanya ke salah satu pria yang menahannya,

di susul tendangan di titik vital membuat pria itu terjatuh ngilu, merasakan junior nya, bogem mentah mendarat di pria satunya membuatnya tersungkur. Baku hantam 3 pria dewasa ini berlangsung sengit. Kewalahan tentu tidak, Randall sudah biasa dengan situasi seperti ini, tapi karena efek obat, membuat tenaganya agak berkurang.

Dua lelaki besar itu kini terkapar dengan lebam di seluruh tubuh mereka. Max yang melihat Randall tengah ngos-ngosan membelakangi, segera mengambil tongkat kayu dan hendak memukul kepala Randall, kalah cepat Randall menoleh dan segera menarik kuat tangan Max, mengayunkannya Hingga tubuh pria Paruh baya itu Melayang 180 ke udara, sebelum mendarat indah di atas meja kaca, lengkap dengan botol dan gelas wine camilan kecil dan beberapa putung rokok.

"Pyaa....aarr""....

Pecahan kaca bersepah, cairan manis memabukkan itu kini merata di lantai bercampur dengan aliran darah segar yang keluar dari tubuh Max

"Aaaaaghhh... !!" Max mengerang merasakan kesakitan, sendi tuanya yang telah bertemu lantai marmer mahal itu, membuatnya tak bisa berdiri.

"Aku masih menghargai mu sebagai kolega lama ayahku, tapi mulai hari ini jangan kau tunjukan wajah mu di hadapan ku lagi!" ujar Randall dengan penuh amarah.

Randall melenggang pergi meninggalkan kekacauan di ruangan itu, dia bergegas keluar menuju mobilnya. Hari ini Randall sendiri tanpa Vin, dia memerintahkan Vin mencari informasi karena beberapa pemegang saham hendak mencabut saham mereka dari W corp.

"Halo .. Vin,, cepat kau pesan kan aku kamar hotel di sekitar sini!" suara Randall sudah serak dan berat seperti orang yang baru selesai maraton 45 kilo meter.

"Halo baik Tuan, apa terjadi sesuatu??.. apa Anda baik-baik saja Tuan ??" Vin merasa cemas dengan suara Tuannya yang terdengar tak biasa.

"Jangan cerewet, cepat lakukan!"

"Baik Tuan, 700 meter dari club itu. Hotel sunflower Tuan!" jawab Vin cepat.

"Hmmm."

Randall menancapkan gas menuju hotel yang di maksud Vin.

Randall menghentikan mobil di jalan tepat di depan hotel melempar kan kunci mobilnya ke bellboy. Penampakan Randall yang sedikit acak acakan muka kusut dengan baju yang ternodai darah, dan mata yang memerah membuat bellboy tercengang melihat Randall dari atas kebawah.

"Apa ...yang kau lihat .. kau ingin mati heh?" sentak Randall membuat Bellboy itu beringsut mundur dan menundukkan kepalanya.

"Maafkan saya Tuan." ucap Prie kecik itu dengan tetap menundukkan, takut akan sorot mata yang begitu dingin dan membunuh, dia pun bergegas berlari untuk memarkirkan mobil Tuan muda ini.

Langkah Randall terhenti matanya tertuju pada seorang gadis yang berjongkok di pinggir jalan tepat di depan dia menghentikan mobil tadi.

Rambut gadis itu hitam legam panjang menutupi hampir seluruh punggung nya.

"Sayang, apa kau lapar, aku akan membawa kalian ke toko ku," tangan gadis itu mengelus tiga ekor anak kucing yang sejak tadi mengeong

Randall memutar langkahnya menuju gadis itu, entah setan apa yang merasuki pikirannya Dia langsung membopong gadis tersebut, menggendongnya menuju dalam hotel.

"Aaaaaaaaaaa.... lepaskan si.. siapa kau.. turunkan aku!" teriak Gadis itu. Ia terus meronta dan memukuli pria yang tiba tiba mengangkat tubuhnya Ia mengayun ayunkan kakinya dengan kasar berusaha lepas dari gendongan pria kekar ini.

"Diam.. atau aku akan melemparkan mu ke

tengah jalan!" Suara bariton itu membuat tubuh Mandy membeku. Tak ingin mati konyol, ia pun diam dengan patuh.

flashback Mandy

"Mandy aku pergi kerja... dulu" ucap Mela, yang telah rapi memakai mini skirt dan kaus v neck berkerah, ya itu seragamnya berkerja sebagai bartender di club malam tak jauh dari toko bunga Mandy.

"Ok.. hari ini aku akan menginap di toko,aku agak lelah." Gadis buta itu menggeliatkan tubuhnya.

"Baiklah, jangan tidur malam malam sayang, hehehe." Mella terkekeh sambil berlalu meninggalkan toko.

Mandy hanya menggeleng kan kepala dengan tingkah sahabatnya yang suka bicara seperti seorang kekasih padanya.

"kruuuukk... "

Mandy merasakan cacing di perutnya demo meronta minta jatahnya, sejak siang tadi Mandy memang belum makan apapun, karena terlalu sibuk dengan pesanan bunganya.

Mandy memutuskan keluar menuju minimarket tak jauh dari tokonya. Setelah memakai jaket dan mengambil tongkatnya, dia mematikan saklar lampu dan melangkah keluar dan tak lupa mengunci pintu toko.

Melangkahkan kaki perlahan dengan tuntunan tongkatnya Langkah kecil Mandy terhenti oleh tangisan kucing kucing kecil Pendengaran menjadi sangat peka setelah gadis itu kehilangan pengelihatannya. Dengan mendengarkan suara tangisan itu Mandy bisa tahu kemana ia harus melangkah.

Setelah dia rasa sampai, Mandy berjongkok meraba raba benda di depannya. Sebuah kotak kardus berisikan bulu bulu hangat dengan titik kecil basah agak berlendir dan beberapa misai si kanan kirinya

flashback off

Suara dingin dan begitu mengintimidasi, membuat Mandi menghentikan tingkahnya. Dia diam sambil menutup mulutnya, air mata mulai bergulir membasahi pipinya.

Tolong.. siapapun tolong aku.. jeritnya Mandy dalam hati.

Pria bertubuh tegap itu terus melangkah masuk ke dalam lobi hotel. Mandy terus terisak dalam diamnya. Dalam hati ia terus berdoa agar seseorang datang menyelamatkannya.

Terpopuler

Comments

💝💝pemuja Rahasia💖💖

💝💝pemuja Rahasia💖💖

kira2 apa yg akan dilakukan randall ke mandy

2025-02-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!