Dalam perjalanan Alif nampak selalu tersenyum ceria sedangkan sang bunda nampak lebih tidak semangat.
*A*kankah hal sepele seperti ini aku ceritakan saja sama kak mita?
Padahal hanya kejadian sepele, tapi Diana terus berperang dengan pikirannya sendiri.
Karena terlalu lama diam dan berfikir tak sadar sudah sampai di depan gang kakaknya.
Perumahan yang berada didalam gang tersebut nampak dari luar sederhana tapi jika sudah memasuki areanya nampak wah sekali.
Mita memang beruntung menikah dengan pengusaha mable, nampak hanya pengusaha mable tapi sudah mempunyai cabang diberbagai daerah. Juga sudah mempunyai banyak karyawan yang menggantungkan kehidupannya di perusahaannya.
Bahkan pihak keluarga suami tidak pernah memaksa Mita untuk segera hamil, karna dibalik kekurangannya itu ia mempunyai kelebihan yang mungkin jarang orang lain miliki yaitu 'kesabaran'.
Berbeda dengan Diana meskipun ia tidak pernah melawan orang tua tapi dia tak sesabar mita.
Mita juga heran semenjak ia mengenal Bagas Diana langsung berubah menjadi lebih baik lagi, ya mungkin itu karena bimbingannya.
Ya begitulah namanya juga cinta.
...***...
Pukul 09 pagi Diana telah sampai didepan gerbang kakaknya.
Diana membunyikan klakson, belum juga ada jawaban.
Ketika baru saja hendak turun eh tuan rumah mulai buka pintu gerbang.
"Kak kok lama banget sih bukanya!! Enggak kasian apa liat ponakan sama adiknya ini?" Cerocosnya.
"Udah ah masuk berisik! udah enggak sabar jumpa Alif."
...***...
Dikediaman Mita.
"Mas Anton mana kak?" Tanya Diana.
Dia sangat dekat dengan kakak iparnya itu, wajarlah usia mereka terpaut cukup jauh juga, jadi sifat manjanya itu sudah ada sejak Mita mengenalkan Anton kerumah orang tuanya dulu sewaktu masih pacaran.
"Bentar lagi pake baju dia."
"sayang cepetan ada yang nyari nih." Teriak Mita dari lantai bawah.
"Alif udah makan sayang? Bude masak ayam crispy Lo kesukaan Alif." Mengalihkan perhatiannya ke Alif.
"Udah tadi bude, tapi Alif tetap mau ayam goreng buatan bude " Tanpa malu ia berkata, ya begitulah Alif namanya juga anak-anak beda cerita kalo versi dewasa ya.
"Yaudah ayok sini sama bude kita makan di dapur." Mereka pun berlalu sambil Mita menggendong Alif.
"Eh ada adik mas yang imut-imut kayak buntelan entut." sapa mas Anton.
Udah biasa dia mah diejek semenjak melahirkan jadi naik 15kg dulu masih perawan ya paling hebat 47kg.
"Apa kabar Bun, buntel?" Tanyanya sambil unyel-unyel rambut ana, ya wajar Anton anak satu-satunya jadi udah anggap Diana layaknya adik kandung sendiri.
"Biasa ae jenggot." Sambil melempar bantal sofa kearah Anton.
Apa sebaiknya aku cerita ke mas Anton aja ya tentang tentang kecurigaan ku. Lirihnya dalam hati.
"Mas ana mau bicara serius." Dengan ekspresi yang sulit ditebak.
"udah tau." Jawab Anton enteng.
"Mas kok ngeselin sih?"
"Haha mas tau lah kalau enggak ada masalah mana mungkin kamu masih duduk disini, pastinya ikut kebelakang lah, udah ikut keliling rumah." Tukasnya
membuat kerongkongan Diana terasa tercekat.
"Yaudah cerita siapa tau mas bisa bantu, jangan ditahan dan dipendam sendiri nanti makin buntel." Spontan Diana mengulum senyum, padahal dihina tapi dia malah bersemangat, Aneh ya Diana.
"Mungkin enggak ya mas kalau Bagas selingkuh?" Tanyanya itu pun sedikit ragu.
"Menurutmu?" Dilihat adiknya ini bingung.
"Kok mas malah balik nanyak sih, kan ana yang minta pendapat sama mas Anton!!" Protesnya.
"Na yang tau suami berubah hanya istrinya, yang tau bau-bau kebohongan suami hanya istri bukan tetangga, mas ataupun kakakmu.
Semua kamu yang menilai, kamu yang paham dengan sifatnya, dimana letak perubahannya, kalau hanya soal pulang sering telat jangan langsung mendeskripsikan kalau suami selingkuh.
Kalau pun pulang malam alasan lembur tapi masih minta makan dan dibuat kan kopi dirumah jauhkan saja pikiran burukmu."
Diana terdiam mencerna semua kalimat yang dikatakan mas Anton. Ya walaupun dia orangnya bocor samping tapi inilah nyamannya bicara dengannya.
Mas Anton memberi nasehat, penjelasan, nah mitanya memberi masukkan dan menguatkan.
Diana terus berpikir.
"Yaudah kalau mau bukti suami kamu selingkuh atau enggak ayo akhir pekan ikut kita liburan."
Diana dan Anton serempak menoleh.
"Iya kakak denger sengaja gak motong pembicaraan kamu dulu tadi, sekalinya kamu bingung dan diam baru deh." Jelasnya.
"Maksud omongan kakak yang tadi apa? ikut liburan buat buktikan? kok enggak nyambung sih!!" Protesnya.
biasa kan dibilang dia berbeda enggak sabaran banget.
"Katanya anak yang pintar apa setelah menikah pintarnya udah hilang?" cibir Mita "huhh."
Mita membuang nafas kasar, suaminya mengerti apa maksudnya nampak tersenyum sementara diana diam dengan dahi berkerut menunggu penjelasan.
"Gini loh, sebenarnya kemarin kakak kamu nyuruh Dateng kesini karna mau bilang kalau Alif diajak liburan akhir pekan ini selama dua hari, boleh enggak gitu? Tapi kan biasanya bagas selalu ngasih.
Nah karna kamu punya pikiran kalau suamimu selingkuh coba aja kamu ijin ikut juga sama kami. akhir pekan kan dia libur apalagi kamu dikekang enggak boleh keluar tanpa dia, nah biasanya juga Dateng kesini dia yang antar ini kok sendiri.
Jadi kesimpulannya coba kamu bilang kalau mau pergi ikut kami selama dua hari, kalau memang dia ngasih ijin, kamu patut curigai dia." Panjang lebar jelas dan tepat ya hehe.
"Oke mas nanti ana bilang, kalau dikasih ijin atau enggaknya ana tetap Nelfon kak mita ya." Diana pun setuju dengan ide mas dan kakaknya.
"Yaudah jangan dipikirin, jangan bebani pikiran kamu, kakak gak mau kamu sakit." Seraya mengelus puncak kepala adiknya.
Meskipun belum pernah merasakan melahirkan tapi jiwa keibuannya sangat tinggi.
J**adi maksud kak mita dan mas Anton kalau Bagas ngasih ijin aku untuk ikut, iyalah patut dicurigai mana mungkin dia mau akhir pekan dirumah sendiri kalau gak ada selingan buat nemenin dia, aku paham sekarang! Katanya dalam hati.
Puncak kepala Diana terasa berat penuh pikiran menuduh suaminya selingkuh. Oh God apakah aku berdosa saat ini? Pasti berdosalah sama aja dengan memfitnah orang, lah ini malah suami sendiri belum ada bukti lagi.
...***...
Matahari sudah tampak disebelah barat menandakan waktu sudah sore.
Waktunya Diana pulang, enggak sadar udah sore aja.
Diana merenggangkan otot tubuhnya setelah debat dengan pikirannya ia malah tertidur sangat pulas.
Beruntung rumah kakaknya luas jadi Sampai disediakan kamar tamu khusus untuk adiknya bila ingin berkunjung kesini.
Setelah pamit pulang ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Enggak mungkin juga lah ugal-ugalan ada anak yang ia bawa bersamanya.
Hp Diana berdering. Dia baru sadar kalau dari tadi tidak ada mengecek Hp.
"assalamualaikum, Hallo yah?"
"(walaikumsalam, dimana?)."
"Dijalan ini yah, udah di pasar raya bentar lagi juga sampai rumah rumah yah, ayah enggak lembur?"
"(Hati-hati, Alif mana?)"
"Ini lagi duduk disebelah kok yah."
"(Ohyauda)."
Tutt... telfon langsung ditutup.
"Hallo yah, ayah?"
"Kok dimatikan ajasih tanpa jawab pertanyaan ku lagi." Gerutunya sambil meletakan Hp nya kembali.
Jalanan lenggang karna masih status jalan raya biasa bukan jalan kota tempat lalu lalang para pekerja untuk pulang dan pergi.
Mendadak Diana berfikir kenapa suaminya Nelfon dengan cuek. Apa yang salah? Kayaknya pergi juga Uda pamit deh ya? Apasih gak ngerti.
Tiba-tiba Diana mengerem mobil dengan mendadak saat akan memasuki pekarangan rumahnya sampai Alif pun hampir lompat dari kursi disebelah kemudi.
"Habislah aku pantas saja dia terlihat cuek lah uwongnya (orangnya) udah sampai duluan. Haduuuh bismillah aja deh ya, semoga dia gak marah amiiinn."
Deg
Deg
Deg...
Ya Bagas paling marah kalau dia pulang anak dan istri tidak ada dirumah, walaupun sudah memberi ijin tapi bukan berarti yang diberi ijin lupa waktu.
Bersiaplah Diana !!
bersambung ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
V3
egooiss bgt yaaa
2022-05-20
1
Sulati Cus
klu ak cari alesan sambil dikit ngerayu lah rayuan gombal
2021-09-20
3
MUKAYAH SUGINO
lanjut
2021-09-15
0